Mohon tunggu...
ali achmadi
ali achmadi Mohon Tunggu... Guru - praktisi pendidikan, humas yayasan Ar Raudlaoh Pakis - Pati

hobi membaca dan traveling

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Merdeka Belajar dan Dilema Madrasah

9 Oktober 2024   09:09 Diperbarui: 9 Oktober 2024   09:12 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar : penulis

*) Catatan kecil di akhir kepemimpinan Menteri Nadiem Makarim

Di era Nadiem Makarim sebagai Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Tekhnologi, terdapat sejumlah tantangan yang dihadapi oleh lembaga pendidikan keagamaan khususnya lembaga pendidikan Islam yakni Madrasah, yang merupakan bagian penting dari sistem pendidikan Islam di Indonesia. Beberapa dilema yang dihadapi madrasah dalam konteks kebijakan pendidikan di era Nadiem Makarim di antaranya :

1. Integrasi Teknologi dan Digitalisasi

Nadiem Makarim mendorong digitalisasi pendidikan melalui platform Merdeka Belajar, yang menekankan penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar. Namun madrasah, terutama yang berada di daerah pinggiran apalagi yang di daerah terpencil, seringkali menghadapi kesulitan akses teknologi, infrastruktur dan pelatihan bagi para guru untuk memanfaatkan platform digital. Hal ini memunculkan kesenjangan antara sekolah umum yang lebih mudah mengadopsi teknologi dengan madrasah yang terkendala fasilitas.

2. Penerapan Kurikulum Merdeka

Kurikulum Merdeka yang dicanangkan Nadiem Makarim menekankan pada fleksibilitas dan kebebasan bagi lembaga pendidikan untuk menentukan sebagian kurikulumnya sendiri. Namun lembaga pendidikan Madrasah memiliki ciri khas tersendiri dengan kurikulum Agama Islam yang sudah cukup padat, lebih-lebih pada madrasah salaf, disamping ada kurikulum agama dari Kemenag juga ada standart kurikulum muatan lokal berbasis kitab-kitab salaf. Dari sini muncul dilema untuk dapat menyeimbangkan antara penerapan kurikulum umum dengan kurikulum keagamaan, karena dikhawatirkan akan mengurangi intensitas pendidikan agama jika terlalu banyak penyesuaian.

3. Kompetisi dengan Sekolah Umum

Selama ini Madrasah sering kali dipandang kurang kompetitif dibandingkan dengan sekolah umum, terutama dalam aspek kurikulum dan kualitas pengajaran sains dan teknologi. di bawah Merdeka Belajar, fokus pada peningkatan kompetensi diberbagai bidang, termasuk liiterasi dan numerasi menjadi lebih dominan. Namun karena madrasah memiliki fokus tambahan pada pendidikan agama, maka ada tantangan untuk menyeimbangkan keduanya, sehingga madrasah terkesan kurang fokus pada pendidikan sains dan tekhnologi dibandingkan dengan sekolah umum.Disamping itu implementasi merdeka belajar di madrasah dapat menjadi rumit karena adanya regulasi yang mengatur madrasah di bawah Kementrian Agama. Di sini mau tidak mau madrasah harus beradaptasi dengan dua kebijakan yang berasal dari dua kementrian yang berbeda yang kadang kala kebijakannya tidak sinkron baik substansi maupun waktu pelaksanaanya.

4. Kesetaraan Fasilitas dan Anggaran

Dilema yang dihadapai madrasah selama ini adalah kesenjangan fasilitas dibandingkan dengan sekolah umum. Meskipun ada upaya pemerintah untuk meningkatkan anggaran pendidikan, madrasah sering kali tidak menerima alokasi dana yang memadai atau fasilitas yang setara dengan sekolah umum, khususnya dengan sekolah-sekolah negeri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun