Mohon tunggu...
Ali Maulana
Ali Maulana Mohon Tunggu... Seniman - Amorfati Fatumbrutum

Islamic Theology and Philosophy

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Ajaran Benci dan Cinta

13 Desember 2021   23:50 Diperbarui: 13 Desember 2021   23:57 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu filsuf dari mazhab pluralism yaitu Empedokles mengatakan bahwa sesungguhnya didunia ini tidak ada semuatu yang baru. Alam semesta membentuk empat unnsur yaitu api,udara,tanah dan air.   Empedokles mengatakan bahwa sesungguhnya di dunia ini tidak ada sesuatu yang baru. Alam semesta dibentuk oleh empat unsur (rizomata) yaitu api, udara, tanah, dan air. Keempat anasir ini dapat dijumpai di seluruh alam semesta dan memiiki sifat-sifat yang saling berlawanan. Api dikaitkan dengan yang panas dan udara dengan yang dingin, sedangkan tanah dikaitkan dengan yang kering dan air dikaitkan dengan yang basah. Salah satu kemajuan yang dicapai melalui pemikiran Empedokles adalah ketika ia menemukan bahwa udara adalah anasir tersendiri. Empedokles berpendapat bahwa semua anasir memiliki kuantitas yang persis sama. Anasir sendiri tidak berubah, sehingga, misalnya, tanah tidak dapat menjadi air. Akan tetapi, semua benda yang ada di alam semesta terdiri dari keempat anasir tersebut, walaupun berbeda komposisinya. Keempat unsur ini terpisah dan membentuk alam semesta. Keempat unsur inilah yang merupakan dasar terakhir dari segala sesuatu. Tapi menjadi pertanyaan sekarang adalah bagaimana menjelaskan proses perubahan alam semesta itu?

            Menurut Empedokles ada dua prinsip yang mengatur perubahan-perubahan dalam alam semesta dan dua prinsip itu berlawanan satu sama lain. Kedua prinsip itu dinamakancinta (philotes) dan benci (neikos). Cinta menggabungkan anasir-anasir dan benci menceraikannya. Empedokles melukiskan kedua prinsip itu sebagai semacam cairan halus yang meresapi semua benda lain. Atas dasar kedua prinsip itu Empedokles menggolongkan kejadian-kejadian alam semesta dalam empat zaman. Cinta dan benci berturut-turut memainkan peranan penting. Keempat zaman ini berlangsung terus-menerus, sehingga sesudah zaman keempat selesai dengan segera zaman pertama mulai. Keempat zaman itu adalah sebagai berikut:

- Zaman pertama. Disini cinta adalah dominan dan menguasai segala-galanya. Alam semesta dalam keadaan ini dibayangkan sebagai suatu bola (seperti konsep "yang ada" pada Parmenides), dimana semua anasir tercampur secara sempurna. Dalam hal ini benci dikesampingkan ke ujung.

- Zaman kedua. Pada zaman ini benci mulai masuk untuk menceraikan anasir-anasir. Jadi, alam semesta sebagian dikuasai oleh cinta dan sebagian dikuasai oleh benci. Benda-benda mempunyai kematapan, tetapi dapat lenyap. Menurut Empedokles kita sekarang hidup pada zaman kedua ini.

- Zaman ketiga. Apabila penceraian anasir-anasir selesai, mulai berlaku zaman ketiga, dimana benci adalah dominan dan menguasai segala-galanya. Keempat anasir yang sama sekali terlepas satu sama lain, merupakan empat lapisan konsentris; tanah dalam pusat dan api pada permukaan. Pada zaman ini cinta sudah dikesampingkan ke ujung.

- Zaman keempat. Sekarang pada gilirannya cinta masuk kosmos, sehingga timbul lagi

situasi yang sejajar dengan zaman kedua. Apabila cinta akhirnya menjadi dominan, maka kita kembali lagi ke zaman pertama.

Didalam proses penggabungan dan penceraian ini terjadilah makhluk-makhluk yang hidup. Secara singkat hal itu diuraikan sebagai berikut:

            Sebelum ada matahari tanah telah mengandung didalamnya anasir panas, yang mengakibatkan tumbuhnya tumbuh-tumbuhan, yang semula masih belum berbentuk, semacam embryo di dalam kandungan ibunya. Dari tumbuhan-tumbuhan yang belum berbentuk itu kemudian berkembanglah pohon-pohon yang berdaun dan berbuah. Setelah tumbuh-tumbuhan terjadilah binatang-binatang, yang semula hanya berwujud anggota-anggota tubuh yang terlepas yang satu daripada yang lain, tetapi yang kemudian berkembang menjadi binatang-binatang. Mengenai manusia dikatakan, bahwa manusia semula mempunyai bentuk yang luar biasa besarnya, tetapi yang kemudian berkembang menjadi manusia seperti yang yang sekarang ini. Hal itu semuanya disebabkan oleh hukum yang demikian, bahwa yang sama menarik yang sama, seperti umpamanya : anasir tanah menarik tanah yang diluar, anasir air menarik air yang di luar. Teori pengenalan Empedokles juga didasarkan atas hukum penggabungan tersebut : yang sama mengenal yang sama. Karena anasir tanah yang ada pada manusia itulah maka manusia mengenal tanah, dan karena anasir airlah ia mengenal air.

            Jika diperhatikan baik-baik ajaran Empedokles ini banyak terdapat dalam dasar-dasar yang dikemukakan oleh filsuf-filsuf yang telah lalu. Sikap dan tujuan hidupnya menyerupai mistik orfisme dan pendirian Pythagoras. Dasar persatuanya sudah ada lebih dahulu pada filosofi Elea. Cuma pengertian "adanya", yang dikemukakan oleh Parmenides terlalu gaib menurut pahamnya. Dasar persatuannya dicocokan dengan yang lahir, yang menyatakan yang banyak. Yang banyak itu bersatu karena dasar cinta. Dasar benci yang membawa perpecahan banyak menyarupai dasar "perjuangan" dan "menjadi" dalam filosofi Herakleitos. Dalam pandangan filosofis yang lalu sudah dikemukakan tiga macam anasir yang menjadi pokok segalanya. Thales mengatakan air, Anaximenes udara dan Herakleitos api. Empedokles mengambil ketiga-tiganya jadi pokok dan dia menambahkan satu lagi yaitu tanah. Dalam hal ini ia mengambil tanah dengan tujuan untuk menyatukan paham yang terpisah-pisah dan meneruskan jalan pikiran filosofi yang sudah berkembang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun