Tepat pada 15 Juni 2021 saya bersama Frater Ari dan rombongan para Frater keuskupan Denpasar pergi ke Bali. Liburan di bali merupakan mimpi saya sejak kecil. Mungkin karena seringnya mendengar atau menonton di televisi menyangkut keindahan wisata di Pulau ini.Â
Tidak hanya itu melainkan juga karena ada turis-turis yang membuat saya bertanya bagaimana rupa manusia selain orang Indonesia. Kesan lain juga karena kegagalan mengikuti study tour ketika masa SMA.Â
Harapan agar di Tahun Rohani juga bakal liburan di Bali. Tetapi lagi-lagi gagal. Akhirnya mimpi itu tercapai ketika saya sudah di seminari tinggi ini. Perjalanan yang kami lalui cukup menarik. Menggunakan Kereta-Kapal Ferry-Mini Bus-Mobil. Perjalanan panjang namun terasa sangat menyenangkan dan saya sungguh menikmatinya.
Ketika sampai di Pulau Bali, kesan pertama saya "Saya bukan saja berkeliling di Indonesia melainkan juga berselancar di seluruh belahan bumi ini." Bangunan yang unik nan kental akan warisan kebudayaan hindu, bentuk relief dan arsitektur, nilai-nilai kebudayaan hingga karya seni yang begitu mengagumkan.Â
Rasa kagum ku membuat aku tak percaya bakal berada di pulau ini. Dalam rasa kagum dan skeptis ini tak henti-hentinya saya berkata dalam hati "Terima kasih Tuhan atas kesempatan indah ini" Bahkan sepanjang masa liburan ini saya selalu bertanya-tanya soal kearifan lokal kebudayaan Bali dan searching di internet soal tata krama yang harus saya lakukan di pulau ini. Dan, saya bersyukur karena saya boleh mengenal dan mengetahuinya.
Liburan di momen pertama ini bukan hanya sekedar liburan dan senang-senang. Ada satu poin yang juga berpengaruh dalam hidup panggilanku yakni berpastoral sederhana di Paroki Maria Bunda Segala Bangsa (MBSB) Nusa Dua.Â
Berkat komunikasi yang baik bersama dengan Romo Rico dan Romo Adi perjalananku pun dimulai. Sambutan hangat dan penuh persaudaraan sebagai seseorang konfrater dalam menapaki panggilan Tuhan begitu mengobarkan semangatku.
Sabda Tuhan ini kiranya menyadarkan dan semakin menambah imanku persoalan "Hidup yang sehati dan sejiwa Gereja Perdana" Apakah hal ini karena identitasku sebagai calon imam?Â
Dan, saya harus mengatakan "Yes". Liburanku akhirnya terasa sangat lengkap karena bukan hanya kesenangan duniawi saja yang saya peroleh melainkan hal yang Ilahi juga mengantar saya pada pelayanan bersama Tuhan bagi umat di paroki MBSB. Boleh saya katakan bahwa ini merupakan pengalaman pastoral pertama saya yang sungguh berkesan.
Selama liburan di Bali ada banyak hal yang saya lakukan yang terangkum dalam dua hal pokok. Pertama, Keliling Bali. Hampir seluruh kota dan tempat wisata saya lewati.Â