Sewaktu Di Solo, Proyek Esemka Untuk Pencitraan DKI 1
[caption id="" align="aligncenter" width="465" caption="sumber: gm1.ggpht.com"][/caption]
Pada Oktober 2013 lalu, Gubernur DKI Jakarta, Jokowi memberi harapan baru bagi warga akan terwujudnya moda transportasi canggih monorail. Sebagai tanda peresmian, Jokowi mengoperasikan alat berat dan meletakkan batu sebagai tanda dimulainya proses konstruksi.
Namun, lama tak terdengar kabarnya, ternyata proyek tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Menteri Perhubungan, EE Mangindaan menilai ada yang janggal dengan mandeknya proyek pembangunan monorail tersebut. Ia menilai, Pemprov DKI tidak siap menjalankan proyek tersebut.
“Kita akan menanyakan ke Pemprov DKI Jakarta kenapa mandek. Masalahnya apa, kalau berat oke. Tapi kalau sudah diluncurkan mestinya kan sudah diperhitungkan secara matang. Harusnya proyek tersebut jalan terus,” kata EE Mangindaan.
Hal senada juga disampaikan oleh pengamat transportasi MTI, Darmaningtyas. Setelah empat bulan dari masa groundbreaking, proyek monorail dinilai tidak menunjukkan kemajuan apa pun. Bahkan ternyata syarat dokumen perjanjian kerja sama berupa financial closing, kajian teknis dan aspek legal belm dipenuhi PT Jakarta Monorail.
“Harusnya Jokowi minta tanggung jawab kepada investor PT JM karena sudah sanggupin diri menyelesaikan proyek monorel,” kata Darmaningtyas.
Pola mandeknya pembangunan proyek monorail tersebut dapat kita lihat saat Jokowi menggaung – gaungkan proyek mobil Esemka yang ternyata digunakannya sebagai alat pencitraan dan kampanye menuju DKI 1. Proyek yang telah mengangkat nama Jokowi tersebut nyatanya tidak pernah ada di Solo.
Sama halnya dengan proyek monorail, dimana Jokowi mulanya mengaku sanggup mengambil alih dari pusat dan menjalankan proyek tersebut. Suatu tindakan yang sempat menarik perhatian dan simpati masyarakat tidak hanya di DKI Jakarta tetapi juga di luar kota akan kinerja Jokowi.
Tampaknya proyek monorail akan berakhir sama dengan nasib mobil Esemka yang terbengkalai dan hanya dimanfaatkan sebagai alat pencitraan menuju RI 1. Apakah kegagalan tersebut juga akan dilimpahkan Jokowi ke pihak lain seperti halnya Esemka?
Jika Jokowi sibuk dengan pencitraan, kapan dirinya akan fokus membangun Jakarta? Jika setingkat kota Jakarta saja Jokowi gagal, bagaimana mungkin rakyat bisa mempercayakan seluruh negeri ini padanya? Kita lihat sejauh mana Jokowi mampu membuktikan kata – katanya untuk benar – benar serius bekerja sesuai kewajibannya sebagai Gubernur.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H