Namun, tidak sampai satu tahun. Arena of Valor saat itu sudah dilupakan dan mulai kesulitan mendapatkan pemain baru dan mempertahankan pemain lama.
Jumlah pemain terus berkurang dan semakin berkurang. Karena itu, Garena mengganti namanya menjadi Arena of Valor dan merilis game ini secara internasional di Asia Tenggara.
Dengan begini, diharapkan jumlah pemain akan meningkat karena memiliki server internasional yang akan mempertemukan pemain dari berbagai negara di Asia tenggara.
Namun, apakah strategi tersebut berhasil?
Tidak terlalu berdampak dan justru di beberapa kasus membuat pengalaman bermain semakin buruk. Contoh, karena memiliki server internasional diperlukan sinyal internet yang sangat cepat.
Hal yang wajar melihat Arena of Valor memiliki pemain yang sedikit. Game ini bisa dibilang kalah start dari awal dengan pesaing mereka Mobile Legends.
Mobile Legends rilis lebih awal sekitar tahun 2016 di Indonesia dan Arena of Valor rilis pada tahun 2017.
Saat itu, Mobile Legends semakin populer dan sudah memulai turnamen kecil-kecilan. Sedangkan, Arena of Valor baru saja sampai di Indonesia.
Ditambah, Arena of Valor memiliki grafik yang bagus dan tentunya memerlukan smartphone kelas menengah atas untuk bisa menikmati permainan dengan baik.
Hal ini tentu tidak ramah dengan orang Indonesia yang rata-rata memiliki smartphone kelas Low-End.
Padahal sebelum kedatangan dua game MOBA ini, ada satu game MOBA yang sudah populer secara internasional tapi tidak di Indonesia. Vainglory, game yang sudah mati suri saat ini padahal memiliki turnamen kelas atas di masanya.