[caption caption="Wayang Beber (foto diporabudpar)"][/caption]Mirip Wayang Beber di Jawa
Banyak kisah yang tertuang dalam gambar peninggalan sejarah di benang pokat. Pemerhati Budaya asal Banjarmasin, Bambang Sugiyanto mengungkapkan, benang pokat memiliki kaitan dengan pertunjukan seni wayang beber, bagaimana kisahnya?
Ali Anshori/Melawi
Wayang beber adalah suatu jenis pertunjukan teater khas Indonesia, dan mempunyai sejumlah varian bentuk ungkapan dan lainnya. Wayang ini ditandai kesamaan ciri teknis, yaitu tokoh cerita dibuat dalam bentuk peraga, berupa boneka pipih atau tiga dimensi, dan peraga-peraga itu dimainkan oleh seorang dalang. Varian peraga lainnya adalah manusia (sebagai pemeran/penari) yang disebut dengan wayang wong (Jawa dan Bali), atau wayang wwang (dalam bahasa Jawa Kuna).
Kalau wayang kulit dan wayang golek, dalang sebagai pengatur cerita memainkan tiruan manusia dari bahan kulit atau boneka, sementara pada pertunjukkan wayang beber, kisah yang akan diceritakan sudah tergambarkan semua dalam bentuk lembaran kain panjang yang dibeberkan dihadapan penonton. Semua pertunjukan wayang tersebut selalu diiringi dengan seperangkat gamelan sebagai pelengkap.
Dalam bahasa Jawa Kuna, pada satu teks prasasti dari raja Balitung pada awal abad ke-10 Masehi, disebutkan istilah “mawayang bwat hyang”, yang kurang lebih berarti pertunjukan wayang untuk “hyang” (= dewata). Dari teks ini bisa dimengerti bahwa wayang merupakan satu diantara peninggalan leluhur yang biasanya dimainkan dalam konteks fungsi ritual. Kata “hyang” yang berarti kedewataan, menjadi dasar pemikiran tersebut.
Kemudian pada perkembangan wayang terkini, pertunjukan wayang yang biasanya diadakan selalu berhubungann dengan ritual atau tradisi tertentu, pada masa sekarang, pertunjukan wayang dilakukan untuk murni keperluan estetik semata.
Satu diantara bentuk wayang tersebut adalah wayang beber, yang menggunakan peraganya sebuah lembaran kain panjang yang sudah digambari dengan sketsa tentang alur cerita tertentu. Lembaran kain bergambar inilah yang kemudian dibentangkan dan mulai diceritakan oleh seorang dalang dengan dibantu sejumlah orang yang membunyikan gamelan sebagai music pengantar pertunjukan wayangnya.
Lebih lanjut Bambang mengungkapkan, pembentangan kain ini dalam bahasa Jawa disebut dengan “beber”, dan jadilah nama pertunjukan wayang yang menggunakan kain panjang ini sebagai wayang beber.
Apakah pertunjukan wayang beber pernah dilakukan di Kalimantan Barat? Pernah atau tidaknya masih memerlukan penelitian lanjutan. Yang jelas, salah satu unsur pertunjukan wayang beber ada dan disimpan di Desa Nanga Potai.
Sementara kalau unsur gamelan, masih banyak ditemui pada rumah-rumah adat Dayak lama. Pada umumnya mereka masih menyimpan sebagian perangkat gamelan yang kemungkinan besar berhubungan erat dengan pertunjukan wayang beber pada masa lalu. (bersambung)