Dan tanpa menunggu perintah mereka langsung membawa tubuh ustazah Anna masuk kedalam mobil dan meluncur meninggalkan tempat itu.
Malam semakin larut sementara di sebuah rumah petak nampak seorang gadis sedang gelisah entah apa yang sudah membuatnya seperti itu hampir setiap lima belas menit selali ia melihat kearah jam tangannya seperti ada yang sedang di tunggunya.
"Ini ustazah Anna kemana sih, sudah malam begini kok belum pulang juga." gerutunya, ia bangkit dari tempat duduknya dan melangkah menuju jendela lalu mengintipnya keluar barang kali orang yang ditunggunya sedang berjalan menuju kearahnya. Tapi kali ini pun ia tak menemukan apa-apa di luar sana.
Sementara di dalam sebuah gedung tua tampak seorang perempuan dengan kedua tangan terikat di atas bangku duduk lemas tak sadarkan diri, disekelilingnya telah berdiri mengelilinginya orang-orang berwajah garang yang selalu siap siaga.
Di depannya seorang laki-laki duduk menatapnya dengan tajam, dengan sebatang rokok yang terselip di antara celah bibirnya.
"Siram Dia...! Teriaknya dengan keras dan tanpa menunggu perintah sampai dua kali salah satu anak buahnya langsung bergegas melaksanakan perintahnya.
Pelan-pelan perempuan itu mulai membuka matanya dan dengan tatapan yang masih sedikit nanar, ditatapnya laki-laki yang ada dihadapannya.
"Merpati utara mau kau rubah seperti apapun dirimu kamu pikir aku tidak bisa mengenalimu." kata laki-laki itu dengan suara yang berat sembari meremas tangannya seakan siap menghajarnya tanpa ampun.
"Apa yang kamu inginkan dariku, cepat lepaskan aku."
"Tenang-tenang permainan belum berakhir kawan, aku masih punya hadiah istimewa untukmu, bawa dia masuk.! Teriak laki-laki itu pada anak buahnya dan sekejab, beberapa orang langsung masuk dengan membawa seorang gadis dengan tubuh terikat.
"Sifaa, gumamnya pelan ;lepaskan Dia, Dia tidak tahu apa-apa dengan urusan kita, cepat lepaskan Dia." Teriak ustazah Aana sembari meronta berusaha melepaskan ikatannya.