Dalam sebuah hadist, "Muliakan anak-anakmu, didiklah mereka dengan baik."
Judul dalam artikel ini berbentuk pertanyaan. Kenapa 1000 hari pertama Kehidupan itu penting? Ya, penting banget. Saat pertama memiliki anak, usia saya masih 26 tahun dan itu sudah sangat lama sekali. Saat itu belum ada Gerakan 1000 HPK ( Hari Pertama Kehidupan) yang dicanangkan oleh Menkokesra dan Bappenas pada 2012.
Tapi saya sudah paham dan mengerti ketika seorang wanita dinyatakan positif hamil, otomatis si calon ibu sudah harus mengkonsumsi makanan bergizi serta bernutrisi karena sangat berpengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan anak di dalam perut.
Saya yang memang suka membaca dan mendengarkan seminar mengenai parenting, termasuk disiplin untuk cek kandungan sesuai jadwal konsultasi. Setiap kedatangan di USG untuk mengetahui kondisi anak di dalam perut. Setiap selesai konsultasi tentunya dokter memberikan vitamin untuk imunitas si ibu hamil yang lebih rentan, vitamin kuatkan anak di dalam perut, vitamin agar tidak mual dan muntah, vitamin untuk kalsium agar tulang anak kuat, vitamin otak dan banyak vitamin jenis lainnya. Seingat saya dalam sehari harus minum 5 jenis vitamin yang ukurannya besar-besar.
Setiap saya mendapatkan vitamin baru dengan ukuran yang besar, saya biasanya mengernyit. Pasalnya saya nggak suka obat, meski dibilang itu bukan obat tapi vitamin, tapi buat saya sama saja. Kebendaan yang dibilang kapsul atau tablet itu harus diminum yang sebisa mungkin saya hindari. Tapi untuk saat itu, saya harus meminumnya demi si buah hati di dalam perut.
Lalu hal lain yang saya kurang suka ketika hamil adalah minum susu. Saya juga tidak suka susu, membuat saya mual dan mulas. Tapi atas nama cinta ibu kepada anak, saya rela minum susu dua hari sekali. Itupun sebelum minum susu, saya melakukan ritual dadakan yang saya buat khusus ketika hamil. Bergeming dulu, diam beberapa detik, menarik nafas panjang lalu menenggaknya langsung, lalu buru-buru saya minum air putih. Jujur, itu agak menyiksa. Tapi bisa saya abaikan lantaran sangat cintanya kepada anak di dalam kandungan itu.
Kalau sudah menjadi seorang ibu, apapun akan dilakukan untuk anaknya, berkorban tanpa pamrih, cinta tanpa syarat dan tentunya mengkonsumi makanan bernutrisi dan sehat.
Dikutip dari materi dr Endah Citra Resmi Sp.A (K) saat menjadi salah satu peserta Danone Digital Academy 2021, 1000 HPK itu adalah 9 bulan (270 hari) di dalam perut serta sampai anak berusia 2 tahun (365+365+270= 1000 hari). Ini yang disebut juga periode emas lantaran berpengaruh terhadap tumbuh kembang hingga dewasa.
Selama kehamilan saya juga banyak membaca untuk mencari info agar kehamilan dan anak di dalam perut ini tumbuh menjadi anak sehat walafiat. Apa saja yang harus dikonsumsi ibu hamil. Meski ada beberapa mitos yang tersebar di masyarakat. Misal rutin minum susu kedelai anak akan memiliki kulit putih. Saya ikuti saran itu, tapi memang sudah qadarullah anak saya yang lahir kulitnya cokelat, karena ayah ibunya juga nggak ada yang putih (Lol). Toh, selama susu kedelai itu sehat nggak ada salahnya saya konsumsi karena mengandung banyak vitamin dan kalsium, asal tidak berlebihan.
Saya jugamengikuti mitos lain, makan seafood karena anak akan memiliki otak cerdas. Lalu hindari makanan yang mengandung MSG dan makanan instan karena mengandung zat warna, dan zat pengawet. Alhamdulillah selama hamil saya tidak menyukai bakso, mie ayam dan mie instan yang terbilang tidak sehat dengan kandungan MSG yang tinggi. Terutama mie instan yang memiliki kandungan garam yang tinggi dan dikhawatirkan bisa menimbulkan hipertensi pada ibu hamil.
Sembilan bulan berlalu dan anak lahir dengan sehat walafiat juga melahirkan secara normal. Ternyata, anak lahir normal dan cesar itu juga ada perbedaannya. Jika lahir dalam keadaan normal, si anak akan keluar melewati jalan lahir yang banyak mengandung bakteri baik sehingga si anak secara alamiah memiliki imunitas tubuh yang kuat dibandingkan anak yang lahir secara cesar.
Saya termasuk saklek soal pemberian ASI pada anak. Sejak anak lahir saya langsung meminta suster untuk membawa si bayi untuk saya susui, karena air susu pertama si ibu itu mengandung kolostrum yang sangat penting untuk nutrisi anak yang mempengaruhi proses tumbuh kembangnya. Saya susui anak selama 2 tahun sesuai yang ada di dalam Al Quran surat Al Baqarah: 233
"Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama 2 tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan."
