wisata dengan berbagai keunikannya. kabupaten Jeneponto terkenal dengan daerah di pinggir pantai yang relatif panas sepertinya ingin menghilangkan kesan gersang. adalah bukit Bossolo dan Lembah Hijau Rumbia yang menjadi destinasi yang menepis kesan itu. sejak dulu jalan propinsi membentang sejauh kurang lebih 70 km mulai dari perbatasan kabupaten Takalar hingga Kabupaten Bantaeng sebagian besar melalui pesisir pantai. Kesan tersebut muncul karena akses jalan yang dilewati sehingga para pendatang dari luar menagkap kesan negatif tersebut. Belum lagi streotipe yang diberikan kepada orang Turatea sebutan bagi orang jeneponto adalah Pa'bambangan na tolo seolah melengkapi kesan "teksas" atau "angker" daerah ini. Tapi itu dulu, sebelum era keterbukaan media.
Kabupaten yang berjarak kurang lebih 80 kilometer dari Makassar menawarkan destinasiSekarang di era Industri 4.0 sangat memungkinkan streotipe itu dihilangkan, kekuatan media sosial bisa membuat akses "jalan tol"  informasi menggantikan jalan propinsi dan memberikan informasi yang sebenarnya dan menginformasikan sisi lain dari daerah ini. Seperti yang dilakukan oleh Bang Sandi dalam akun media sosial Instagramnya. Dalam Video pendek atau real Bang Sandi bertutur tentang keindahan "Bukit Bossolo" dengan view bukit dan hamparan sawah serta air tenjun tiga bidadari. Nampak juga dalam video tersebut Bupati Jeneponto yang ikut mengamini pernyataan Bang Sandi tersebut.
Dalam kesempatan yang sama di video media sosia Facebook memperlihatkan Bang Sandi menjelaskan produk olahan makanan ringan yang dibuat oleh UMKM binaan pemerintah kabupaten Jeneponto mulai dari, ranggina, kerupuk bawang, bannang bannang, Kopi Rumbia hingga abon daging kuda. Semoga tidak hanya euforia di sosial media yang sesaat dan setelah itu hilang begitu saja akan tetapi ditindak lanjuti dengan aksi taktis dan tidakan strategis oleh kementerian Parisata dan Ekonomi Kreatif.
Berbicara tentang destinasi wisata di Jeneponto sebetulnya tak hanya itu, banyak lagi objek wisata lain yang bisa dijadikan keunggulan atau competitive advantage untuk bisa bersaing dengan daerah lain yang ada di Sulawesi Selatan. Dengan adanya dorongan untuk menumbuhkan atau menghidupkan potensi daerah dibidang pariwisata ini maka secara jangka panjang  destinasi wisata di Sulawesi selatan akan bertambah.
Bang Sandi yang berpenampilan seperti seorang aktor di film cowboy penunggang kuda mempromosikan abon kuda yang khas dari Jeneponto dan gantala jarang (sop daging kuda). Kuliner khas ini akan menambah competitive advantage destinasi wisata jika berhasil diintegrasikan dengan baik.Â
Sengkaki' ri Jeneponto Karaeng (Mari singgah di Jeneponto Tuan).
Kenapa harus Sengkaki' ri Jeneponto Karaeng (Mari singgah di Jeneponto Tuan) ?.. selama ini daerah yang dijuluki "Turatea" ini hanya dilewati begitu saja oleh pengunjung atau wisatawan yang hendak berkunjung ke daerah lain, ketika bus atau kendaraan pribadi masuk ke perbatasan maka para penumpang memejamkan mata "waktunya tidur" katanya. kedepannya perjalanan anda kurang menyenangkan jika hanya di isi dengan tidur di atas bus atau mobil. Ayo mampirlah.
Tag Line ini akan menawarkan tiga perpaduan segmentasi yang bisa di integrasikan yaitu:
Budaya
Keramahan khas Masyarakat Turatea perlu dirasakan oleh para pengunjung atau wisatawan, butuh media untuk mendelivery keramahan yang khas itu. Jika anda ingin merasakan keramahan itu maka mampirla membeli Jajanan Seperti Lammang di Kecamatan Bangkala, Coto Kuda di dekat Jembatan Belokallong atau di depan Pasar Karisa, disitulah anda akan di perlakukan dengan keramahan dan sapaan yang khas, disetiap akhir kata anda akan disapa dengan Karaeng atau Tuan. sebuah kata yang melambangnkan strata sosial yang paling tinggi di daerah ini. Jadi, tamu bagi orang Jeneponto adalah Raja, tuan atau sebutan lain yang menempatkan seseorang pada kedudukan yang tinggi. Di jazirah selatan sulawesi ini dulunya masih berafiliasi dengan kerajaan Gowa yang kental dengan adat Makassar, jadi daerah Jeneponto dengan budaya makassar yang sangat kental.
KulinerÂ
Bagi pencinta kuliner, Jeneponto harus menjadi salah satu daftar destinasi jika ingin mencicipi cita rasa yang menantang. sebutlah Coto Kuda, Konro kuda, Gantala Jarang (Sop Daging Kuda). coto yang diramu dengan 40 macam bumbu itu akan dilengkapi dengan cita rasa daging kuda yang khas dengan tekstur dagingnya. Jika ingin menikmati originalitas daging kuda maka ada "gantala Jarang" yang kelezatan kuah dan daging kudanya hanya dilengkapi dengan garam secukupnya.
Tentunya tidak hanya itu, penganan tradisional lainnya akan melengkapi kepuasan para pengunjung dimana kebanyakan penganan atau jajanannya terbuat dari olahan gula merah dari pohon lontar, dan banyak lagi penganan khas yang sedang dikembangkan oleh UMKM.
Pariwisata
Ada banyak tempat yang bisa di kembangkan menjadi lokasi destinasi wisata di daerah ini, mulai dari wisata Pantai di Mallasoro yang kelak akan jadi sentra paralayang di Sulawesi, wisata ladang garam di bangkala dan arungkeke yang nati akan dibangun seribu kincir angin mini di atas pematangnya, Wisata Bukit Bossolo dengan view bukit dan hamparan sawah serta air terjun tiga bidadarinya, Lembah hijau rumbia dengan hawa yang sejuk dan pohon pinusnya, kincir angin raksasa di tengah hamparan sawah dan jilatan cahaya sunset, Lomba pacuan kuda di Bangkala yang memacu adrenalin dan banyak lagi. Lokasi destinasi wisata ini jika dikelola dengan baik akan sangat besar daya jualnya bagi para wisatawan lokal maupun manca negara kelak.
Sekali lagi Sengkaki' ri Jeneponto Karaeng (Mari singgah di Jeneponto Tuan), begitulah para penjual Lemang, buah semangka, buah Lontar, tuak manis akan menyapa para pengunjungnya karena sejatinya Jeneponto itu "BERKUDA": Bersih, Kuat, Aman dan Damai. Mariki' di...Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H