“Saya juga sedih mendengarnya, bagaimana seandainya itu adalah kami,” kata Sugeng.[caption caption="saya bersama penduduk setempat saat foto di sungai dusun batu belawan desa Pelempai Jaya. Di sungai ini warga eks gafatar juga membangun pembangkit listrik tenaga air. (ali)"]
Sedangkan untuk jaringan seluler sinyalnya terkadang datang dan pergi. Namun cukup lancar.
Ada sekitar setengah jam kami di kamp kedua, kami penasaran dengan kamp ketiga yang ada di Batu Belawan. Dengan petunjuk warga setempat kamipun menuju kamp berikutnya, dengan kondisi jalan cukup baik, hanya saja daerahnya perbukitan dan banyak sekali jembatan darurat. Sepanjang perjalanan menuju kamp ketiga ini di sisi kanan jalan terlihat tanaman jahe yang cukup luas. Jujur kami merasa kagum dengan pertanian tersebut. Padahal sebelumnya daerah itu merupakan hutan belantara.[caption caption="Sisa PLTA milik warga eks gafatar di kamp tiga. "]
Kurang lebih 20 menit akhirnya kami sampai ke kamp ketiga. Di sini pemandangannya jauh lebih menarik dibandingkan dengan kamp-kamp lainnya. Menurut informasi warga kamp ketiga ini menjadi kantor eks gafatar. Di kamp ketiga ini warga eks gafatar juga sudah membangun Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). PLTA ini dibangun di sungai sekitar, dengan pemandangan yang cukup memikat. Airnya jernih, dan arusnyapun deras apalagi di situ juga banyak terdapat riam. Wajar jika lokasi ini menjadi kantor pusat kegiatan. Wajar pula jika pengurus gafatar pusat menjadi daerah di Melawi sebagai pusat kegiatan kelompok tersebut. (**)
Melawi 25/1/2016
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H