Mohon tunggu...
Ali Iskandar
Ali Iskandar Mohon Tunggu... Lainnya - Pelayan Maszawaibsos

Peminat Sosial Humaniora, tinggal di Lumajang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jati Diri Suami Istri Sebagai Hamba Allah dan Khalifah di Bumi.

1 Juli 2024   19:09 Diperbarui: 1 Juli 2024   19:09 46
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Menjembatani dua konsep relasi suami istri di atas maka menurut surat Taubah ayat 71 yang artinya : l"Laki-laki dan perempuan yang beriman adalah saling menjaga satu sama lain.  Mereka sama-sama memerintahkan kebaikan dan mencegah kemungkaran, mendirikan salat dan menunaikan zakat. Taat pada Allah dan rasulnya. Mereka itulah orang-orang yang dirahmati oleh Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijak."

Ayat di atas memahamkan kepada kita tentang pentingnya posisi masing-masing laki perempuan. Apapun keadaannya itu. Termasuk mereka yang sedang memiliki jabatan sebagai suami maupun sebagai istri. Yakni memiliki hak yang sama untuk mengabdi kepada Allah dengan tidak meninggalkan posisinya masing-masing, sebagai mukmin dan juga sebagai mukminat. Bahkan memiliki peluang untuk berkontribusi mewujudkan cita-citanya sekalipun mereka berperan sebagai suami dan istri dalam rumah tangganya.

Dengan demikian sekalipun masing-masing telah memiliki jabatan sebagai suami dan sebagai istri, tidak menghilangkan jati dirinya sebagai suami dan sebagai istri tersebut. Sebab mereka sama-sama memiliki jabatan lain selain jabatan rumah tangga tersebut. Yakni sama-sama hidup di bumi dan sebagai hamba Allah SWT.

Relasi Ilahiyah Jati Diri Suami

Mendukung pemahaman tersebut maka Bagaimanakah jati diri suami istri sebagai hamba Allah dan sebagai khalifah di bumi ?

Pertama menghamba hanya kepada Allah. Suami dan istri sama-sama memiliki pengabdian yang sama. Selama nyawa masih dikandung badan landasan spiritual suami maupun istri tersebut adalah sebagai hamba Allah. Dengan landasan ini maka suami maupun istri berada pada nuansa yang positif dalam memaknai hidup mereka di bumi. Termasuk kehidupan mereka dalam rumah tangga dalam keadaan apapun.

Kedua, memaksimalkan kemaslahatan di dunia. Suami dan istri memiliki peran yang sama memberikan kemaslahatan dimanapun ia berada. Peran  itu  dimulai  dalam kehidupan rumah tangga.


Ketiga ketakwaan adalah ukuran kemuliaan. Seperti firman-Nya Inna akromakum indallahi atqokum. Sesungguhnya yang paling mulia disisi Allah adalah ketakwaannya.

Demikian pula yang terjadi pada suami istri. Sekalipun Ia memiliki jabatan sebagai istri maupun sebagai suami. Nilainya sama dihadapan Allah. Siapa yang lebih bertakwa maka ialah yang paling mulia di hadapan Nya.

Keempat, wujud Taqwa adalah memperlakukan pasangan dengan baik. Entah itu pada pihak suami terlebih pada pihak istri. Tidak ada pelayanan sebelah atas motif apapun. Pelayanan suami kepada istri yang dilandasi atas pelayanan sebagai hamba Allah dan untuk kebaikan bumi, maka ia akan memperlakukan pasangannya tersebut dengan memuaskan. 

Demikian pula sebaliknya layanan istri terhadap suaminya semata-mata adalah untuk memberikan kenyamanan kepada suami demi kenyamanan hidup anak cucunya. Yang mana mereka kelak akan berkontribusi pada kehidupan dunia dan memberikan kemaslahatan kepada dunia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun