Mohon tunggu...
Ali Muakhir
Ali Muakhir Mohon Tunggu... Penulis - (Penulis Cerita Anak, Content Writer, dan Influencer)

Selama ini ngeblog di https://www.alimuakhir.com I Berkreasi di IG @alimuakhir I Berkarya di berbagai media dan penerbit I (cp: ali.muakhir@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Dakwah Hijau Ala Masjid As-Shiddiq

24 Oktober 2021   14:30 Diperbarui: 24 Oktober 2021   14:32 610
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hamparan Sayuran Organik yang Disiram Secara Otomatis (Foto Dok.Pri)

Sore itu suasana pelataran Masjid As-Shidiq cukup senyap karena jamaah sudah kembali ke rumah masing-masing, yang tertinggal hanya suara percikan air yang menyiram kebun sayur mayur yang terhampar di pelataran masjid dan rooftop masjid.

"Penyiraman otomatis ini cuma 5 menit, jadi sangat efektif dan efesien karena tidak memerlukan air dan listrik yang banyak," ujar Agus Rohman, Ketua Kelompok Tani Buruan SAE Masjid As-Shidiq Komplek Griya Winaya, Pasir Jati, Bandung.

Agus mengaku, ide menghijaukan pelataran masjid berawal dari keresahannya pada pelataran masjid yang gersang dan menjadi tempat tinggal ular. Agus kemudian bersama pengurus masjid dan warga menghijaukan lahan tidur seluas 180M2 tersebut menjadi kebun organik.

Pengurus lebih memilih menjadikannya lahan produktif daripada taman, selain mengurusnya tidak mahal juga lebih bermanfaat bagi masyarakat sekitar.

Niat tersebut ternyata disambut oleh kepala desa setempat bahkan mendapat bantuan dari pemerintah melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung. Pengurus masjid kemudian membentuk Kelompok Tani Buruan SAE As-Shidiq.

Buruan dalam bahasa Indonesia berarti pekarangan, sementara SAE singkatan dari Sehat Alami Ekonomis. Buruan SAE salah satu program penghijauan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung. Program pengelolaan lahan kosong untuk ditanami tanaman pangan atau beternak sebagai sumber protein hewani sehingga lahan lebih produktif.

Selama satu bulan mereka mendapatkan penyuluhan dan pelatihan. Mulai bagaimana cara menyemai bibit yang benar, memindahkannya pada media tanam, merawatnya hingga panen.

Setelah berhasil menghijaukan pelataran masjid, mereka kemudian menghijaukan rooftop agar makin banyak varian tanaman yang bisa ditanam di sana. Pada saat itulah masalah mulai muncul.

Kelompok Tani Buruan SAE As-Siddiq bersifat suka rela, jadi tidak ada jadwal yang sangat ketat untuk merawat tanaman, termasuk jadwal rutin menyiram tanaman. Padahal, tanaman jika telat disiram akibatnya fatal. Tanaman bisa layu, tumbuhnya tidak maksimal atau bahkan mati. 

Hamparan Sayuran Organik yang Disiram Secara Otomatis (Foto Dok.Pri)
Hamparan Sayuran Organik yang Disiram Secara Otomatis (Foto Dok.Pri)

Penyiraman Otomatis

Pengurus masjid kemudian melakukan study banding untuk mempelajari sistem penyiraman otomatis. Sayang sekali, dari beberapa study yang dilakukan, untuk penyiraman otomatis diperlukan keahlian khusus dan biaya yang tidak murah.

Akan tetapi, pengurus masjid tidak berkecil hati. Mereka mencoba mencari cara paling mudah dan murah yang bisa diterapkan. Setelah berulang kali mencoba, mereka memutuskan menggunakan salah satu aplikasi gratis yang tersedia di playstore. Mereka kemudian mulai merangkai paralon dan bahan-bahan sisa bangunan masjid yang masih bisa dimanfaatkan.

Rangkaian paralon tersebut lantas disambungkan dengan aplikasi sehingga terintegrasi dengan rangkaian paralon penyiraman. Penyiraman otomatis pun bisa dilakukan dengan remote control.

"Saat ini sudah modifikasi versi ke-7 dan sudah sangat membantu," tutur Agus usai menjelaskan panjang lebar sistem penyiraman otomatis yang digunakan.

Karena sistem tersebut terintegrasi dengan penggunaan air dan listrik di masjid, manfaatnya tidak hanya untuk penyiraman otomatis, melainkan juga mampu menghemat air dan listrik dengan sangat signifikan. Cita-cita pengurus menjadikan Masjid As-Siddiq sebagai masjid yang  ramah lingkungan dan berkemajuan pun satu persatu terwujud walau dengan banyak keterbatasan.

Masjid As-Shiddiq Bandung yang Mengusung Ramah Lingkungan dan Berkemajuan (Foto Dok.Pri)
Masjid As-Shiddiq Bandung yang Mengusung Ramah Lingkungan dan Berkemajuan (Foto Dok.Pri)

Dakwah Hijau

Tanpa terasa, penghijauan yang dilakukan di Masjid As-Shiddiq kini telah berjalan hampir 1.5 tahun. Kelompok Tani Buruan SAE As-Shiddiq yang awalnya tidak tahu menahu tentang pertanian, kini mereka bisa bertani.

Mereka kemudian melakukan edukasi kepada masyarakat sekitar, terutama di Komplek Griya Winaya di mana masjid tersebut berdiri. Kini hampir setiap rumah memanfaatkan pengarangan rumahnya untuk bercocok tanam.

"Kami sadar, saat ini bukan ekonomi yang menjadi sasaran utama," jawab Agus saat ditanya manfaat penghijauan yang dilakukan kelompok taninya terhadap masyarakat sekitar. "Kami ingin masyarakat tahu, untuk bertani itu tidak harus dengan lahan yang berhektar-hektar, bahkan dengan lahan 1 meter persegi pun jadi," lanjutnya.

Dengan cara mengubah lahan kecil menjadi lahan produktif, secara tidak langsung mengajak masyarakat makin peduli pada tanaman dan lingkungan. Jika semua orang melakukannya dijamin dunia akan semakin hijau, sehat, dan menyehatkan.

Beberapa waktu lalu Menteri BUMN, Erik Thohir meninjau kebun organik Kelompok Tani Buruan SAE As-Shiddiq. Erik Thohir sangat mengapresiasi langkah yang dilakukan pengurus masjid dan warga sekitar. Konsep tersebut diharapkan bisa diterapkan di masjid-masjid lain, bahkan jika memungkinkan di tempat-tempat ibadah umat beragama lainnya.

Kemudian, tanpa sungkan Erik Thohir ikut memanen sawi yang ditanam di plastik polybag sebagai ungkapan kebanggaan terhadap inisiatif dan kreativitas pengurus masjid dan warga di sana.

Erick berencana menerapkan program Buruan SAE di setiap masjid BUMN yang ada di seluruh Indonesia. Program ini dinilai sangat positif dan membuktikan peran masjid sebagai penggerak perubahan. Tidak hanya perubahan rohani, melainkan juga perubahan jasmani melalui dakwah hijau.

Pada saat yang bersamaan, Erick meninjau lahan milik salah satu BUMN di sekitar komplek yang diserahkan kepada Kelompok Tani Buruan SAE As-Shiddiq untuk di kelola menjadi lahan hijau seperti yang dilakukan di lingkungan masjid.

Menteri BUMN Erick Tohir Mengapresiasi Kelompok Tani Buruan SAE As-Shiddiq Bandung (Foto Dok.Pri)
Menteri BUMN Erick Tohir Mengapresiasi Kelompok Tani Buruan SAE As-Shiddiq Bandung (Foto Dok.Pri)

Upaya Mendukung Net-Zero Emissions

Belakangan ini, Net-Zero Emissions atau Nol-Bersih Emisi mejadi isu international. Meskipun telah muncul sejak 2008, istilah Net-Zero Emissions mendapat sorotan karena Konferensi Tingkat Tinggi Iklim di Paris pada 2015 mewajibkan negara industri dan maju mencapai nol-bersih emisi pada 2050.

Sebetulnya, secara alamiah manusia dan dunia pasti memproduksi emisi. Bayangkan, manusia bernapas menghasilkan karbon dioksida (CO2). Jika dikalikan jumlah manusia sebanyak 7,8 miliar, emisi karbon dari napas manusia saja berkontribusi 5,8% terhadap volume emisi karbon tahunan.

Lantas apa yang dimaksud dengan nol-bersih emisi? Tidak lain dan tidak bukan adalah karbon negatif. Bagaimana emisi yang diproduksi manusia baik secara alamiah atau pun industri bisa diserap sepenuhnya sehingga tidak ada yang menguap hingga ke atmosfer.

Emisi yang diproduksi secara alamiah akan terserap oleh pohon, laut, dan tanah. Melalui reaksi kimia yang kompleks, pohon, perairan, dan tanah memproses emisi karbon itu dalam siklus fotosintesis. CO2 yang bercampur dengan zat dan gas lain akan membentuk reaksi kimia yang melepaskan karbon dan oksigen.

Oksigen dibutuhkan mahluk hidup sementara karbon diperlukan pohon dan tanaman untuk tumbuh hingga menjadi bahan dasar logam.

Penyerapan karbon ini sangat penting karena menjadi penyebab utama pemanasan global adalah naiknya konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Banyak upaya yang bisa dilakukan oleh siapa pun agar Net-Zero Emissions pada tahun 2050 tercapai. Baik dilakukan oleh perorangan ataupun kelompok, contohnya seperti Kelompok Tani Buruan SAE As-Shiddiq yang saya ceritakan di atas.

Memang sepintas dahwah hijau yang dilakukan Kelompok Tani Buruan SAE As-Shiddiq tidak ada apa-apanya, tetapi bayangkan jika semua pengurus masjid atau pengurus tempat ibadah agama apa pun menjadikan lahan di sekitar tempat ibadah menjadi lahan hijau? Pasti dampaknya luar biasa. Terlebih dihijaukan secara organik yang pasti menyehatkan.

Langit di Atas Rooftop Masjid As-Shiddiq yang Cerah (Foto Dok.Pri)
Langit di Atas Rooftop Masjid As-Shiddiq yang Cerah (Foto Dok.Pri)

Jumlah masjid di Indonesia yang saya dapat dari SIMAS (Sistem Informasi Masjid)  Kementrian Agama Republik Indonesia, mencapai 741.991. Jumlah tersebut diambil secara manual yang diperoleh berjenjang mulai dari Kantor Urusan Agama di tiap daerah. Sementara, data yang tercatat secara digital pertanggal 29 Maret 2021 di Sistem Informasi Masjid tercatat kurang lebih 598.291 masjid yang ada di Indonesia.

Dakwah Hijau yang dilakukan Kelompok Tani Buruan SAE As-Shiddiq kini terus bergerak mengedukasi masyarakat. Ada beberapa rencana yang akan dilakukan ke depan seperti membuat penampungan air hujan yang kelak bisa dimanfaatkan, melakukan pembibitan agar bisa dibagikan kepada masyarakat sekitar atau yang dapat ke masjid.

Sebagaimana tujuan awal program SAE yaitu Sehat, Alami, dan Ekonomis, dalam jangka panjang perekonomian pun akan dibangun secara profesional di sini melalui badan ekonomi masjid.

"Mungkin menjadi salah satu pusat penyedia sayuran organik yang akan disuplay ke supermarket," pungkas Agus yang bercerita dengan sangat antusias. "Siapa tahu, kan? Karena masyarakat sudah merasakan manfaatnya," lanjutnya sambil menatap matahari sore dari rooftop Masjid As-Shiddiq yang siap-siap menuju ke peraduan.

Sebelum turun dari rooftop, Agus menunjukan celemek warna hitam dengan gambar Logo Buruan SAE As-Shiddiq di dada serta topi caping aestetik dari rotan. Celemek dan topi caping aestetik itu biasa dipakai jamaah yang akan melihat-lihat kebun organik yang terhampar di rooftop masjid. Mereka boleh melihat-lihat sayuran atau membeli sayuran dengan petik atau panen sendiri sambil selfi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun