Mohon tunggu...
Ali
Ali Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sedang melaksanakan studi sebagai mahasiswa di Universitas Pendidikan Indonesia prodi Industri Pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

'Darmaji' Sebuah Penyimpangan Budaya

9 Maret 2023   15:31 Diperbarui: 9 Maret 2023   15:30 723
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Darmaji merupakan akronim dari 'Dahar Lima Ngaku Hiji'. Jika diterjemahkan secara langsung, akronim tersebut memiliki arti 'Makan Lima, Mengaku Makan Satu'. Secara kontekstual, 'Dahar Lima Ngaku Hiji' ini adalah keadaan di mana seseorang memakan suatu jajanan sebanyak lima buah, tetapi hanya membayar separuhnya atau bahkan tidak sampai separuhnya. Makanan yang kerap dihubungkan dengan Darmaji adalah gorengan seperti bakwan atau gehu atau tahu isi, di mana biasanya kita memakan dahulu kemudian membayar di akhir.

Darmaji seringkali menjadi bahan candaan di kalangan masyarakat Sunda, Biasanya diceritakan ketika orang-orang sedang jajan dengan sedikit nostalgia dahulu pada zaman SMP ataupun SMA. Meski sering dijadikan bahan gurauan, Darmaji ini memang betul terjadi dan ada setidaknya di sekitar lingkungan saya tinggal di tanah Sunda. Bahkan, teman saya sendiri yang melakukannya. Dan entah kenapa seperti ada rasa bangga, ketika teman saya ini melakukan hal tersebut. Kejadian ini terjadi ketika saya tengah menjalani bangku sekolah SMP.

Rasa bangga yang muncul ini seharusnya tidak muncul tapi karena Darmaji seringkali dijadikan bahan gurauan, hal tersebut seperti menjadi lumrah. Jadi tidak ada penyesalan dalam diri seseorang dan malah sebaliknya. Untuk itu perlulah kita mendidik anak-anak sejak kecil tentang apa yang baik dan buruk. Karena jika menganggap hal kecil seperti tidak membayar gorengan sesuai dengan jumlah yang kita makan, bagaimana kelak ketika sudah dewasa melumrahkan hal-hal tidak baik lainnya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun