Mohon tunggu...
Ali
Ali Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

Menulis sebagai cara melatih skill

Selanjutnya

Tutup

Politik

Netralitas adalah Membela Rakyat

20 Januari 2024   14:52 Diperbarui: 20 Januari 2024   14:56 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi mereka yang melanggar, tentu harus ditindak tegas. Kampanye dengan uang, melakukan kampanye di tempat yang dilarang dan berbuat tidak fair saat kampanye. Sebuah tindak yang seharusnya ditindak bukan didiamkan atau tebang pilih.

Kenyataannya, ketika capres lain mempromosikan dirinya, ada yang diturunkan video promosinya, ada juga yang di kriminalisasi pendukungnya dan yang paling parah salah-satu kasus penembakan terhadap tim kampanye capres yang tidak jelas siapa pelakunya dan apakah ada hubungannya dengan salah satu capres.

Maksudnya, ini malah menciptakan pemilu yang tidak gembira sama sekali. Masyarakat dibikin was-was dan takut terjadi huru-hara akibat pemilu kali ini. Tidak lupa polarisasi di masyarakat pada pemilu 2019. Seorang ayah dan anak bisa saling bermusuhan karena perbedaan dukungan kepada salah-satu capres.

Jargon politik riang gembira yang digemborkan bisa jadi penyelamat dalam hal ini. Tunjukkan bahwa pemilu kali ini adalah sebuah pesta demokrasi untuk mempersatukan bangsa di bilik suara. Namun, kenyataan memang tidak sesuai dengan praktek.

Media sosial dan di lapangan sekalipun banyak orang yang saling bertengkar dan menghina capres mereka. Seharusnya, politik yang riang dan gembira adalah saling menghargai perbedaan dan tidak mempermasalahkan mereka. Toh, banyak dari mereka yang hari ini bisa jadi berubah dukungan.

Sebut saja platform TikTok yang sering memunculkan video salah-satu capres. Jika dicek komentarnya, pasti sangat kejam sekali jika ada orang yang tidak mendukung capres di video tersebut. Begitu pula platform X atau Twitter yang berisi cuatan para pengguna salah-satu capres yang cukup masif.

Keadaan yang cukup ribut di media sosial diperparah lagi dengan aparat, pejabat dan pemegang kekuasaan sendiri yang tidak netral. Bukannya menciptakan situasi kondusif dan nyaman. Malah menunjukkan kalau mereka mendukung capres lain secara terang-terangan.

Sebagaimana sikap pemimpin, jika kepalanya saja sudah kacau, bagaimana kebawahnya?

Netralitas adalah sikap membela rakyat

Photo by Robin Erino
Photo by Robin Erino

Sejujurnya secara pribadi, tidak masalah sebenarnya jika seorang pejabat negara tidak netral dalam pemilu. Setiap orang tentu punya pilihan masing-masing. Namun, cukuplah sikap tersebut disimpan oleh diri mereka sendiri. Jangan di umbar secara terang-terangan seperti ini. Tidak etis dan baik di mata masyarakat sebenarnya.

Seorang pejabat negara seharusnya fokus untuk bekerja demi rakyat dan negara. Bukan ikut campur urusan pemilu dan memberikan bantuan pada salah-satu capres.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun