Setelah wadah telah jadi, campur tanah, kompos, dan kotoran hewan, setelah itu diberi air. Usahakan kadar airnya hanya 55%. Cara mengecek kadar air cukup, ambil campuran tersebut lalu kepal, jika ada air sedikit keluar dari jari jemari berarti kadar airnya cukup. Akan tetapi, jika airnya keluar berarti airnya berlebihan.
Campuran tanah, kompos, dan kotoran yang telah siap tersebut kemudian masukan ke dalam wadah. Usahakan ketebalannya  tidak lebih dari 5 Cm. Setelah itu taburkan cacing tanah yang biasa. Cacing kalung. Kita bisa beli cacing di peternak cacing.
Cacing kan takut sama matahari, jadi dia akan turun ke bawah untuk menghindari matahari. Saat turun ke bawah itulah, dia makan campuran tanah, kompos, dan kotoran hewan.
Nah, setelah kenyang makan, setiap hari akan naik ke atas dan akan mengeluarkan kotorannya yang kita sebut Kascing. Bentuknya seperti meses atau remah-remah roti yang telah kita makan. Biasanya akan menggunung di atas tanah. Â Itulah yang dipakai untuk pupuk. Kita bisa menjualnya dengan harga yang lumayan.
Kascing yang bisa kita panen setiap hari, beratnya setengah dari berat cacing yang kita tanam. Jadi kalau kita tanam 1 kilo, maka akan memanen setengah kilo. Kebayangkan, kalau nanam cacingnya 10 kilo bisa memanen 5 Kg. Kascing bisa dijual di dalam negeri kurang lebih dengan harga Rp.5000,- dan jika dijual di luar negeri seperti Malaysia bisa laku 5 Ringgit atau sekitar Rp.15.000,-. Kascing biasanya digunakan ketika akan menanam sayur-sayuran.
Selain informasi tentang Kascing, banyak informasi lain hasil inovasi yang dilakukan Balitbangpupr yang bermanfaat bagi masyarakat. Sebut saja misalnya Akuifer Buatan Daur Ulang Air Hujan atau ABDULLAH, bangunan khusus yang dibuat untuk penadah air hujan untuk wudhu.
@KreatorBuku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H