Mohon tunggu...
Ali Anshori
Ali Anshori Mohon Tunggu... Freelancer - Ali anshori

Bekerja apa saja yang penting halal. Hobi olahraga dan menulis tentunya

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Inilah Surganya Eks Gafatar

25 Januari 2016   07:47 Diperbarui: 14 Februari 2016   23:21 5415
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="kantor eks gafatar yang ada di kamp Dusun Batu Balwan desa Pelempai Jaya. (ali)"][/caption]Rasa penasaran saya untuk mengetahui pemukiman eks gafatar yang ada di desa Pelempai Jaya kecamatan Ella Hilir, akhirnya terbayarkan setelah saya mengunjungi lokasi itu pada Minggu (24/1) siang. Butuh perjuangan ekstra untuk sampai ke sana karena kondisi jalannya sangat buruk.

Sekitar pukul 13.00 WIB saya bersama teman Muhammad Desi Asiska, memulai perjalanan dari Nanga Pinoh menuju Ella Hilir menggunakan sepeda motor mega pro. Dari Nanga Pinoh sampai ke kecamatan Ella Hilir membutuhkan waktu kurang lebih 1 jam dengan kecepatan 60 km perjam. Dengan kondisi jalan cukup mulus.

Dari kecamatan Ella Hilir ke lokasi kamp eks gafatar perjalanan dilanjutkan dengan melintasi jalan perkebunan kelapa sawit PT SMS. Jalannya rusak berat, apalagi dimusim penghujan seperti sekarang ini. Beruntung saat di simpang jalan kami bertemu dengan penduduk setempat sehingga   kami diajak melintasi jalan alternatif yang bisa sampai ke kamp eks gafatar.

Namun jalan alternatif yang kami lalui juga tak seindah yang dibayangkan. Kondisinya juga rusak parah, sebab dalam beberapa hari ini banyak sekali masyarakat yang keluar masuk menggunakan jalan tersebut. Dalam perjalanan motor yang kami tumpangi sempat beberapakali jatuh dan saya juga harus naik turun agar bisa melintas. Dari simpang jalan kecamatan sampai ke lokasi kamp eks gafatar sejatinya tidak terlalu jauh. Kurang lebih 2 km saja.

Setelah setengah jam menempuh perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya kami sampai di kamp eks gafatar yang ada di dusun Pelempai desa Pelempai Jaya. Kamp ini merupakan kamp pertama yang ada di desa itu.  Tidak ada aktifitas, hanya ada beberapa warga lokal yang duduk-duduk di sampaing kamp tersebut. “Semua penghuninya sudah pergi ke Nanga Pinoh” kata warga tadi.[caption caption="Saya switer putih saat berbincang dengan koordinator eks gafatar (kaos hitam topi hijau) di kamp dua. Lokasi ini merupakan pusat kegiatan (ali)"]

[/caption]

Warga yang ada di lokasi itu juga hanya ingin melihat-lihat sembari menjaga barang-barang milik warga eks gafatar yang tersisa. Tak lama kemudian terlihat dua warga yang menggunakan sepeda motor datang. Di belakangnya banyak membawa bawaan. Rupanya barang-barang itu mereka beli dari warga eks gafatar di kamp kedua.

Setelah ngobrol sejenak dengan warga setempat kami melanjutkan perjalanan menuju kamp ke dua yang ada di dusun Kesepuk. Jaraknya tidak terlalu jauh, hanya butuh waktu kurang lebih 10 menit untuk sampai ke sana. Kamp kedua bangunannya lebih besar dan tertata rapi. Fasilitas seperti kamar mandi dan toilet juga tersedia di sini. Sedangkan untuk sumber air bersih warga mengandalkan sungai yang ada. Di kamp ini juga ada bangunan khusus untuk pertemuan warga sekaligus dijadikan sebagai pusat belajar anak-anak eks gafatar.

Aktifitas di kamp ini lebih ramai, banyak penduduk lokal yang ada di sana. Sebagian ada yang membantu mengemasi barang-barang milik eks gafatar, sebagian lagi sengaja datang untuk mencari kesempatan membeli barang milik eks gafatar yang dijual, karena harganya lebih murah. Seperti sepeda motor, perabot rumah, ataupun sisa-sisa sembako yang ada, termasuk ternak sapi yang dijual.[caption caption="kamp dan pertanian eks gafatar di kamp dua desa Pelempai Jaya"]

[/caption]

Di sekitar kamp banyak ditemui tanaman seperti cabai, kacang panjang, tomat dan tanaman lainnya. Tanaman tersebut bahkan sudah memasuki masa panen. “Ini rencananya untuk konsumsi sendiri,” kata Sugeng Hadi Riyanto satu diantara warga eks gafatar.

Sugeng menjelaskan, eks gafatar di sana sudah memiliki lahan yang luasnya kurang lebih 500 hektare. Mereka membelinya dari seorang penghubung yang ada di Pontianak. Selain menjadi pemukiman lahan ini juga dijadikan pertanian, beternak dan memelihara ikan.

Untuk penerangan warga menggunakan panel listrik dengan kekuatan 600 what, bisa mencukupi kebutuhan seluruh kamp pada malam hari, termasuk untuk menyalakan tv. Dengan tv inipula mereka bisa menyaksikan informasi terkini di daerah luar. Termasuk mendengar informasi tragedi pembakaran kamp eks gafatar di Mempawah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun