Mohon tunggu...
ali tantowi
ali tantowi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Bersahaja Dengan Kesederhanaan

21 Juli 2009   13:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:55 939
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Yang kita butuhkan dalam hidup ini hanyalah sedikit dan selebihnya untuk pamer”, begitulah ungkapan dalam film Forrest Gump yang dibintangi oleh pemain legendaris Hollywood, Tom Hanks.Ungkapan ini begitu sederhana tapi begitu sarat makna. Banyak sekali orang mengejar materi, melebihi yang dia butuhkan, tanpa menyadari bahwa sebenarnya yang dia butuhkan dalam hidup ini adalah kebersahajaan dan kebahagiaan.

Semua manusia pada dasarnya menginginkan kebahagiaan. Hanya orang-orang yang tidak waras jiwanya yang menginginkan kesengsaraan. Berbagai cara ditempuh untuk mencapainya. Ada yang mencarinya dengan kekayaan dunia dan ada juga yang mengejarnya melalui agama.

Kita sepakat bahwa sebenarnya kunci kebahagiaan bukanlah materi. Orang-orang yang mengagungkan kekayaan materi sebagai sumber kebahagiaan, jiwanya akan selalu resah dan gelisah karena manusia tidak akan pernah merasa puas dengan kekayaan yang dia miliki. Orang bijak pernah mengatakan, “Seandainya manusia diberikan satu gunung emas, maka dia akan meminta dua gunung emas lagi”.

Dalam buku “Simplify Your Life”, Elaine St.James menyatkan bahwa sepanjang sejarah orang-orang bijak dalam setiap kebudayaan besar, kehidupan sederhana adalah kunci kebahagiaan. Seperti yang diajarkan agama bahwa sumber kebahagiaan adalah hati nurani. Hidup dengan kemewahan disertai prilaku boros tentu saja bertentangan dengan nurani, apalagi di sekeliling kita ada sebagian orang yang kurang mampu.

Arti Kesederhanaan

Hidup sederhana bukan berarti hidup miskin dan serba kekurangan, apalagi hidup dalam kemelaratan dan kesengsaraan. Sederhana adalah hidup yang tidak berlebihan, proporsional dan memiliki prioritas mana yang harus didahulukan. Banyak orang miskin tapi budaya hidupnya boros. Membeli sesuatu yang tidak begitu dibutuhkan padahal ada kebutuhan yang lebih penting merupakan sifat yang tidak sederhana, misalnya mempriotaskan membeli rokok dua bungkus sehari daripada membayar biaya anaknya di sekolah.

Setiap orang, kaya ataupun miskin , sebenarnya bisa hidup sederhana. karena setiap manusia di muka bumi ini memiliki nurani. Prilaku boros dan melakuakan sesuatu yang tidak ada gunanya merupakan tindakan yang bertentangan dengan nurani. Dengan begitu orang yang sederhana akan selalu menerima dengan rela apa yang ada, berlaku adil dan bersyukur atas setiap rezeki yang diberikan dengan menggunakannya pada sesuatu yang memiliki manfaat dan nilai.

Setiap agama mengajarkan umatnya untuk hidup sederhana. Agama Islam misalnya mengajarkan kita untuk makan dan minum secukupnya dengan tidak berlebihan (al-A'raf, 31). Begitu pula Agama Kristen menyatakan bahwa kemewahan atau kemegahan akan membawa kekhawatiran (Matius 6:25-34).

Setelah menyadari akan manfaat kesederhanaan di dalam kehidupan sehari-hari, maka kita akan bertanya tentang bagaimana hendaknya kita memupuk sifat kesederhanaan dan menjalani hidup secara sederhana?

Menjadi sederhana tidaklah mudah. Di tengah era modernisasi ini, pola hidup yang cenderung hedonis seakan sudah menjadi budaya dan seringkali manusia tergoda untuk tenggelam dalam keagungan materi. Perlu kesadaran diri dan kemauan yang kuat untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari- hari. Karena hidup sederhana seringkali dipandang sebelah mata.

Setidaknya ada dua hal penting dalam mengaplikasikan sifat kesederhanaan dalam hidup. Pertama, megontrol hawa nafsu yang selalu berkecambuk dalam diri kita. Dalam ajaran Islam, kita selalu diingatkan agar kita mengontrol hawa nafsu untuk tidak berprilaku berlebihan dalam melakukan apapun. Ini adalah karena hawa nafsulah yang selalu menjeruskan manusia ke kancah kebinasaan, seperti yang digambarkan dalam Surah Al-Mukminun :71.

Bahkan berlebihan dalam ibadah pun dilarang, karena setiap bagian kehidupan memiliki porsinya masing-masing. Rasulullah pernah melarang sahabatnya untuk berpuasa seumur hidup, atau shalat sunat sepanjang malam. Beliau berpesan bahwa keluarga kita dan tubuh kita juga memiliki hak yang harus dipenuhi. Maksudnya kalau kita berpuasa sepanjang tahun dan shalat sepanjang malam, keluarga kita akan terbengkalai dan tubuh kita akan lelah.

Kedua, membedakan keinginan dan kebutuhan hidup merupakan hal yang penting dalam proses menjalani hidup sederhana. Misalnya kita semua menginginkan mobil, tapi tidak semua dari kita benar- benar membutuhkan mobil. Keinginan bila tidak dipenuhi biasanya tidak mengakibatkan sesuatu yang negatif menimpa kita, tapi kebutuhan adalah sebaliknya.

Kita harus mampu melihat setiap keinginan yang timbul dalam diri kita, apakah sesuatu yang harus dipenuhi atau tidak. Bila kita tidak mampu melihatnya, kita tidak akan mampu mengendalikan keinginan dan kita akan selalu diperbudak keinginan yang membebani kita. Yang akhirnya kita akan berprilaku boros dan mementingkan sesuatu yang sebenarnya tidak kita butuhkan.

Kita semua sadar bahwa mencapai kemapanan materi memang sulit dan perlu. Tapi yang lebih sulit dan perlu lagi adalah mengendalikan kemapanan menjadi kesederhanaan. Karena nafsu memang tidak akan pernah berhenti menggoda manusia untuk melawan nurani.

Pemerintah dan Kesederhanaan

Melihat kondisi pemerintahan Indonesia yang sedang menghadapi berbagai macam kasus korupsi, kita akan sadar bahwa hal itu terjadi karena pemerintah tidak memiliki budaya hidup sederhana. Kalau melihat gaji yang mereka terima, rasanya korupsi tidaklah mungkin terjadi. Karena besarnya gaji yang mereka terima sangat jauh bila dibandingkan dengan gaji para pekerja secara umum.

Pemerintah yang bijak adalah pemerintah yang memiliki kesederhanaan serta menjadikannya sebagai budaya dalam kehidupan. Di saat kondisi ekonomi yang semakin tak menentu, dimana masyarakat merasa sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari karena melambungnya harga kebutuhan pokok, pemerintah semestinya memperlihatkan budaya hidup sederhana. Karena jika tidak, kesenjangan gaya hidup pemerintah dan masyarakat yang sangat jauh ini akan menjadi bom waktu, yang seketika dapat meledak menghancurkan segala sendi kehidupan.

Pemerintah yang mengaplikasikan gaya hidup sederhana tidak akan kehilangan prestige-nya. Tapi sebaliknya, masyarakat akan lebih hormat dan percaya pada kinerjanya. Di negara manapun pemerintah yang bersahaja dengan kesederhanaan lebih disegani dan lebih dihormati dari pada pemerintah yang bergelimang kemewahan. Apalagi kemewahan yang didapatkan dari hasil korupsi.

Lihat saja Rasulullah SAW, walaupun beliau dinyatakan sebagai manusia dan pemimpin paling besar dalam tradisi Islam, kehidupannya penuh dengan kesederhanaan; misalnya beliau mencucinya baju dan memerah susu kambing sendiri, tidur beralaskan tikar dan pernah sampai-sampai menggadaikan baju perangnya hanya untuk mencukupi kebutuhannya sehari- hari.

Kehidupan sederhana beliau tidaklah membuat beliau malu terhadap umatnya apalagi membuat beliau lemah dalam berdakwah. Tapi kondisi itu beliau jadikan sebagai kekuatan dalam berjuang. Sifat sederhana ini pun dengan cepat menyadarkan golongan kaya seperti Abu Bakar dan Utsman bin Affan yang telah banyak menkontribusikan kekayaannya pada dakwahnya. Sehingga dengan budaya sederhana Islam mendominasi dunia selama dua belas abad.

Beliau berprilaku demikian bukan berarti tidak mampu. Beliau diutus Tuhan untuk menjadi teladan. Dengan begitu kehidupannya yang sederhana dimaksudkan untuk dijadikan teladan. Kesederhanaanya secara social merekontruksi paradigma masyarakat jahiliah yang mengagungkan materi serta mengkritik para pemimpin dan orang kaya yang hidup dengan kemewahan tanpa mempedulikan masyarakat miskin.

Akhirnya hidup penuh dengan kesederhanaan merupakan jalan menuju hidup yang unggul. Hidup sederhana yang tertanam dalam hati dan menjadi cermin prilaku sehari-hari akan menjadikan kita peka untuk meninggalkan prilaku boros atau prilaku yang kurang bermanfaat dan membuat kita semakin objektif dalam mengahadapi problematika dalam segala sendi kehidupan bangsa. Dan jika kita hidup dengan kesederhanaan, niscaya bangsa ini akan menjadi bangsa yang berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun