Sebagai seorang guru, ada momen-momen yang begitu membekas di hati, dan salah satunya adalah saat Hari Guru. Hari yang mungkin terlihat sederhana bagi sebagian orang, tetapi bagi kami, para pendidik, momen ini memiliki makna yang mendalam. Ketika murid-murid datang dengan ucapan selamat, baik melalui kata-kata, maupun isyarat sederhana seperti senyuman, hati ini terasa penuh oleh rasa haru.
Hari ini, ketika saya menjalankan aktifitas sehari-hari, tanpa diduga, murid-murid saya datang dan memberikan kejutan yang begitu indah. Lalu, satu per satu murid-murid saya mulai berbicara. Dengan suara polos namun penuh ketulusan, mereka mengucapkan, "Selamat Hari Guru, Pak. Terima kasih sudah sabar mengajari kami." Seorang murid lainnya menambahkan, " Dengan keterlambatan kami dalam merespon materi yang diajarkan, Kami tahu itu merepotkan bapak, tapi yang pasti kami semua sayang bapak dan akan selalu berusaha untuk menjadi murid sebagaimana yang bapak harapkan." Ucapan-ucapan itu sederhana, namun sungguh menyentuh hati.
Sebagai pelengkap dari ucapan mereka, salah satu dari mereka maju dan memberikan sebuah bingkisan kecil. Saya tahu itu bukan sesuatu yang mahal atau mewah, tetapi cara mereka menyatukan hati dan usaha untuk membuat hari ini istimewa bagi saya adalah sesuatu yang tidak bisa diukur dengan materi.
Saat menerima bingkisan itu, saya merasa ada yang menghangat di dalam dada. Saya tersenyum, namun, seandainya saya bukan seorang laki-laki, mungkin air mata saya tidak bisa ditahan. Di hadapan murid-murid saya, saya mencoba untuk mengucapkan terima kasih, tetapi sebenarnya suara saya sedikit bergetar. "Terima kasih, anakku. Kalian adalah hadiah terindah untukku."
Sebagai seorang guru, momen seperti ini mengingatkan saya akan makna profesi yang saya jalani. Setiap hari, saya berusaha memberikan yang terbaik untuk mereka---mengajarkan pelajaran, menanamkan nilai-nilai, dan mendukung mereka untuk terus bertumbuh. Terkadang, saya merasa khawatir apakah semua yang saya lakukan cukup berarti bagi mereka. Namun, hari ini, mereka menunjukkan bahwa apa yang saya lakukan selama ini insya Allah tidak akan sia-sia.
Bingkisan kecil dan ucapan sederhana itu memiliki arti yang jauh lebih besar daripada sekadar formalitas. Itu adalah wujud penghargaan, cinta, dan rasa hormat dari anak-anak yang begitu tulus. Di balik semua kesulitan yang kadang saya hadapi, momen ini menguatkan langkah saya untuk terus berjuang demi masa depan mereka.
Di tengah tantangan yang sering datang, ucapan-ucapan seperti ini menjadi penyemangat yang menguatkan langkah saya. Saya tidak hanya melihat diri saya sebagai pendidik, tetapi juga sebagai bagian dari perjalanan hidup mereka.
Saya sadar, tugas saya tidak hanya mengajar materi pelajaran yang ada di buku, tetapi juga membantu mereka tumbuh menjadi pribadi yang baik. Melihat senyum mereka hari ini, saya merasa bahwa setiap usaha yang saya curahkan selama ini, setiap peluh yang saya keluarkan, dan setiap doa yang saya panjatkan untuk mereka, tidaklah sia-sia.
Hari ini, saya merasa sangat dihargai. Bukan karena hadiah atau ucapan formal, tetapi karena cinta dan perhatian tulus dari murid-murid saya. Mereka adalah alasan saya terus berjuang, terus belajar, dan terus memberi.
Terima kasih, anak-anakku, karena telah mengingatkan saya bahwa menjadi seorang guru adalah sebuah anugerah. Saya akan terus berusaha menjadi pendidik yang tidak hanya mengajar, tetapi juga menginspirasi. Terima kasih atas cinta kalian, yang menghidupkan semangat saya untuk terus berkarya.
Guru kalian, yang selalu bangga pada kalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H