Dari sini sudah jelas, memberikan ASI untuk anak sampai usia 2 tahun itu sangat penting. Selain memberikan nutrisi yang baik bagi anak, juga mempengaruhi perkembangan otak serta imunitas tubuh. Bagi ibupun ada keuntungannya yakni bisa melangsingkan tubuh, program KB secara alamiah dan memperkecil kemungkinan terkena kanker payudara.
Saat menyusui anak saya diberikan informasi oleh seorang suster bagaimana anak bisa gemuk hanya dengan ASI tanpa sufor (susu formula). Anak diberikan ASI eksklusif itu selama 6 bulan tanpa diberi tambahan makanan apapun. Jika ada orang tua yang menyarankan anak sudah harus diberikan pisang atau nasi sebelum jadwal MPASI nya abaikan saja. Atau berikan penjelasan dengan baik sambil menyodorkan data atau artikel dari dokter.
Soal menyusui anak ini juga ada mitos yang berkembang di masyarakat dan membuat saya tersenyum. Payudara kanan itu untuk makanan dan kiri untuk minuman. Untuk orang awam mungkin hal itu masuk akal, tapi dalam dunia medis tentunya salah.
Ingin agar anak gemuk tanpa sufor? Ini saya kasih tips nya dan sudah saya pratekkan dengan anak saya. Usahakan menyusui pada satu payudara itu minimal 15 menit dan maksimal 30 menit. Karena di menit terakhir itu ada lemak yang menyebabkan anak gemuk. Dan jika menyusui hingga mendapatkan kandungan lemak, akan membuat si anak tidur pulas lantaran perutnya sudah kenyang. Jadi selama dua jam si ibu bisa melakukan aktivitas lainnya atau beristirahat. Dan dalam sebulan bobot anak saya naik 2 kilogram! Jadi lucu dan ndut, pipinya pun berubah menjadi bakpau.
Stunting
Kurangnya nutrisi dan asupan makanan bergizi saat anak masih di dalam kandungan akan berdampak pada pertumbuhan dan bisa berlanjut setelah kelahiran.
Dilansir dari laman Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan bahwa stunting merupakan kondisi anak gagal tumbuh baik fisik, maupun otaknya. Dihubungkan dengan manultrisi dan infeksi kronis (non endokrin). Stunting merupakan bagian dari perawakan pendek. Namun tidak semua anak berpostur pendek adalah stunting, bisa jadi karena faktor genetik.
Stunting juga dikaitkan dengan rendahnya akses air dan sanitasi penduduk, rendahnya pendidikan orang tua, pola asuh yang salah serta kurangnya tenaga kesehatan sehingga orang tua tidak teredukasi dengan baik.
Kenapa anak bisa stunting? Stunting itu berawal dari kurangnya nutrisi anak sejak di dalam perut. Banyak orang tua yang saking sibuknya lalu mengabaikan makanan sehat dan disiplin dalam mengkonsumsi makanan bergizi. Itulah sebabnya dalam masa kehamilan sangat penting memperhatikan gizi anak.
Jika saat hamil sering mual dan muntah yang dikhawatirkan gizi pada anak berkurang, dr Endah Citra Resmi Sp.A (K) dalam pemberian materi saat Danone Digital 2021 menjelaskan makanlah dengan menyicil. Artinya jika waktunya jam  makan jangan terlalu banyak, dicicil misal dalam waktu 2 jam tiga kali makan dengan porsi kecil.
Efek stunting bisa menetap seumur hidup dan mempengaruhi generasi selanjutnya. Anak-anak dengan stunting mengalami gangguan belajar di sekolah serta berpenghasilan rendah saat dewasa juga mengalami hambatan untuk berperan di masyarakat.
Stunting yang terjadi di Indonesia terbilang cukup mengkhawatirkan. Dilansir dari laman Kemenkopmk.go.id berdasarkan data studi Statistik Gizi Balita Indonesia (SSGBI) pada 2019, prevalensi stunting di angka 27,7 persen. Sedangkan pada Data World Bank tahun 2020 menunjukkan prevalensi stunting Indonesia berada pada urutan ke 115 dari 151 negara di dunia.
Alergi Susu Sapi
Apa hubungannya stunting dengan alergi susu sapi? Ada tentunya. Anak yang mengalami alergi susu sapi juga bisa menyebabkan anak terkena stunting. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat angka kejadian alergi susu sapi mencapai 2-7,5 persen dengan kasus tertinggi pada usia awal kehidupan. Pada umumnya gejala alergi ini bermanifestasi pada saluran pernafasan, kulit serta saluran pencernaan.
Alergi susu sapi yang menyebabkan stunting biasanya pada gejala berat seperti anemia, BAB darah yang terus menerus serta bermasalah pada usus sehingga mempengaruhi anak untuk tumbuh kembang. Meski presentasinya kecil tapi orang tua sebaiknya melakukan penanganan sejak dini.
Saya sempat bertanya kepada seorang teman yang anaknya mengalami alergi susu sapi untuk kebutuhan artikel ini. Anaknya yang pertama terdeteksi alergi susu sapi setelah selepas ASI dan mencoba minum susu formula. Baru hitungan menit reaksinya langsung terlihat dengan BAB sebanyak 20 kali. Langsung dibawa ke dokter yang didiagnosa kalau anaknya alergi susu sapi lalu diganti dengan susu soya agar kebutuhan nutrisinya tetap terjaga. Setelah usia 5 tahun anaknya pun bisa minum susu sapi.
Semoga Bermanfaat
Alia Fathiyah
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H