Mohon tunggu...
Ali Iskandar
Ali Iskandar Mohon Tunggu... Lainnya - Pelayan Maszawaibsos

Peminat Sosial Humaniora, tinggal di Lumajang.

Selanjutnya

Tutup

Love

Dialog Pasangan dalam Bimbingan Perkawinan: Sesi Membangun Keluarga Sakinah

20 Juni 2024   10:29 Diperbarui: 20 Juni 2024   10:50 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Tidak mudah dalam menjalin dialog dengan pasangan. Terutama saat menentukan visi keluarga kedepan. Yang terjadi sering kali kesalahpahaman. Boleh jadi hal ini disebabkan oleh suami istri memiliki sudut pandang yang berbeda dalam memandang arah kehidupan. 

Dalam bimbingan perkawinan yang diselenggarakan oleh KUA Kecamatan, sesi ini disampaikan semenjak awal. Tujuannya adalah untuk  mencapai keselarasan dalam menentukan arah dan tujuan kehidupan saat mereka hidup rumah tangga.

Apakah hal ini dilakukan oleh mereka calon pengantin yang hendak melaksanakan akad nikah ?.   Jawabannya, belum tentu masing-masing masih belum membuka diri untuk mengenal lebih dalam akan visi hidupnya. Atau bahkan mereka masih belum memiliki, apalagi menentukan visi kehidupannya. Usia adalah faktor yang menentukan dalam hal ini. Mereka yang menikah di usia remaja, menikah  adalah masa masa indah untuk dijalani bersama. Sedangkan berkeluarga memiliki aneka dinamika saat mereka sudah memasuki gerbang tersebut.

Dinamika Calon Pengantin Menentukan Visi Hidupnya.

Bagi calon pasangan yang belum mengenal visi kehidupan. Boleh jadi menjadi pertanyaan yang sulit untuk dicerna terlebih untuk dijawab pasangan yang berusia 20 tahun ke bawah. Atau mereka yang masih menempuh pendidikan. Kecuali mereka yang sudah terdidik oleh kehidupan yang keras serta keadaan yang mendukung. Sehingga mereka secara terpaksa harus dapat merumuskan visi tersebut untuk kehidupan yang lebih baik.

Bimbingan Perkawinan adalah bagian dari suatu cara untuk memperkenalkan kepada mereka akan pentingnya visi hidup yang hendak mereka jalani. Beberapa pasangan memang beragam pada saat mereka mengikuti sesi menentukan visi kehidupan.

Pertama pasangan yang berlatar belakang orang tua broken home, tetapi memperoleh kasih sayang dari orang tua tunggal mereka, memiliki kecenderungan dapat menggambarkan visi hidupnya secara lebih banyak dibandingkan dengan pasangan yang dari keluarga utuh tetapi kurang memperoleh pendidikan yang tuntas.

Kedua pasangan yang pernah menikah dan masih berusia belia, tidak dapat menjelaskan visi hidup secara tuntas, karena keterbatasan pendidikan yang dimiliki sekalipun keluarga mereka utuh.

Ketiga, pasangan yang hidup di lingkungan kurang mendukung untuk itu, dengan mayoritas kurang menuntaskan pendidikan dasar, memiliki pengaruh kuat dalam menentukan keterampilan calon pengantin untuk menulis visi kehidupannya.

Sedang cara mereka dalam menentukan visi kehidupan, juga beragam. Pertama, ada yang secara terbuka untuk menulis visi hidup mereka. Artinya calon pasangan dapat dengan lancar dan tidak terbebani pada saat mereka menulis visi kehidupannya. 

Kedua ada yang menutupi catatan mereka agar tidak dilihat oleh calon pasangannya tersebut. Khususnya ketika ada yang saling menutupi dari jalan pasangan masing-masing saat sesi menulis visi kehidupannya.

Masing-masing calon pengantin, memang memiliki ciri khas sendiri. Adakalanya sikap dan ketertutupan dalam menu sesi ini disebabkan oleh rasa malu untuk diketahui oleh pasangan masing-masing. Ada pula yang tidak ingin diketahui terlebih dahulu sebelum mereka menuntaskan tulisan tersebut. Ada pula yang memang tidak ingin diketahui oleh pasangannya itu masing-masing.

Memberikan Ruang Ekspresif Untuk Mengungkapkan Visi Hidupnya.

memberikan ruang yang sama untuk memperoleh dalam mwngungkapkan pendapat merupakan hak setiap orang. Sekalipun suami istri. Terlebih saat mereka masih dalam kondisi calon pengantin. Kesempatan ini sepatutnya menjadi hak mereka untuk menuangkan fikirannya sama sama berkembang antara calon suami dan calon istri. Dalam bimbingan perkawinan diberikan ruang demikian.

Harapannya tentu saja untuk menuntaskan unek-unek mereka dalam mengarahkan visi hidupnya ke depan. Khususnya pada saat menjalani kehidupan rumah tangga. Menjelaskan memperlihatkan visi kehidupan masing-masing kepada calon pasangan menjadi urgen untuk diketahui bersama. Sehingga ini menjadi bekal saat mereka hidup dalam rumah tangga. Keterbukaan semenjak awal secara teoritis memang amat dianjurkan. Tetapi rasa malu takut serta tidak ingin diketahui menjadi penghalang untuk itu. Keadaan ini akan menjadi penghalang dalam komunikasi dalam saat mereka berumah tangga.

Sesi dialog dengan pasangan sesaat setelah mereka menulis visi kehidupannya akan berpulang kepada mereka masing-masing. Tulisan tulisan mereka dapat menjadi referensi dikemudian hari. Menjadi pengikat serta pengingat saat menjalani dinamika rumah tangga. 


Pada kesempatan ini pula fasilitator bimbingan perkawinan memfasilitasi unek-unek yang mereka sampaikan dalam bentuk tulisan tersebut. Memperhatikan cara mereka menulis, membuka dialog serta cara mereka berdialog merupakan momen dan episode penting sebelum mereka memasuki kehidupan yang sebenarnya yakni kehidupan rumah tangga. Memperkuat serta mengoreksi dan meminimalisir cara berdialog serta materi dialog pasangan tersebut merupakan pengalaman berharga bagi setiap peserta bimbingan perkawinan yang tidak dapat diperoleh oleh mereka di waktu lain.

Melalui bimbingan perkawinan ini kita berikhtiar mewujudkan harmoni kehidupan dalam rumah tangga serta mengawal mereka menuju keluarga Samara [sakinah mawadah rahmah]. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun