Mohon tunggu...
Ali Iskandar
Ali Iskandar Mohon Tunggu... Lainnya - Pelayan Maszawaibsos

Peminat Sosial Humaniora, tinggal di Lumajang.

Selanjutnya

Tutup

Love Pilihan

Menentukan Visi Keluarga Melalui Bimbingan Perkawinan

25 Mei 2024   09:30 Diperbarui: 25 Mei 2024   10:02 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Love. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Prostooleh

Bimbingan Keluarga bagi calon pengantin sudah menjadi keharusan untuk Kantor Urusan Agama untuk menyelenggarakannya. Hal ini ditekankan bukan tanpa tujuan. Tetapi untuk menyikapi berbagai fenomena sosial keluarga yang diambang memprihatinkan. Angka perceraian yang masih tinggi dan persoalan lain untuk mendukung perselisihan dalam keluarga yang tak kunjung selesai.

Bimbingan perkawinan hakikatnya dibutuhkan untuk mereka calon pengantin yang hendak melaksanakan prosesi akad nikah. Sebab di dalam bimbingan tersebut mereka calon pengantin dibimbing untuk menentukan cara pandang yang sama dalam memandang kehidupan keluarga mereka. Harapannya setelah mengikuti bimbingan perkawinan tersebut, mereka memutuskan untuk mengambil jejak yang sama dengan pasangan masing-masing, melewati tahapan demi tahapan dalam rumah tangga tersebut.

Menggambar sungai kehidupan.

Mula-mula mereka diajak untuk menggambar sungai kehidupan. Tujuannya  untuk memberikan gambaran dalam benak mereka sejauh mana mereka menentukan umur yang hendak mereka jalani selama di dunia. Menentukan umur bukan untuk mendahului takdir. Tetapi untuk membantu capaian cita-cita yang telah dilalui dan diraih pada saat mereka berusia sekian tahun.

Dalam menggambar sungai kehidupan tersebut para calon pengantin diperintahkan untuk menempatkan tiga batu. Penempatan batu diletakkan pada titik awal sungai, tengah dan akhir sungai yang telah mereka gambar pada. Batu di akhir sungai merupakan gambaran usia maksimal yang telah mereka tempuh selama hidup di dunia. Sedangkan batu di titik tengah sungai menunjukkan usia saat ini yang sedang mereka jalani.

Pada titik akhir batu para peserta diperintahkan untuk menulis gambaran keadaan pribadi dan keluarga yang telah mereka jalani selama ini. Para peserta bisa merinci Gambaran tersebut. Semisal dengan telah memiliki usaha yang telah dijalankan oleh anaknya, sudah melaksanakan ibadah haji atau umroh. Memiliki fasilitas hidup untuk menunjang kenyamanan hidup mereka dan lain sebagainya. Sedangkan untuk menggapai cita-cita tersebut, maka apa yang perlu dilakukan dimulai dari saat ini ?.  Inilah yang menentukan rincian pekerjaan tersebut untuk mereka tulis di batu yang kedua. Yakni batu yang menggambarkan usia saat ini yang hendak mereka jalani.

Rincian pekerjaan yang peserta tulis di batu kedua memiliki kesinambungan, ketersambungan pikiran dan perbuatan yang mengarah kepada rincian pada batu terakhir. bilamana tidak ada ketersambungan tersebut, fasilitator bimbingan perkawinan, yakni penghulu maupun penyuluh membimbing mereka untuk mengarahkan pada cita-cita yang diharapkan tersebut.

Bagaimana bila terdapat ketidaksamaan cita-cita antara yang ditulis oleh calon suami dan calon istri ?.  Maka hal ini menjadi tugas bersama terutama bagi calon pengantin untuk bermusyawarah. Prioritas mana yang perlu didahulukan. Sedangkan fasilitator membantu mengarahkan, sebelum mereka menentukan dan memutuskan untuk mengambil prioritas tersebut.

Prinsip agama sebagai panduan.

Menentukan kesamaan cara pandang antara suami istri tidaklah mudah. Hal ini dipengaruhi oleh berbagai faktor. Baik dari latar belakang keluarga, pendidikan ekonomi maupun pandangan mereka secara personal dalam memandang kehidupan. Ikhtiar untuk menemukan kesamaan tersebut perlu mendapatkan intervensi agama agar mereka tidak terlalu lama dan berlarut-larut dalam menentukan visi kehidupan dalam keluarga mereka.

Dalam buku Membangun Surga di Bumi, suami istri urgen menggunakan prinsip tauhid sebagai landasan untuk membangun keluarga sakinah. Musdah Mulia menegaskan bahwa pengetahuan awal mengenai tauhid adalah mengakui keesaan Allah sebagai pencipta alam semesta, mengenal nama dan sifat-Nya serta mengetahui bukti-bukti rasional tentang keberadaan wujudnya (2011;6). Ini akan menentukan pada sikap mereka selama menjalani kehidupan. Termasuk sikap mereka dalam kehidupan rumah tangga. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun