Mohon tunggu...
Ali masum
Ali masum Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Seniman Kaligrafi

Asna Art Gallery. Hub. 089609795999/www.asnaagallery.com. ASNAA ART GALLERY, merupakan salah satu lembaga yang bergerak dalam bidang pendidikan kesenian terutama di bidang seni kaligrafi dan jasa pembuatan kaligrafi. melayani; * jasa pembuatan kaligrafi dinding masjid, mushola. * jasa pembuatan kaligrafi kanvas, kuningan, dan kaligrafi tekstur. * jasa lukis wajah dll. * Bimbingan lomba kaligrafi, lukis, dan mewarnai dari tingkat PAUD, SD, SMP, SMA dan UMUM secara profesional baik secara Offline dan Online.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Manunggale Roso

2 Juli 2024   17:04 Diperbarui: 2 Juli 2024   17:07 443
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pada kesempatan kali ini kita akan membicarakan serta membedah tentang sebuah lukisan kaligrafi yang sangat indah dan penuh dengan serat akan makna kehidupan bagi kita semua. karena banyak pelajaran hidup yang dapat kita ambil sebagai kualitas diri menjadi manusia yang sempurna, dan agar senantiasa kita lebih mengenal Tuhan.

Tenang saja, kita akan membedah karya seni kaligrafi ini, secara perlahan agar makna dari lukisan itu dengan mudah sampai kedalam sanubari hati.

Dalam lukisan tersebut terlihat jelas bahwa terdapat gambar orang yang sedang duduk bersila seraya dengan keadaan kedua tangan terbuka. Gambar tersebut melambangkan tentang arti memahami jati diri kita sendiri. Siapakah diri kita ini, bagaimana kita dapat mengenal Tuhan kita, jika tidak mengetahui sejatinya diri kita sendiri.

Ada empat hal yang menjadi dasar landasan agar kita dapat mengenal  jati diri kita, pertama, secara sifat (shifah), kedua, secara perbuatan (af’al), ketiga, secara nama (asma’), keempat, secara wujudnya (dzat). Secara konteks bagaimana mengenal Allah yang esa menjadi awal dan akhir. 

Dalam ajaran ilmu tasawuf, orang harus mengenal lebih dulu tentang jati dirinya sendiri, sebelum menuju ke Tuhannya. Manusia merupakan simbol dari penciptaan makhluk tuhan yang sempurna, atau disebut sebagai Insan Kamil.

Menurut Ibnu Arabi, manusia adalah tempat tajalli, Tuhan yang paling sempurna, karena manusia adalah al-kaum al-jami’, merupakan menjadi sentral wujud yang disebut wujudnya alam kecil (mikrokosmos), karena manusia yang sempurna merupakan miniatur alam semesta secara kecil. 

Sedangkan yang disebut alam besar (makrokosmos) merupakan gambaran dari sifat-sifat ketuhanan. 

Di dalam kitab Al-Futuhat Al-Makkiyah, Ibnu Arabi menjelaskan, bahwa benda-benda yang ada di alam ini, dari yang terbesar sampai yang terkecil, terdapat di dalam diri manusia. Itulah sebabnya kenapa manusia dijadikan khalifah oleh Tuhan.

Untuk mengenal diri, kita harus mengenal asal kejadian diri. 

Proses tentang adanya diri berasal dari Nur Muhammad atau Hakikah Muhammadiyah. Menurut Al-Hallaj, Nur Muhammad, adalah sumber dari segala sesuatu, segala kejadian, amal perbuatan dan munculnya ilmu pengetahuan. 

Karena dari Nur Muhammad inilah menjadi asal mulanya terciptanya manusia dan seluruh alam semesta yang ada.

Tidak cukup disitu saja, dalam falsafah jawa, orang jawa terdapat dua istilah yang keduanya saling berkaitan antara satu dengan lainnya. 

Pertama, yaitu Sangkan Paraning Dumadi dan kedua, Manunggaling Kawulo Gusti. 

Yang dimaksudkan falsafah Sangkan Paraning Dumadi iyalah bagaimana bisa mempunyai asal muasal yang disebut (sangkan) yang baik dan bisa mencapai arah tujuan yang disebut (paran) agar bisa sampai yang disebut (dumadi), yaitu mencapai kesempurnaan dalam meraih kehidupan dan keselamatan di dunia sampai akhirat.

Menurut kepercayaan Mistik Kejawen, istilah Sangkan Paraning Dumadi, termasuk bagian dari Ngelmu Kasampurnan, yaitu imu untuk menyempurnakan dalam kehidupan. Namun, untuk mencapai tahap menyempurnaan ilmu kehidupan, harus melalui lima tahap.

