Mohon tunggu...
Alia Fathiyah
Alia Fathiyah Mohon Tunggu... Freelancer - A mom of 3- Writerpreneur, Getpost.id- IG: @aliafathiyah Twitter : @aalsya - Email: alsyacomm@gmail.com - visit : https://www.aliaef.com - Youtube: VLOG AAL

A mom of 3- Writerpreneur

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pengalaman Wawancara BJ Habibie di Rumahnya

12 September 2019   22:09 Diperbarui: 12 September 2019   22:23 182
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sekitar tahun 2013, ketika film Habibie Ainun sedang meledak dan menduduki box Office, Alhamdulillah gue bisa wawancara beliau. Saat itu gue masih jadi jurnalis di Tempo dan ditugaskan dengan beberapa kawan untuk mewawancarai beliau di rumahnya, Patra Kuningan Jakarta Selatan. 

Tentu ini gak mudah mendapatkan waktu untuk mewawancarai seorang Presiden ke 3 RI, salah satu orang paling jenius di Indonesia, dan tokoh paling dikagumi dan terhormat. Nggak bisa sembarang media yang bisa diterima untuk bertamu ke rumah beliau dan melakukan wawancara.

Dengan beberapa teman wartawan dan fotografer, kita sampai dan harus melewati satpam. Lantaran sudah ada daftar nama kita di bagian sekuriti, kita diperbolehkan masuk ke ruang tamu. 

Di dalam ruang tamu banyak foto Pak Habibie dan Bu Ainun, barang pecah belah, teko, gelas dari luar, sepertinya dikoleksi. Jadi rumah di Patra Kuningan itu panjang, diakui Pak Habibie, beliau membeli beberapa rumah disitu yang dijadikan satu.

foto pribadi
foto pribadi
Lumayan lama menunggu, akhirnya kita dipersilahkan menunggu di perpusatakaan. Jadi rumahnya tidak seperti pada umumnya. Kita keluar ruang tamu, disambut ruangan outdoor yang banyak sekali pepohonan dan kolam ikan. Menuju pintu dan ruangan berkaca, kita masuk. Ternyata itu sebuah perpustakaan. 

Besar, luas, penuh ornamen kayu,indah, mewah, vintage dan mimpi saya mau punya perpustakaan kayak gitu. Beliau memang menerima tamu, siapapun itu di perpustakaan.

Ada meja panjang (mirip meja makan) dengan berjejer kursi, lalu ada disebelah kaca, sebrangan dengan meja makan tadi, ada meja panjang tempat bertengger miniatur pesawat. Di pintu masuk tadi, ada harimau seukuran asli yang sudah dibekukan.

Lumayan lama menunggu, tak lama pintu di dalam ruangan terbuka muncullah Paj Habibie mengenakan batik cokelat dan peci. Wangi, beliau mengunyah perment mint Ricola. Beliau menyalami kami satu persatu sambil tersenyum, "Panggil saja eyang," pintanya.

Ternyata ngobrol sama eyang itu menyenangkan banget. Luwes, cair, banyak tertawa lebar, tertawa ngakak, humble banget untuk ukuran seorang tokoh nasional dan pernah menjadi presiden.

Nggak ada jaimnya. Seperti gayanya jika di TV, beliau bercerita panjang lebar mengenai kisah cintanya dengan Ibu Ainun. Bagaimana bertemu ketika kuliah sama-sama di Jerman,beliau juga membacakan puisi yang ditulis untuk Ainun.

Eyang juga memberikan kita foto sewaktu muda, ketika masih kuliah di Jerman. Fotonya dengan Ibu Ainun lalu ditanda tangani. Ngobrol dengan Eyang Habibie, seperti tertular pintarnya (meski ini cuma perasaan saya aja sih, Lol). Beliau jenius memang, kadang saya yang receh ini nggak paham apa yang dimaksudkan olehnya.

Foto Pribadi
Foto Pribadi
Mungkin karena saya udah keburu happy dan excited, jadi saya banyak foto dan selfie dengan latar belakang beliau. Saya tahu, saat itu mungkin sekali seumur hidup bisa bertemu seorang Habibie , jadi saya manfaatkan waktu sebaik mungkin, dengan berfoto tentunya, Lol. 

Dan beliau tidak merasa terganggu dengan 'kelenjean' saya ini, beliau lagi asik ngobrol dan tanda tangan, dengan nyebelinnya saya malah foto di sampingnya. Mungkin saat itu beliau membatin, ini wartawan atau fans sih hehehhe.

Selama satu jam, kita ngobrol dengan beliau. Tentu tidak hanya soal film Habibie Ainun, ada nyelip sedikit soal politik dan lainnya. Pastinya pertemuan itu penuh dengan tawa lepas. 

Eyang sempat cerita soal beliau jatuh cinta ketika masa sekolah di Jerman, ada cewek bule segala yang suka. Lalu iseng saya bertanya, "Eyang zaman kuliah itu flamboyan ya." Ditanya begitu, beliau malah tertawa ngakak lebar, tergelak, saya jadi ikutan tertawa. 

Waktu sebenarnya sudah habis, asistennya sempat mengingatkan lantaran tamu selanjutnya sudah menunggu di luar. Tapi Eyang tetap saja melayani kita foto satu persatu. 

Padahal di luar pintu kaca itu terlihat para pimpinan redaksi media besar (salah satunya mantan media saya dan media saya kerja saat itu ikutan antri dan melihat kita malah foto-foto, hahahah).

Setelah selesai foto, saya merasa senang sekali. Banyak pelajaran yang diambil. 

Selamat Jalan eyang, Insya Allah eyang husnul khotimah. Semoga diampuni dosa-dosanya dan diterima amal ibadahnya, Aamiin YRA.

Semoga Bermanfaat

Alia Fathiyah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun