Bahkan berlebihan dalam ibadah pun dilarang, karena setiap bagian kehidupan memiliki porsinya masing-masing. Rasulullah pernah melarang sahabatnya untuk berpuasa seumur hidup, atau shalat sunat sepanjang malam. Beliau berpesan bahwa keluarga kita dan tubuh kita juga memiliki hak yang harus dipenuhi. Maksudnya kalau kita berpuasa sepanjang tahun dan shalat sepanjang malam, keluarga kita akan terbengkalai dan tubuh kita akan lelah.
Kedua, membedakan keinginan dan kebutuhan hidup merupakan hal yang penting dalam proses menjalani hidup sederhana. Misalnya kita semua menginginkan mobil, tapi tidak semua dari kita benar- benar membutuhkan mobil. Keinginan bila tidak dipenuhi biasanya tidak mengakibatkan sesuatu yang negatif menimpa kita, tapi kebutuhan adalah sebaliknya.
Kita harus mampu melihat setiap keinginan yang timbul dalam diri kita, apakah sesuatu yang harus dipenuhi atau tidak. Bila kita tidak mampu melihatnya, kita tidak akan mampu mengendalikan keinginan dan kita akan selalu diperbudak keinginan yang membebani kita. Yang akhirnya kita akan berprilaku boros dan mementingkan sesuatu yang sebenarnya tidak kita butuhkan.
Kita semua sadar bahwa mencapai kemapanan materi memang sulit dan perlu. Tapi yang lebih sulit dan perlu lagi adalah mengendalikan kemapanan menjadi kesederhanaan. Karena nafsu memang tidak akan pernah berhenti menggoda manusia untuk melawan nurani.
Pemerintah dan Kesederhanaan
Melihat kondisi pemerintahan Indonesia yang sedang menghadapi berbagai macam kasus korupsi, kita akan sadar bahwa hal itu terjadi karena pemerintah tidak memiliki budaya hidup sederhana. Kalau melihat gaji yang mereka terima, rasanya korupsi tidaklah mungkin terjadi. Karena besarnya gaji yang mereka terima sangat jauh bila dibandingkan dengan gaji para pekerja secara umum.
Pemerintah yang bijak adalah pemerintah yang memiliki kesederhanaan serta menjadikannya sebagai budaya dalam kehidupan. Di saat kondisi ekonomi yang semakin tak menentu, dimana masyarakat merasa sulit memenuhi kebutuhan sehari-hari karena melambungnya harga kebutuhan pokok, pemerintah semestinya memperlihatkan budaya hidup sederhana. Karena jika tidak, kesenjangan gaya hidup pemerintah dan masyarakat yang sangat jauh ini akan menjadi bom waktu, yang seketika dapat meledak menghancurkan segala sendi kehidupan.
Pemerintah yang mengaplikasikan gaya hidup sederhana tidak akan kehilangan prestige-nya. Tapi sebaliknya, masyarakat akan lebih hormat dan percaya pada kinerjanya. Di negara manapun pemerintah yang bersahaja dengan kesederhanaan lebih disegani dan lebih dihormati dari pada pemerintah yang bergelimang kemewahan. Apalagi kemewahan yang didapatkan dari hasil korupsi.
Lihat saja Rasulullah SAW, walaupun beliau dinyatakan sebagai manusia dan pemimpin paling besar dalam tradisi Islam, kehidupannya penuh dengan kesederhanaan; misalnya beliau mencucinya baju dan memerah susu kambing sendiri, tidur beralaskan tikar dan pernah sampai-sampai menggadaikan baju perangnya hanya untuk mencukupi kebutuhannya sehari- hari.
Kehidupan sederhana beliau tidaklah membuat beliau malu terhadap umatnya apalagi membuat beliau lemah dalam berdakwah. Tapi kondisi itu beliau jadikan sebagai kekuatan dalam berjuang. Sifat sederhana ini pun dengan cepat menyadarkan golongan kaya seperti Abu Bakar dan Utsman bin Affan yang telah banyak menkontribusikan kekayaannya pada dakwahnya. Sehingga dengan budaya sederhana Islam mendominasi dunia selama dua belas abad.
Beliau berprilaku demikian bukan berarti tidak mampu. Beliau diutus Tuhan untuk menjadi teladan. Dengan begitu kehidupannya yang sederhana dimaksudkan untuk dijadikan teladan. Kesederhanaanya secara social merekontruksi paradigma masyarakat jahiliah yang mengagungkan materi serta mengkritik para pemimpin dan orang kaya yang hidup dengan kemewahan tanpa mempedulikan masyarakat miskin.