Mohon tunggu...
Ali Efendi
Ali Efendi Mohon Tunggu... Guru - Pendidik

Pemerhati Sosbud dan Lingkungan - Lahir dan tinggal di Kampung Nelayan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pahlawan Lokal dalam Lintasan Sejarah

4 November 2019   23:11 Diperbarui: 11 November 2019   01:05 394
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Orang tidak akan belajar sejarah kalau tidak ada gunanya", ungkapan Kuntowijyo guru besar Universitas Gajah Mada Yogyakarta ini mengingatkan peristiwa pertempuran di Surabaya yang dipimpin oleh Bung Tomo. 

74 tahun yang lalu arek-arek Surabaya berjuang fisik melawan tentara sekutu atau AFNEI (Allied Forces Netherland East Indies) yang dipimpin oleh Brigjen Mallabay, tentara sekutu datang ke Indoneisa dengan dalih melucuti dan mengembalikan tentara Jepang ke negaranya, serta menstabilkan kemanan wilayah Asia Tenggara pasca perang dunia kedua di kawawan Asia Pasifik.

Ternyata kedatangan tentara sekutu ke Indonesia  diboncengi oleh NICA (Netherlands Indies Civil Administration). niat dan tujuan NICA adalah menjajah dan menguasai Indonesia kembali, hal ini yang membuat rakyat Indonesia di berbagai daerah melakukan perlawanan terhadap kedatangan sekutu. 

Salah satunya di Surabaya yang melakukan perlawanan dengan mengangkat senjata melawan tentara, Sekutu pada tanggal 10 November 1945, peristiwa tersebut kemudian dijadikan momentum untuk memperingati "Hari Pahlawan".

Pahlawan dalam Konteks Sejarah

Dalam konteks sejarah, hari pahlawan dikaitkan dengan kisah perjuangan seseorang dalam melawan penjajah (kolonialisme dan imperialisme) bangsa Eropa Barat yang datang ke nusantara dengan mengeksploitasi sumber daya alam dan sumber daya manusia. 

Para pahlawan berjuang melawan imperialisme dan kolonialisme telah dilakukan sejak zaman perlawanan sebelum tahun 1990 dan zaman pergerakan nasional setelah tahun 1990, hingga zaman perjuangan dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia Republik Indonesia.

Perjuangan yang dilakukan oleh bangsa Indonesia melawan Sekutu pasca kemerdekaan dalam bentuk perang fisik yang berupa perang menggunakan senjata, seperti: peristiwa Medan Area, Bandung Lautan Api, Pertempuran Arek-arek Surabaya dan sebagainya. 

Sedangkan perjuangan non fisik dalam bentuk diplomasi telah dilakukan bangsa Indonesia, seperti: Perundingan Linggarjati, Perundingan Roem Royen, Perundingan Renville, Konferensi Meja Bundar dan beberapa perundingan lainnya.

Para pejuang yang berjasa melakukan perlawanan terhadap kolonialisme dan imperialisme pada zaman sebelum dan sesudah kemerdekaan yang kemudian dianugerahi bintang tanda jasa oleh pemerintah disebut dengan pahlawan. 

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti orang yang menonjolkan dengan keberanian dan pengorbanannya dalam membela kebenaran pejuang yang gagah berani.

Secara politik, sejak tahun 1959 pejuang dianugerahi gelar Pahlawan Nasional telah ditetapkan oleh presiden. Pada saat ini telah Undang-undang Nomor 20 Tahun 2009 yang menyebutkan bahwa gelar Pahlawan Nasional mencakup semua jenis gelar yang pernah diberikan sebelumnya yaitu: Pahlawan Kemerdekaan Nasional, Pahlawan Proklamator, Pahlawan Kebangkitan Nasional, dan Pahlawan Revolusi.

Urgensi Historiografi Pahlawan Lokal

Taufik Abdullah (1992) merupakan sejarawan yang mengkampanyekan pentingnya konsep penulisan sejarah lokal (historiografi) tentang kisah kepahlawanan seseorang di tingkat lokal. Sedangkan Sartono Kartodirdjo (1994) yang memperkenalkan pendekatan multi dimensional yang menggunakan disiplin ilmu-ilmu sosial lain sebagai salah satu metode untuk melakukan penelitian sejarah, seperti: kajian antropologi, sosiologi, geografi, ekonomi dan ilmu-ilmu sosial lainnya.

 Perlu diperhatikan dua hal yang esensial dalam perspektif sejarah, yaitu semua hal memiliki masa lampau dan masa kini merupakan kelanjutan dari masa lalu. 

Dalam pandangan historis, bahwa semua orang memiliki masa lalu. Tidak hanya orang besar  yang berskala nasional, tetapi juga orang kecil atau tokoh lokal juga memiliki peran yang penting dalam wailayah lokal. Dengan demikian sejarah tidak hanya berbicara mengenai yang besar-besar tetapi, juga yang kecil-kecil.

Tema dan topik yang diangkat dalam penulisan sejarah tingkat lokal tidak akan kehabisan pokok bahasan, perspektif, dan sumber yang masih original. Semakin lokal, maka akan semakin jelas terlihat fase-fase dan pokok pembahasan yang diangkat. Begitu juga dengan batasan temporal (waktu) dan batasan spasial (wilayah) akan lebih terfokus, maka kajian pokok pembahsan akan makin jelas.

Historiografi lokal tidak lepas dari sejarah tokoh yang berada dalam daerah tersebut karena tokoh lokal menjadi penggerak dan motor dalam daerah tersebut.

 Maka historiografi tokoh lokal sangat urgensi untuk kembali dirintis mengingat tradisi sejarah lisan di tengah-tengah masyarakat hampir punah dihantam badai perkembangan teknologi komunikasi saat ini. 

Bagi masyarakat lokal (baca: daerah), orang-orang yang dianggap penting dan berjasa bagi mereka adalah tokoh panutan yang berada di daerahnya, lebih dari itu tokoh lokal juga memberikan inspirasi dan motifasi dalam perjuangan hidup. 

Maka sangat layak tokoh-tokoh lokal mendapat gelar sebagai pahlawan karena telah berjasa dalam perkembangan dan pembangunan masyarakat di daerahnya.

Demitologi dalam Historiografi Pahlawan Lokal

Historiografi pahlawan lokal atau penulisan sejarah biografi tokoh lokal menjadi suatu keharusan karena untuk menghilangkan mitos yang berkembang di masyarakat seputar tokoh tersebut. Disadari atau tidak masih banyak dijumpai sejarah pahlawan lokal yang muatan mitosnya lebih dominan dari pada kisah yang sesunggunanya, padahal kisah yang diceritakan benar-benar kejadian sejarah. 

Mitos merupakan karya fiksi berasal dari bahasa Yunani berarti dongeng (mythos) yang bersumber pada karangan akal pikiran manusia belaka, sedangkan sejarah adalah narasi yang bersumber pada data dan fakta yang kongkrit.

Peniadaan mitos (demitologi) dalam kisah sejarah pahlawan lokal adalah tugas dan tanggungjawab semua pihak, seperti; pemerintah pusat dan daerah, sejarawan, peneliti sejarah, peminat sejarah, pemerhati sejarah, guru sejarah dan masyarakat yang concern terhadap sejarah. 

Biografi tokoh lokal setidaknya ditulis dengan menggunakan metodologi yang tepat dan pendekatan ilmu sejarah sehingga sejarah tokoh lokal yang dibaca oleh masyarakat benar-benar kisah sejarah yang bersumber pada fakta dan bukan narasi ahistoris.

Akhirnya selamat "Hari Pahlawan 10 November 2019", semoga segera hadir karya tentang sejarah pahlawan berbasis tokoh lokal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun