Baru-baru ini polisi menangkap seorang youtuber karena memberikan bingkisan yang "katanya" berisi sembako, padahal isi sebenarnya adalah sampah. Bingkisan ini diberikan kepada para Waria di kota Bandung. Kontan saja hal ini mendapat kecaman dari banyak warganet karena menilai prank yang dilakukan sudah kelewat batas.
Prank sendiri berasal dari bahasa Inggris yang secara bahasa jika mengacu kepada kamus Cambridge berarti "a trick that is intended to be funny but not to cause harm or damage", itulah mengapa jika kita lihat kebanyakan prank hanya bertujuan membuat korbannya kaget, panik atau bahkan cemas untuk untuk sementara waktu.
Tapi apakah semua prank harus seperti meberikan efek kaget, panik bahkan cemas?
Penulis pernah mendengar satu cerita yang menurut penulis dapat memberikan pelajaran yang penuh makna.
Pada suatu hari, seorang guru yang alim dan bijak sedang berjalan-jalan santai bersama salah seorang muridnya di sebuah taman. Di tengah-tengah asyik berjalan sambil bercerita, keduanya melihat sepasang sepatu yang sudah usang lagi lusuh. Mereka berdua yakin kalau itu adalah sepatu milik pekerja kebun yang bertugas di sana, yang sebentar lagi akan segera menyelesaikan pekerjaannya.
Sang murid melihat kepada gurunya sambil berujar, "Bagaimana kalau kita candai tukang kebun ini dengan menyembunyikan sepatunya, kemudian kita bersembunyi di belakang pohon-pohon? Nanti ketika dia datang untuk memakai sepatunya kembali, ia akan kehilangannya. Kita lihat bagaimana dia akan kaget dan cemas."
Guru yang alim dan bijak itu menjawab, "Ananda, tidak pantas kita mengibur diri dengan mengorbankan orang miskin. Kamu kan seorang yang kaya, dan kamu bisa saja menambah kebahagiaan untuk dirinya. Sekarang kamu coba memasukkan beberapa lembar uang kertas ke dalam sepatunya,kemudian kamu saksikan bagaimana respon dari tukang kebun miskin itu."
Sang murid sangat takjub dengan usulan gurunya. Dia langsung saja berjalan dan memasukkan beberapa lembar uang ke dalam sepatu tukang kebun itu. Setelah itu ia bersembunyi di balik semak-semak bersama gurunya sambil mengintip apa yang akan terjadi dengan tukang kebun.
Tidak beberapa lama datanglah pekerja miskin itu sambil mengibas-ngibaskan kotoran dari pakaiannya. Dia menuju tempat sepatunya yang ia tinggalkan sebelum bekerja. Ketika ia mulai memasukkan kakinya ke dalam sepatu, ia menjadi terperanjat karena ada sesuatu di dalamnya. Saat ia keluarkan ternyata isinya uang. Dia memeriksa sepatu yang satunya lagi, ternyata juga berisi uang. Dia memandangi uang itu berulang-ulang, seolah-olah ia tidak percaya dengan penglihatannya. Setelah ia memutar pandangannya ke segala penjuru ia tidak melihat seorangpun. Selanjutnya ia memasukkan uang itu ke dalam sakunya lalu ia berlutut sambil melihat ke langit dan menangis.
Tukang kebun tersebut berteriak dengan suara tinggi, seolah-olah sedang berbicara kepada Tuhannya, "Aku bersyukur kepada-Mu wahai Robbku. Wahai Yang Maha Tahu bahwa istriku saat ini sedang sakit dan anak-anaku sekarang sedang kelaparan karena mereka belum mendapatkan makanan hari ini. Engkau telah menyelamatkanku dan keluargaku dari celaka."
Selanjutnya ia terus menangis dalam waktu yang cukup lama sambil memandangi langit sebagai ungkapan rasa syukur atas karunia yang didapatkannya.
Sang murid sangat terharu dengan pemandangan yang ia lihat di balik persembunyiannya. Air matanya meleleh tanpa dapat ia bendung.
Ketika itulah guru yang bijak tersebut memasukkan pelajaran kepada muridnya, "Bukankah sekarang kamu merasakan kebahagiaan yang lebih dari pada kamu melakukan usulan pertama dengan menyembunyikan sepatu tukang kebun miskin itu?" Sang murid menjawab, "Aku sudah mendapatkan pelajaran yang tidak akan mungkin aku lupakan seumur hidupku."
Dari cerita tersebut, kita dapat belajar bahwa prank tidak harus selalu menghasilkan kepanikan dan kecemasan. Prank juga bisa memberi efek kebahagiaan baik bagi korban maupun pelaku prank. Tidak salah jika orang bijak berkata "ketika kamu memberi kamu akan mendapatkan kebahagiaan yang lebih banyak dari pada kamu mengambil'." Semoga ke depannya, makin banyak yang melakukan prank secara bijak, memberikan kebahagiaan alih-alih ketakutan, apalagi sampai menyakiti orang lain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H