Mohon tunggu...
Ali NR
Ali NR Mohon Tunggu... Buruh - Penulis

Tetap semangat sampai tujuan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Sudut Gelap Sang Ustazah

22 Desember 2020   23:45 Diperbarui: 22 Desember 2020   23:44 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


"Ibuuuuuu.!! Teriaknya sampai akhirnya ia pun terbangun dari tidurnya.


"Kak Anna mimpi buruk lagi yah, tiba-tiba terdengar suara gadis menggema di telinganya dan dilihatnya Sifa sudah duduk di tepi ranjangnya.


Malam masih teramat sunyi dan senyap selain suara jangkrik yang terdengar hanyalah desahan napas kegelisahan yang terus membayangi wajah sang ustazah Anna terlebih lagi di pesantren tempatnya mengajar sedang ada persengketaan lahan dari sang ahli waris yang tiba-tiba muncul dan mulai mengusik ketenangan pesantren.


Ia mendesah dan segera mengajak Sifa untuk mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat malam, sementara jam dinding telah berdentang selama tiga kali sebagai tanda malam telah bergeser mendekati pagi. Keresahan kini telah bertambah seiring dengan mimpi-mimpi masa lalunya yang terus membayangi pikirannya.


Pagi itu setelah sholat subuh ustazah Anna, bergegas menemui Pak kyai guna menceritakan segala kegundahannya terlebih rasa sakit dikepalanya belakangan ini juga sering kumat.


Hari itu ustazah Anna meminta ijin untuk meninggalkan pesantren selama beberapa hari. Tapi tak disangka itu adalah awal bencana untuk dirinya, sebab rahasia masalalunya terbongkar tentang siapa dia yang sebenarnya. Pagi itu secara tidak sengaja Sifa menemukan sebuah surat kabar lama yang sengaja disembunyikan ayahnya di antara tumpukan kitab pribadi ayahnya.


Sungguh betapa terkejutnya ia ketika tahu isi dari surat kabar itu yang memuat berita tentang kejahatan sang ustazah dimasa lalu.


Dengan perasaan penuh kecewa ia segera kembali menemui ustazah Anna dan ayahnya yang masih mengobrol diruang tamu.


"Abi apa artinya semua ini.? Tanya Sifa sembari menyerahkan surat kabar itu pada ayahnya, pak kyai mendesah lalu memerintahkan putrinya itu duduk.


"Hmm, jadi kamu sudah tahu semuanya ndo."


"Jadi benar bih, desas desus yang selama ini Sifa dengar, kalau dipesantren ini ada penjahat, tapi kenapa harus kak Anna bih, kenapa." tangis Sifa pun tak terbendung lagi, ada sedikit perasaan kecewa yang kini menyelimuti hatinya, sedangkan sang ustazah Anna hanya bisa diam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun