Mohon tunggu...
Ali Iskandar
Ali Iskandar Mohon Tunggu... Lainnya - Pelayan Maszawaibsos

Peminat Sosial Humaniora, tinggal di Lumajang.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Memulai Memahami Fondasi Keluarga

14 Juni 2024   11:03 Diperbarui: 14 Juni 2024   11:25 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

.

Sekalipun berpasangan itu merupakan kodrat, namun boleh jadi menjadi rumit saat mereka tidak memahami fondasi keluarga. Fondasi keluarga memiliki posisi urgen untuk mencapai sebuah keluarga yang dikatakan sebagai sakinah mawadah Rohmah.

Masing-masing baik, suami maupun istri tentu memiliki gambaran yang berbeda dalam memahami fondasi keluarga. Keperbedaan ini dapat menjadikan sebagai pemicu atas perselisihan yang terjadi secara terus-menerus. Namun hal ini dapat diselaraskan semenjak dini. Semenjak mereka masih belum melaksanakan prosesi sakral akad nikah, kesepakatan dan kesepahaman bersama. Ini patut untuk digaungkan kepada setiap calon pengantin. Tujuannya agar mereka pada saat hidup bersama, memiliki kesamaan pandangan dalam memahami pondasi keluarga yang mereka jalani ke depan.

Konsep pondasi keluarga sakinah.

Penggalian konsep pondasi keluarga sakinah memang perlu diperjelas. Sebab dalam kehidupan ini, ada banyak konsep paradigma yang mendasari seorang berpikir untuk bertindak sesuai dengan arah pikirannya tersebut.

Sedang paradigma yang ditawarkan di sini adalah paradigma Islam yang dijadikan sebagai alat untuk membangun pondasi keluarga sakinah tersebut. Konsep paradigma pondasi keluarga sakinah seperti yang dijelaskan dalam modul bimbingan perkawinan KUA Kecamatan, disusun oleh tim modul Bimtek bimbingan perkawinan tahun 2021 Kementerian Agama Pusat.

Dikatakan bahwa peserta harus bisa memastikan "Apa beda manusia dengan makhluk lainnya ?".

Penting untuk dijadikan perhatian unsur spiritual yang menjadi terdepan dalam hal ini. Dimensi kehidupan selain dunia ialah akhirat. Dimensi akhirat merupakan hakikat kehidupan yang sebenarnya. Ia bersifat abadi, tak terbatas pastinya setiap manusia akan mengarungi dimensi tersebut sesuai dengan keadaan yang ditanamnya selama mereka menjalani kehidupan di dunia. Paradigma ini yang perlu dipahami bersama oleh masing-masing calon pengantin sebelum mereka mengarungi bahtera rumah tangga.

Ketika mereka sudah memahami sampai kepada tingkatan kesimpulan bahwa apa yang mereka yang mereka lakukan tidak akan pernah sia-sia. Sekalipun itu kebaikan sebiji atom, akan memberikan nilai kelak pada saat menjalani kehidupan Abadi. Hal ini dapat dipahami bahwa selama tiupan ruh dihembuskan ke dalam sebuah janin maka pada saat itu mereka berkomitmen untuk taat kepada Allah SWT kapanpun, dimanapun dalam kondisi apapun utamanya setelah seseorang tersebut hidup dewasa.

Paradigma ini boleh jadi tidak sama dipahami oleh para calon pengantin. Boleh jadi pula diantara mereka memahami bahwa kehidupan itu hanya di dunia kemudian kehidupan akhirat sebagai bentuk transit belaka. Bahkan mereka meyakini tidak akan terjadi sama sekali.

Atau yang kedua sama-sama memakai paradigma yang sama yakni paradigma agama Namun bila calon suami dan calon istri tidak memahami skala prioritas, maka bukan tidak mungkin hal ini menjadi pemicu terhadap perselisihan yang tak kunjung selesai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun