Mohon tunggu...
Ali Afriandy
Ali Afriandy Mohon Tunggu... -

Masyarakat Adat Tanpa Wilayah Adat.\r\nSelalu Dekat Dengan Konflik SDA.\r\n\r\n\r\nTata Ruang Selalau di Bayang-Bayangi Kepentingan Politik dan Ekonomi.\r\n\r\nRevolusi Hukum Adalah Harga Mati Di Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Pilu setelah Perusahaan Bubur Kertas di Indonesia Berkomitmen

23 Maret 2016   12:13 Diperbarui: 23 Maret 2016   12:20 217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada dua perusahaan raksasa bubur kertas yang mendiami indonesia saat ini yaitu APRIL Group  dan APP Group, tahun 2013 dimulai oleh APP mengeluarkan FCP yang menjadi acuan dari komitmen mereka untuk tidak membuka kanal di lahan gambut, menebang hutan alam, menghormati hak-hak masyarakat dan menyelesaikan persoalan konflik sosial di seluruh areal konsesi mereka. Ditahun 2015 diikuti oleh APRIL mengeluarkan SFMP 2.0 yang menjadi acuan untuk berubah menjadi baik, tidak lagi menebang hutan alam, tidak lagi membuka kanal dilahan gambut, menyelesaikan konflik sosial di seluruh konsesinya.

Seiring berjalannya waktu, banyak dinamika yang terjadi dalam menjalankan komitmen tersebut, belum adanya kesamaan dalam memahami makna dan nilai-nilai dari komitmen tersebut, hampir merata terjadi salah memaknai dan menterjemahkan nilai-nilai dari komitmen oleh level menengah kebawah pekerja yang ada diperusahaan, sehingga terjadi banyak sekali penyimpangan dari nilai-nilai komitmen tersebut.

Masih segar dalam ingatan kita bersama,  konflik sosial antara masyarakat desa lubuk mandarsyah dengan PT. WKS di Jambi sampai memakan korban jiwa yaitu meninggalnya saudara indra pelani, tragedi ini memperlihatkan bahwa terjadi penyimpangan nilai-nilai dari komitmen perusahaan bubur kertas, seharusnya komitmen tersebut dimaknai sama dan diterapkan mulai dari level atas sampai ke level pekerja paling bawah dan security perusahaan.

Ditempat yang berbeda, baru-baru ini terjadi kembali tragedi berdarah di konsesinya PT. Rimba Lazuardi di desa pesajian dan di wilayah desa setiang Kuansing, untungnya tidak ada menelan korban jiwa. Sampai saat ini hanya proses hukum yang sedang berjalan, usaha penyelesaian konflik sosial ini belum terlihat. Kita sangat menyesalkan peristiwa seperti ini terjadi disaat semua perusahaan bubur kertas dan kertas sudah berkomitmen untuk menjadi lebih baik. Konflik sosial ini seakan-akan dipelihara, menjadi mainan yang sewaktu-waktu bisa dimunculkan.

Apakah ini bentuk ketidak seriusan ataukah ini betul-betul dinamika masalah dalam proses menjalankan dan menerapkan satu persatu poin dari komitmen tersebut. Belajar dari semua kesalahan dan penyimpangan dari nilai-nilai komitmen perusahaan bubur kertas dan kertas yang ada di indonesia ini, sudah seharusnya ada evaluasi dan langkah-langkah yang tegas dan cepat didalam manajemen perusahaan bubur kertas dan kertas yang ada di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun