Bukankah dulu sempat terjadi perubahan arah kiblat dari Ka'bah ke Baitul Maqdis. Lalu Allah memerintahkan Nabi untuk kembali menjadikan Ka'bah sebagai kiblat ibadahnya. Umatpun menjadi bingung. Kebenaran siapa yang sejatinya diikuti ?. Tapi tidak dengan mereka yang beriman kepada Rasulullah SAW. Mereka meyakini bahwa apa yang dilakukan oleh Rasulullah SAW, sudah pasti diperintah oleh Allah SWT.Â
Penegassn Allah SWT ini diabadikan pada ayat 149, Allah berfirman : "Dan darimanapun anda keluar hadapkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram sesungguhnya itulah kebenaran dari Tuhanmu dan Allah tidak lalai dari apa yang kamu lakukan".
Pesan tersirat ayat diatas salah satunya adalah Allah memilah mana yang mengikuti Rasulullah SAW dan yang  tidak. Mereka yang ragu dengan sendirinya terseleksi dalam hal ini. Menunjukkan betapa pentingnya arah kiblat tentang kepastian kekompakan umat dizaman fitnah saat itu. Perjuangan Rasulullah SAW seringkali terhambat oleh mereka yang dholim dan pura-pura takut kepada Allah (QS. 2 : 150). Sehingga jalannya proses kejayaan umat bersama menjadi terhambat.
Kiblat juga menunjukkan kepatuhan personal umat islam tentang hakikat ketundukannya kepada Allah. Hal ini diawali dengan arah kiblat ibadahnya yakni kiblat shalat. Kepatuhan berikutnya adalah kepatuhan sosial [ijtima'iyah]. Menuntut adanya ketuntasan secara personal untuk melangkah kepada kejayaan umat manusia secara bersama sama. Semoga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H