Pertama, Asaling Dumadi, yang artinya asal mula suatu wujud. 

Kedua, Sangkaning Dumadi, yang artinya dari mana datangnya dan bagaimana atau akan kemana arah perkembangan wujud itu. 

Ketiga, Purwaning Dumadi,yang artinya permulaan suatu wujud. 

Keempat, Tataraning Dumadi, yang memiliki arti derajat atau martabat suatu wujud. 

Kelima, Paraning Dumadi, yang artinya cara dan arah perkembangan suatu wujud.  

Selanjutnya uraian tentang falsafah kehidupan dalam Budaya Jawa, sangat erat kaitanya dengan upaya bagaimana mencermati dan memahami falsafah kehidupan agar menjadi pedoman untuk mencapai kehidupan yang lebih sejahtera dalam upaya mencapai kesempuraan hidup. Hidup memiliki dua arti, pertama, saat dihidupakan, yang posisinya berada didalam kandungan, dan yang kedua kehidupan yang berada di alam dunia dan di akhirat.

Untuk mewujudkan kehidupan yang sempurna harus senantiasa mengamalkan memayu wahyuning bawana, yang artinya, menjaga hubungan baik dengan sesama manusia dan melestarikan kesuburan bumi, agar dapat terus di nikmati oleh anak cucu nanti.

Untuk huruf Alif yang berada di tengah, melambangkan bahwasanya dalam kehidupan ini kita harus senantiasa Manunggaling Kawulo Gusti, yang artinya, setiap kehidupan yang telah kita jalani saat ini, harus fokus dengan satu tujuan yaitu sebagai hamba yang taat kepada Tuhannya akan senantiasa menjalankan seluruh perintahnya dan meninggalkan seluruh larangannya, agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhannya.

Lafad Allahushomad. Merupakan lambang wujudnya Allah yang mutlak. Ibnu Arabi dalam kitabnya Al-Futuhat Al-Makkiyah, menjelaskan wujud mutlaknya Allah yaitu wujud Tuhan yang bersifat mandiri, wujud begitu saja dengan sendirinya, yang tidak disebabkan oleh sebab apa pun.

Harus diketahui bahwa Allah SWT, adalah wujud yang awal, yang tidak didahului oleh apa pun sebelumnya, tidak ada sesuatupun yang awal bersamanya, dia mengada dengan sendirinya, tidak butuh perangkat apapun untuk wujud selain dia, di situlah letak ke-Esaan-nya. Dialah Tuhan yang maha esa, yang tidak berhajat kepada alam semesta.

Tentang proses penciptaan alam ini, dapat dilihat dalam tulisan Ibnu Arabi yaitu Fushush Al-Hikam. Menurut Ibnu Arabi, Tuhan menciptakan alam melalui proses Tajalli,(penampakan diri), ada lima tingkatan Tajalli atau Tanazzul,(turun berjenjang). 

Pertama, Tajalli Tuhan dalam entitas-entitas Ala’yan Al-Tsabitah,yang disebut Alam Al-Ma’ani. 

Kedua, Tajalli Tuhan dari Alam Al-Ma’ani kepada realitas-realitas ruhaniyah, yang disebut dengan Alam Al-Arwah. 

Ketiga, Tajalli Tuhan dalam rupa realita-realita Psikis (Al-Nafsiyah), yang disebut dengan Alam Al-Nufus Al-Nathiyah. 

Keempat, Tajalli Tuhan dalam bentuk-bentuk jasad tanpa materi, yang disebut dengan Alam Al-Mitsal. 

Kelima, Tajalli Tuhan dalam bentuk-bentuk jasad bermateri, yang disebut dengan Alam Al-Ajsam Al-Madiyah, yang disebut juga dengan Alam Al-Hissi atau Alam Al-Syahadah. Dapat dikatakan tingkatan pertama sampai ketingkat empat adalah tingkatan alam metafisik, sedangkan untuk tingkatan yang kelima adalah alam fisik atau alam materi.

Setelah lima proses penciptaan alam, Ibnu Arabi menambahkan ada tujuh proses penciptaan alam dans eluruh isinya, termasuk manusia sebagai aspek lahir dari dzat Tuhan. Tujuh tahapan itu adalah. 

Tahapan Pertama, Ahadiyah yang artinya kesatuan mutlak. 

Tahapan Kedua, Wahdah yang memiliki arti kesatuan yang mengandung kejamakan secara keseluruhan. 

Tahapan Ketiga, Wahidiyah yang artinya kesatuan dalam kejamakan secara terinci batas-batas setiap sesuatu. 

Tahapan Keempat, Alam Arwah yang artinya alam segala nyawa  yang masih dalam bentuk kesatuan. Tahapan Kelima, Alam Mitsal yang artinya kesatuan dalam kejamakan secara keseluruhan. 

Tahapan Keenam, Alam Ajsam yang artinya alam segala tubuh, kesatuan dalam kejamakan secara terperinci batas-batasnya. 

Tahapan Ketujuh, Alam Insan yang artinya terwujudnya alam secara sempurna dan terperinci dengan baik.

Di dalam lukisan tersebut juga terdapat huruf  Alif, Lam, Mim. Menurut Ibnu Arabi dalam kitabnya Al-Futuhat Al- Makkiyah jilid satu halaman sembilan puluh lima, beliau menjelaskan, bahwa sesungguhnya huruf-huruf itu adalah bagian dari ummat yang mendapatkan khitab (mukhatibun) dan dibebankan (mukallafun). 

Diantaranya mereka ada yang diangkat sebagai utusan dab memiliki nama-nama tertentu. 

Ibnu Arabi menyebutkan bahwa tidak ada yang dapat mengetahui ilmu huruf ini kecuali para ahli kasyaf dari jalan kami. Beliau menjelaskan tafsir Alif, Lam, Mim, dalam surat Ar-Rum ayat satu.

Huruf Alif menunjukkan tauhid, dan huruf  Mim menunjukkan makna sang khaliq yang takkan hancur serta abadi, dan huruf Lam, yang berada ditenggah diantara Alif, dan Mim, adalah sebagai penyambung dari keduanya. Jika kita cermati huruf Lam mengandung Alif dan awalan huruf  Mim. Kemudian garis huruf Lam hingga posisi terendah melengkung kebawah sampai ke huruf  Mim maknannya adalah surat At-Tin ayat keempat dan kelima yang artinya, sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya, kemudian kami kembalikan dia ketempat yang serendah-rendahnya.

Alif, Lam, Mim. Menurut Ibnu Arabi, Adalah satu kesatuan yang mencakup tentang Ilmu Dzatnya Allah, tentang sifatnya Allah, dan tentang Perbuatannya Allah.

Yang terakhir di dalam lukisan tersebut yang letaknya berada dibawah sendiri, bertuliskan Walyatalattaf. Terletak di surat Al-Kahfi ayat sembilan belas. 

Yang artinya hendaklah bersikap lemah lembutlah. Sikapa dan sifat yang lemah lembut merupakan karakter yang dimiliki setiap umat muslim. 

Terutama dalam ucapan adalah hal yang paling sederhana dalam mewujudkan sikap serta perilaku lemah lembut. Namun jika tidak dapat menahan tajamnya lidah, sebaiknya diam dan memperbanyak membaca istighfar. 

Salamatul insan fii khifdil lisan, yang artinya, selamatnya manusia tergantung bagaimana menjaga lisannya.

Beberapa ulama menyebutkan lafal Walyatalattaf  menjadi titik tengah didalam Al-Quran.

 Abah Salma Alif Sampayya dalam bukunya Keseimbangan Matematika Dalam Al-Quran menjelaskan, Al-Hajja menemukan bahwa jumlah seluruh huruf Al-Quran adalah tiga ratus empat puluh sampai tujuh ratus empat puluh. 

Sehingga titik tengahnya jatuh pada huruf  Ta’ dalam lafad Walyatalattaf di surat Al-Kahfi ayat Sembilan belas.

Arti lain dari lafad Walyatalattaf  ialah menyelaraskan atau menyeimbangkan. Dimaksudkan dalam lukisan ini adalah antara bagaimana mengenal jati diri, mengenal ciptaan Tuhan, bahkan bagaimana mengenal Tuhan itu sendiri dengan baik dan lemah lembut yang dimana dapat diterima oleh hati sanubari kita.

Tanpa adanya cara yang lemah lembut serta menyeleraskan antara manusia dengan manusia ataupun manusia dengan Tuhannya bahkan manusia dengan alam tanpa adanya pengikat diantaranya, pasti hal itu tidak dapat dipisahkan. Maka konsep dalam lukisan ini sangatlah pas jika terdapat nilai agama, nilai sosial dan nilai kebudayaan bahkan nilai kemasyarakatan yang dijunjung tinggi.

 Memang senjaga lukisan ini berjudul Manunggale Roso, bertujuan agar hati sanubari dan fikiran dalam mengenal Tuhan, sejatinya manusia, alam sendiri, serta bagaimana tentang kematian dan bagaimana kita harus menyiapkan itu semua. Jawaban yang paling mendasar sudahkah engkau siapkan dirimu berjumpa dengan Tuhanmu.               

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun