Mohon tunggu...
Ali Anshori
Ali Anshori Mohon Tunggu... Freelancer - Ali anshori

Bekerja apa saja yang penting halal. Hobi olahraga dan menulis tentunya

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bocil SD Bolos Sekolah dan Merokok

4 Februari 2024   10:10 Diperbarui: 4 Februari 2024   10:17 3417
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Dokumen Pribadi, Anak SD yang sedang nonkrong sembari mengapit rokok di jarinya)

Saat santai di warung kopi beberapa waktu lalu, secara tak sengaja saya melihat anak SD yang bolos sekolah. Dia masih menggunakan seragam SD, celana pendek warna merah, baju batik, dan sepatu. Agar tidak terlalu mencolok anak tersebut menggunakan switer.

Mengapa saya menyimpulkan dia bolos sekolah, karena waktu baru menunjukan pukul 90.30 WIB, jadi belum saatnya anak-anak pulang sekolah. Yang menjadi perhatian saya sebenarnya bukan karena dia bolos, namun saat itu jarinya juga terlihat sedang mengapit rokok.

Saya kemudian iseng-iseng menghampiri dia dan bertanya. “Dek kok ndak sekolah, kamu bolos ya”

“Tadi saya ketinggalan” jawabnya.

“Sekolah di mana”

“Dia kemudian menyebutkan nama SD negeri No sekian”

“Wah enak itu rokoknya, rokok surya kah”

“Bukan”

Saat saya menghampirinya bocil tersebut berusaha menyembunyikan rokok yang sedang dia hisap di balik meja. Namanya rokok masih menyala tentu saja asapnya tetap keluar dan terlihat. Ya mungkin saja dia agak sungkan, karena masih menggunakan seragam SD.

Setelah itu saya langsung pergi meninggalkannya. Namun dari jauh saya masih mengamati dia. Asik juga ya, main hp sambil menghisap rokok meskipun minuman yang dia pesan sudah habis. Bolos sekolah itu memang sesuatu yang menantang, namun tetap asik. Hahaha.

Jujur saya juga pernah bolos sekolah, namun bukan saat masih SD, melainkan saya sudah SMA. Kalau SD saya tidak berani bolos sekolah, maklum bapak saya juga guru di sekolah saya. Tapi bukan masalah itu sih, karena memang zaman SD saya belum mengenal istilah bolos. Jadi saya bolos saat kelas 2 SMA.   

Ceritanya saat jam pelajaran pertama saya bolos sekolah. Alasannya sama sih, karena datang terlambat. Jadi malas mau masuk. Padahal nyaris setiap hari saya datang ke sekolah selalu terlambat, karena dari rumah menuju sekolah harus menggunakan oplet.

Saya sekolah swasta. Pada saat itu hampir semua sekolah swasta masuknya siang. Tidak seperti sekarang. Rata-rata sekolah swasta masuk pagi.

Karena masuk siang, paginya saya bekerja membantu orang tua. Noreh karet. Kadang pulangnya pukul 11.30 sampai pukul 12.00. Setelah itu saya langsung mandi, makan siang dan siap berangkat ke sekolah. Dari rumah sampai ke simpang jalan besar saya dan teman-teman menggunakan sepeda, setelah itu menunggu oplet menuju ke sekolah. Kadang sampai sekolah sudah pukul 13.00, padahal masuknya pukul 12.30, jadi sudah terlambat setengah jam. Meski terlambat, guru tidak pernah marah kepada kami. Ya mungkin sudah maklum, karena memang sarat-rata anak yang sekolah di sana paginya bekerja membantu orang tua.

Kembali ke cerita saat saya bolos sekolah… Seperti biasa saya datang terlambat. Namun kali ini saya tidak masuk ke kelas, melainkan bolos di samping sekolah bersama teman saya. Sama seperti bocil SD tersebut saya juga merokok. “Malas pelajaran bahasa inggris, nanti jak masuk pas jam kedua” Hehehe. Ternyata pada jam pelajaran kedua saya juga tidak masuk sekolah. Kebetulan pelajaran kedua adalah Bahasa Arab.

Setelah pelajaran Bahasa Arab selesai dan istirahat, kami langsung meninggalkan sekolah. Padahal sebenarnya masih ada jam pelajaran ketiga. Namun kami memilih pulang. Kami kemudian menunggu opelet tak jauh dari sekolah. Beberapa saat kemudian ada opelet menuju arah pulang. Kami stop dan kami langsung naik.

Sesuatu yang tidak kami duga ternyata terjadi. Guru Bahasa arab yang mengajar kami tadi ternyata juga hendak pulang. Dari kejauhan dia terlihat sedang berada di tepi jalan, sepertinya menunggu opelet. Ternyata benar, dia menyetop opelet yang sedang kami naiki. “Waduh mati kita, bagaimana ini, gawat kalau pak guru juga naik opelet ini,”

“Mau bagaimana lagi, sudah terlanjur” jawab teman saya.

Saat beliau naik opelet saya sangat merasa bersalah. Saat itu beliau tidak marah kepada kami. Karena memang saat mengajarpun beliau tidak pernah sama sekali marah. Tapi jujur justru saya yang merasa tidak enak. Malu………….. Ini pengalaman yang tidak akan kami lupakan, bolos sekolah namun ketahuan guru…….. Tapia pa boleh buat… Akhirnya saya hanya bersandiwara di depan sang guru dengan pura-pura lemas, supaya dikira sedang dalam kondisi demam. Hahahaha.

Jadi masalah bolos sekolah ini memang hal yang biasa terjadi di sekolah. Saya mau mengomentari bocil SD tersebut, merasa tidak layak, karena memang sayapun pernah melakukan hal yang sama. Saat mau mengomentari dia merokok, saya sendiri perokok.

Saya hanya ingin mengatakan, tidak perlu menilai orang lain pada saat dia seperti itu. Karena kita tidak akan tahu kedepannya dia akan bagaimana dan menjadi apa. Karena orang-orang yang saat ini hebat dulunya juga pernah bolos dan melakukan kenakalan serupa. Hmm jadi tidak ada kesimpulan dalam tulisan saya. Silakan simpulkan sendiri.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun