Mohon tunggu...
Ali Anshori
Ali Anshori Mohon Tunggu... Freelancer - Ali anshori

Bekerja apa saja yang penting halal. Hobi olahraga dan menulis tentunya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Jadi Guru Jangan Egois, Memaksa Murid Harus Paham

5 Februari 2024   16:23 Diperbarui: 5 Februari 2024   19:05 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tadi saat santai dengan teman di sebuah warung kopi, saya berkata kepadanya "Percaya tidak kalau murid itu lebih pandai daripada guru" Teman saya lalu bertanya.

"Kok bisa" ?

"Iya sebab satu guru hanya mengajarkan satu mata pelajaran kepada siswa, sedangkan siswa harus menerima banyak pelajaran dari berbagai guru"

"Iya juga sih" jawabnya.

"Benarkan? ada guru bahasa Inggris, Guru Bahasa Indonesia, Guru Matematika, Guru IPA, Guru Olahraga, Guru Agama dan guru yang lainnya" 

Jadi guru jangan egois, apalagi sampai marah-marah kepada siswa yang tidak paham saat dia mengajar. Kalau tidak bisa satu kali pertemuan, mungkin dua pertemuan, kalau belum bisa ya mungkin tiga, empat, lima atau sampai dia lulus sekolah. Kalau toh dia tidak paham juga, atau nilainya jeblok, ya sudah dimaklumi saja, mungkin mata pelajaran lain nilainya bagus"

Nah sekarang coba saya tanya kepada bapak ibu guru. Berapa lama bagi guru untuk menguasai satu disiplin ilmu sampai akhirnya sekarang bisa menjadi guru mata pelajaran?. Anggaplah rata-rata kalau S1-nya lancar biasanya empat tahun. 

Lantas mengapa anda memaksa siswa  harus paham banyak mata pelajaran dalam beberapakali pertemuan saja. Bukankah itu egois?. Jadi saran saya, santai saja. 

Kalau menurut saya, sebenarnya bukan metode pembelajarannya yang salah. Karena memang pelajaran yang dipelajari siswa cukup banyak, jadi tidak mungkin semuanya dia pahami dengan baik. Taruhlah nilainya tinggi, belum tentu dia paham.

Kalau memang bakat anak bisa diketahui sejak dini, kenapa tidak langsung kita arahkan mereka pada satu disiplin ilmu saja. 

Tujuan ekstrakurikuler sedianya juga untuk menggali bakat dan minat siswa, bukan sebagai ajang untuk memporsir otak dan energi mereka. Kalau mereka tidak suka pada eskul yang ditawarkan, tidak perlu memaksa mereka untuk mengikutinya. 

Kayaknya tulisan ini meski bersambung biar lebih seru bacanya, sebab saya harus istirahat dulu... Sudah sore, mau olahraga...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun