Mohon tunggu...
Ali Topan
Ali Topan Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Aku orang biasa dengan kebiasaan yang biasa-biasa saja.

Selanjutnya

Tutup

Politik

(Ini Bukan) Revolusi Mental

24 Mei 2014   18:19 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:09 105
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Salah satu peran orang dewasa adalah sebagai pemberi solusi atau setidaknya menawarkan solusi. Jadi ketika anak kecil terjatuh dan terluka maka peran orang dewasa adalah mengobati atau setidaknya menyarankan untuk berobat, karena kebanyakan anak-anak hanya akan "mengurusi" rasa sakit dan menangis kemudian merengek. Singkatnya mereka hanya fokus pada luka sehingga mereka kedhangdapan. Kedhangdapan adalah situasi dimana seseorang mengalami ketidak-siapan karena "terkejut" sehingga seseorang tersebut tidak mengerti atau bingung dengan apa yang sebenarnya dia butuhkan.


Persis seperti sekarang ini, tanpa kita sadari sebenarnya kebanyakan dari kita sedang kedhangdapan dan mungkin inilah penyebab kita sebagai bangsa yang gagal move on, karena kita lebih fokus terhadap "luka" dan bingung apa yang sebenarnya kita butuhkan.

Sebagai contoh, seperti masa PILPRES sekarang ini.  Bisa kamu cek pada media massa atau media sosial, pasti kamu pernah menemukan entah melalui televisi, koran, radio, twitter, facebook atau broadcast BBM tentang maraknya black campaign dan/atau pertanyaan dan/atau pernyataan pelanggaran HAM kepada salah satu CAPRES. Dari beberapa informasi yang aku simak, beberapa dari teman sebagian lagi dari kenalan dalam dunia maya. Memang beberapa dari mereka aku simpulkan tahu persis karena mereka dewasa dijaman itu malah ada temannya yang menjadi korban pelanggaran HAM tersebut, selebihnya mereka seperti aku yang hanya mendapatkan informasi dari sana-sini.


Mungkin inilah penyebab kenapa kasus pelanggaran HAM di negri ini tak pernah rampung, karena sebagian besar dari kita hanya fokus pada "luka" dan lagi-lagi kedhangdapan.

Sebagian besar dari kita lebih memilih kompak tunjuk hidung seseorang atau kelompok tertentu tanpa memberikan jalan penyelesaian atau setidaknya menawarkan solusi. Sebagai contoh sebagian besar pendukung, suka relawan atau tim kampanye salah satu CAPRES menggunakan isu pelanggaran HAM untuk menyerang-jatuhkan lawannya. Seandainya memang isu pelanggaran HAM adalah jurus jitu untuk mengalahkan lawan, alangkah elok jika pernyataannya "Menurut kami CAPRES P terlibat kasus penculikan dan beberapa pelanggaran HAM, seandainya CAPRES P terpilih sebagai RI satu, apakah beliau akan menyelesaikan berbagai kasus pelanggaran HAM masa lalu? Kemudian dengan cara seperti apa?" Bukan sekedar ramai-ramai tunjuk seseorang sambil teriak atau mem-posting "JANGAN PILIH CAPRES PELAKU PENCULIKAN DAN PELANGGAR HAM" Sementara kubunya sendiri pun tak memberi dan/atau menawarkan jaminan seandainya beliau terpilih akan menyelesaikan kasus tersebut.

Sampai disini jelas, sebagian besar dari kita memang jelas sedang mem-black campaign-kan salah satu CAPRES dan ternyata sebagian besar dari kita masih kedhangdapan dan kekanak-kanakan karena lebih fokus pada "luka".

Sementara kubu yang satunya lagi mempertanyakan kesuksesan CAPRES J sebagai sebagai kepala daerah, seperti "Keberhasilan proyek itu jelas bukan kerja J sendiri karena proyek itu sudah dimulai sejak kepala daerah sebelumnya" Ini jelas pernyataan tidak pintar.


Dan membandingkan kedua CAPRES ini secara serampangan jelas bukan cara yang pintar. Dan masih banyak cara-cara tidak pintar yang oleh sebagian besar dari kita gunakan untuk menilai-bandingkan bahkan menyerang-jatuhkan kedua CAPRES kita.


Bagaimana kalau kita mulai dengan menilai bahwa kedua CAPRES kita adalah orang baik dan putera terbaik bangsa saat ini. Kemudian kita bersepakat bahwa kedua CAPRES kita mempunyai niat baik untuk memperbaiki dan memajukan bangsa ini. Selanjutnya kita mintai mereka program kerja dan rencana yang akan mereka lakukan dalam jangka pendek, menengah dan jangka panjangnya untuk membangun bangsa ini.

Memang dalam politik su'udzon atau berburuk sangka sebagai fungsi kontrol sangat sah. Tetapi tidak juga lalu kita mudah terkesima dengan tokoh yang kita puja lalu dengan semena-mena ngagul tentang tokoh tersebut, sudah cukup Ruhut saja yang ngagul tentang SBY, tak perlu lagi ada orang yang ngagul tentang Prabowo atau ngagul tentang Joko Widodo. Sudah cukup. Yang bangsa ini butuhkan adalah bagaimana kedua CAPRES ini mengelola negara ini kedepan. Demi masa depan kita dan generasi penerus kita.


Dan kedepannya, semua dari kita, sebagai pemilik sah negara ini boleh dan berhak menilai dan mengkritisi kinerja presiden terpilih, tak peduli sekarang kita pendukung salah satu CAPRES atau GOLPUT sekalipun.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun