Saya salah satu orangtua yang selalu ingin berbagi dengan anak-anak, termasuk berbagi tentang kewajiban ayahnya membayar iuran BPJS Kesehatan setiap bulan, meski tidak sangat besar, tetap saja menggurangi pemasukan bulanan. Apa tanggapan anak-anak saat saya menceritakan hal tersebut?
Mereka malah bertanya, sebuah pertanyaan dari seorang anak yang masih polos dan apa adanya. Katanya, “Kalau mengurangi pemasukan, kenapa harus membayar BPJS?”
Saya sempat terdiam sejenak ketika mendapat pertanyaan tersebut. Setelah memilih kata-kata yang tepat saya jelaskan sesuai dengan tingkat pemahaman mereka. Tentang pentingnya mengantisipasi biaya kesehatan karena biaya pengobatan itu mahal. Tentang pentingnya merawat kesehatan karena sehat itu tidak murah.
Saya ceritakan pula kedua kejadian yang dialami oleh kedua teman saya di atas. Mereka bisa melakukan operasi tanpa mengeluarkan biaya karena telah memiliki kartu BPJS Kesehatan. Termasuk saat anak-anak ke dokter gigi.
Meski pun antara iuran yang dikeluarkan setiap bulan dan ketika diakumulasi jumlahnya lebih kecil dari biaya yang dikeluarkan saat berobat, mereka tetap bisa berobat dengan gratis.
“Kok bisa? Harusnya kan nggak bisa karena iuran yang dikeluarkan tidak cukup,” tanya si Sulung yang mulai kritis dan sekarang akan masuk Sekolah Menengah Pertama.
“Tentu saja bisa karena ketika iuran dari seluruh peserta BPJS Kesehatan dikumpulkan jumlahnya sangat banyak. Dari iuran tersebut, tidak semua peserta BPJS menggunakannya untuk berobat karena mereka sehat, jadi tidak perlu biaya ke dokter,” jelas saya sekenanya. “Artinya, secara tidak langsung ketika kita menjadi peserta BPJS Kesehatan dan membayar iuran setiap bulan, kita membantu peserta BPJS lainya yang membutuhkan layanan kesehatan,” pungkas saya.
Apa kesimpulan yang kemudian keluar dari mulut anak saya? Sungguh, saya cukup tercengang. Katanya, “Kalau gitu, Ayah harus tetap bayar BPJS meski pun menggurangi pemasukan. Selain bermanfaat untuk keluarga juga bermanfaat untuk orang lain. Hitung-hitung gotong royong untuk kesehatan.”
Anak yang usianya belum genap 12 tahun itu saja tahu pentingnya gotong royong untuk kesehatan, masa kita tidak tahu? Mungkin tidak semua anak tahu, tetapi paling tidak kejadian yang saya alami ini bisa jadi gambaran kecil, saking pentingnya BPJS Kesehatan, ketika anak-anak dijelaskan, mereka mampu menyimpulan. Selain bermanfaat untuk diri sendiri, dengan konsep gotong royong BPJS Kesehatan bermanfaat juga untuk orang lain.
Bukankah gotong royong adalah salah satu falsafah hidup dari bangsa kita yang diajarkan secara turun menurun? Ingat pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang sekarang bertranspormasi menjadi Pendidikan Kewarganegaraan (PKN)? Pada salah satu bab-nya ada gambar sebuah rumah yang sedang dibangun beramai-ramai. Gambar yang mencerminkan falsafah hidup gotong royong bangsa kita, Bangsa Indonesia.