Mohon tunggu...
Ali Iskandar
Ali Iskandar Mohon Tunggu... Lainnya - Pelayan Maszawaibsos

Peminat Sosial Humaniora, tinggal di Lumajang.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Membuktikan Mabrur Pak Haji

8 Juli 2024   11:21 Diperbarui: 8 Juli 2024   11:24 36
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tentu ini memberikan kesadaran penuh bagi jamaah bahwa ia siap mendermakan yang terbaik dari materi yang dimilikinya sebagaimana Allah SWT berpesan bahwa kamu tidak akan mendapat kebaikan sebelum memberikan yang terbaik dari apa yang kamu cintai (QS. 4:39). Kapan dan dimana mereka mendermakan komitmen social itu ? tentu saja selepas kembali ke kampung halaman. 

Lepas dari jerat kemiskinan Melihat kuota jamaah pada tahun ini berjumlah 241.000 orang, harapan umat berpangku pada pundak mereka. ekspektasi umat yang demikian besar dalam kontribusi penyelesaian masalah sosial khususnya kemiskinan. Memang tidak semua jamaah haji adalah mereka yang mampu secara materi. 

Tetapi hampir pasti sebagian besar mereka adalah berasal dari kalangan kaum yang mampu secara finansial. Bila tujuh puluh persen dari jumlah total tersebut berkesadaran penuh mengalokasi 2,5 persen dari pendapatannya untuk seorang papa, tentu merupakan kenyataan bahagia bagi mereka. Setidaknya kontribusi alumnus masjidil haram mewujud pada ranah entasan kemiskinan. 

Cerita menarik dari kalangan sufi dikisahkan suami istri dari kalangan pas-pasan yang mempunyai niat yang sangat kuat untuk menunakan ibadah haji. Mereka berdua mengumpulkan bekal sedikit demi sedikit sampai akhirnya menurut prediksi mereka sampai ke tanah haram. 

Ketika perjalanan melewati sebuah kampung didapatkan penduduknya sangat miskin dan dalam kondisi kelaparan. Benak mereka diliputi keragu-raguan. Tegakah membiarkan mereka mati kelaparan sedang ditangannya ada bekal meskipun untuk bekal perjalanan haji yang sekian lama mereka impikan.

 Dalam suasana trenyuh itu mereka memberikan saja bekal yang ia bawa . Lalu mereka pulang. Sesampainya dirumah mereka berdua disambut oleh orang berpakaina putih yang belum sama sekali mereka kenal. Orang itu mengucap selamat bahwa ibadah hajinya diterima Allah sebagai haji mabrur. Tentu saja pasangan itu menolak karena belum sampai kesana. (Madjid, 2000:64). 

Tentu cerita ini tidak perlu diuji kebenarannya. Tetapi hikmah besar dibalik cerita itu yakni kontribusi karitas jamaah apapun bentuknya untuk membuktikan ke-mabrur-an haji mereka. Yang pasti Allah menyindir mereka yang dalam bersedekah tidak sebanding dengan harta yang dimilikinya (QS. 2:267). 

Kanjeng Nabi pernah berpesan: "Kamu harus memberi makan kepada mereka seperti yang kamu makan. Kamu harus memberi pakaian kepada mereka seperti yang kamu pakai. Dan kamu tidak boleh membebani mereka dengan sesuatu yang mereka tidak sanggup mengerjakan. Mengapa ? sebab mereka itu adalah daging, darah, dan makhluk seperti kamu". 

Renungan hadits ini adalah memberikan yang terbaik. Kaitan dengan kontribusi sosial ini adalah dikerjakan dengan serius, berkesinambungan dan jauh dari sekedar menggugurkan kewajiban. Bila jamaah sejumlah tujuh puluh persen serius dalam karitasnya terhadap pengentasan kaum papa untuk pendidikan putra-putri mereka misalnya, sampai berpenghasilan sendiri. Maka akan lahir generasi baru yang kelak juga akan menolong anak keturunan mereka dari seretnya roda ekonomi mereka sendiri dikemudian hari. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun