Mohon tunggu...
Ali Muakhir
Ali Muakhir Mohon Tunggu... Penulis - (Penulis Cerita Anak, Content Writer, dan Influencer)

Selama ini ngeblog di https://www.alimuakhir.com I Berkreasi di IG @alimuakhir I Berkarya di berbagai media dan penerbit I (cp: ali.muakhir@gmail.com)

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ruang Kreatif Semesta Bernama Balai Kota Bandung

28 September 2015   08:25 Diperbarui: 28 September 2015   10:44 1965
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

TAK dipungkiri, sejak Kota Bandung dipimpin Kang Emil –panggilan Wali Kota Bandung Ridwan Kamil, berbagai fasilitas publik terus dibenahi. Mulai dari jalan-jalan, trotoar, sungai, taman-taman, gedung-gedung tua, hingga Balai Kota Bandung.

Banyak pro dan kontra terjadi mengingat anggaran yang digunakan pastilah tidak sedikit. Akan tetapi, demi memenuhi hak dan kenyamanan warga, fasilitas-fasilitas tersebut terus dibenahi dan diperbaiki. Tidak jarang pula direnovasi habis-habisan.

Salah satu fasilitas warga yang belakangan ini tak pernah sepi dari hiruk pikuk warga, bahkan seolah menjadi denyut nadi warga Bandung adalah Balai Kota Bandung. Ruang sejuta umat yang sering saya sebut sebagai ruang kreatif semesta. Kenapa saya sebut ruang kreatif semesta karena di ruang terbuka inilah warga Bandung bebas menumpahkan kreatifitasnya.

Ada ruang terbuka lainnya seperti Taman Film, Taman Musik, Taman Lansia, atau Dago Tea House yang pada masanya menjadi tempat favourite warga, tetapi tumpahan kreatifitas warga tak sederas di Balai Kota Bandung.

Balai Kota Bandung sendiri sudah ada sejak Bandung mendapat status gemeente (Kota) dari Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1904, sejak itu secara resmi Kota Bandung memiliki Balai Kota. Seperti halnya di kota-kota lain, Balai Kota Bandung menjadi jantung pemerintahan, berbagai kebijakan diputuskan dari tempat ini.

Selain sebagai pusat pemerintahan, Balai Kota Bandung sekarang ini menjadi ruang publik yang sangat diminati warga Bandung, bahkan warga di luar Bandung, jika sedang berkunjung ke Bandung.

Kreatif Bersama-Sama

Saya tidak terlalu sering berkunjung ke Balai Kota Bandung, tetapi sebulan sekali pasti berkunjung karena ada saja yang membuat saya ingin berkunjung. Seperti baru-baru ini ikut seminar bisnis di salah satu gedung yang ada di sana. Gedung pertemuan berkapasitas 1000 orang, berada di lantai 3 salah satu gedung di sayap barat Balai Kota yang sangat nyaman.

Beberapa bulan  sebelumnya berkunjung karena ada Festival Kreatifitas Anak, Festival Taman Bacaan Masyarakat, Festival Wirausaha atau festival anak muda penggemar kuliner yang selalu dinanti-nanti kehadirannya, Festival Keukeun. Acara-acara kreatif yang menyedot perhatian warga kerap diadakan di Balai Kota Bandung dan dipastikan acaranya aman untuk semua usia, sehingga pengunjungnya pun dari semua usia.

Selain acara-acara seperti yang saya sebutkan di atas, hampir setiap hari atau setiap akhir pekan, ada saja komunitas yang berkumpul di salah satu sudut gedung atau taman yang ada di Balai Kota Bandung. Salah satunya komunitas Wedha’s Pop Art Portrait (WPAP) Chapter Bandung.

Komunitas ilustrator yang mengilustrasi potret wajah dengan memainkan beberapa warna yang saling bertabrakan, namun tetap menunjukkan karakter asli pemilik wajah. Beberapa waktu lalu komunitas tersebut ikut menyukseskan dan meramaikan Asian African Carnaval 2015.

Komunitas yang diketuai Ahmad Nada tersebut berkumpul untuk mengasah kemampuan para anggotanya setiap minggu pada pekan pertama dan pekan ketiga.

“Kumpulnya di Balai Kota karena suasananya kondusif,” ujar Nada saat saya tanya alasannya berkumpul di Balai Kota. “Ide-ide mudah sekali ditumpahkan kalau sudah ngumpul di Balai Kota. Beda sekali dengan ngumpul di tempat lain atau di ruang kelas,” tandasnya.

Selain WPAP masih ada komunitas lain seperti Indonesian Fingerstyle Guitar Community (IFGC). Kebetulan saat minggu (27/9/15) saya ke sana sedang kumpul menyaksikan salah satu anggota yang baru saja ngulik aransemen sebuah lagu baru.

“Kami biasa kumpul di sini dua minggu sekali karena suasananya menyenangkan. Selalu ada penyegaran,” kata Dwiki, salah satu pendiri dan koordinator komunitas belajar gitar secara gratis tersebut. “Biasanya kumpul sampai Zuhur,” lanjutnya sebelum saya meninggalkannya.

Foto Atas Indonesian Fingerstyle Guitar Community (IFGC) dan Bawah Komunitas Pecinta Reptil (Foto: Kang Alee)

Kemudian ada Komunitas Pencinta Reptil yang hampir setiap minggu nongkrong untuk mengajak main reptil peliharaan mereka atau berbagi cara merawat reptile. Komunitas Inline Skate, Sepeda BMX, Komunitas Fotografi, dan komunitas-komunitas lain yang menyebar di setiap sudut Balai Kota Bandung.

Belum lagi anak-anak sekolah yang mengambil pojok-pojok taman untuk latihan dancer, teather, atau olah raga seperti pencak silat, wushu, atau sekadar latihan baris berbaris. Mahasiswa yang sedang melakukan praktik menggambar. Semua dilakukan warga di Balai Kota Bandung tanpa merasa takut dilihatin, takut dijadikan tontonan, atau takut diusir. Alih-alih diusir, yang ada pengunjung senang karena mendapat hiburan gratis.


Foto Atas Komunitas Inline Skate dan Bawah Komunitas Sepeda BMX (Foto: Kang Alee)

Tempat Ngumpul

Sebelum menjadi pusat pemerintahan, Balai Kota Bandung hanyalah gudang kopi milik Andreas De Wilde. Seorang tuan tanah yang pernah menjadi Asisten Residen Priangan tahun 1812.

De Wilde dahulu menguasai tanah parahyangan. Lebih dari setengah luas wilayah Kota Bandung dikuasainya. Sayang, kiprahnya sebagai tuan tanah berakhir tragis. Pada era pemerintahan Gubernur Jenderal Van der Capellen, kepemilikan tanahnya dibatalkan. De Wilde jatuh miskin dan kembali ke Belanda. Tanah jatuh ke Pemerintah Hindia Belanda.

Pada tahun 1906, di atas bekas lahan gudang kopi tersebut, dibangun kantor bergaya VOC. Pada tahun 1927 bangunan kemudian dirobohkan untuk pembangunan Gemeente Huis (Balai Kota) di sisi selatan Atjehstraat (sekarang Jl. Aceh Bandung). Bangunan tersebut kini menjadi bangunan berlantai dua, terakhir menjadi Kantor DPRD Kota Bandung sebelum akhirnya pindah ke Jl. Sukabumi Bandung.

Selanjutnya pada tahun 1935, dimulailah pembangunan gedung baru menghadap ke arah selatan. Bangunan ini yang sekarang dikenal sebagai Kantor Wali Kota Bandung. Di depan bangunan ada taman kantor, plaza (saat ini sedang dilakukan renovasi), gedung perkantoran, gedung pertemuan, dan area publik yang menjadi ruang kreatif semesta sekaligus pelepas penat dan tempat ngumpul warga. Lantas, apa lagi yang membuat warga tertarik berkumpul di Balai Kota Bandung?

Pertama karena ada Taman Balai Kota. Nun jauh, di ujung selatan Kantor Wali Kota ada taman yang cukup bersejarah, namanya Taman Balai Kota. Taman ini dibangun pada tahun 1885 untuk mengenang jasa  Pieter Sitjhoff, Asisten Residen Priangan yang berjasa besar bagi pembangunan Kota Bandung. Artinya, Taman Balai Kota ada sebelum pembangunan Kantor Wali Kota.

Dahulu Taman Balai Kota dikenal dengan nama Sitjhoffpark atau Pieterspark. Dahulu taman dilintasi oleh Kanal Ci Kapayang yang membelah taman di sisi selatan. Di tengah Pieterspark terdapat sebuah gazebo untuk pementasan orkes musik jaman dahulu. Sekarang Gazebo dikenal sebagai Babancong.

Selain dikenal dengan nama Pieterspark atau Sitjhoffpark, taman juga dikenal sebagai Kebon Raja. Penamaan ini muncul karena dahulu di seberang timur taman ada Kweekshcool (Sekolah Guru) yang siswanya para menak (Orang Terpandang), sehingga sekolah dikenal sebagai Sakola Raja. Pada saat jam istirahat, siswa Sakola Raja sering berkumpul di taman hingga taman identik dengan taman Kebon Raja.

Pada tahun 1950 nama taman  berubah lagi menjadi Taman Merdeka. Pada tahun 1996 kembali berubah dengan nama Taman Dewi Sartika seiring ditempatkannya patung Dewi Sartika di sisi barat daya taman.

Kini taman dikenal dengan nama Taman Balai Kota. Ada tanda tulisan berwarna merah putih yang cukup mencolok dan sekarang menjadi tempat paling favorit untuk foto warga yang datang. Di belakangnya ada kolam serta patung lima ekor ikan mujair di tengah kolam. Selain itu ada hamparan tanaman yang cukup terawat.


Taman Balai Kota Bandung dan Patung Lima Ekor Ikan yang Cantik (Foto: Kang Alee)

Kedua karena ada Patung Badak Putih. Patung Badak Putih ditempatkan di Balai Kota Bandung sejak tahun 1981. Badak Putih ditempatkan di sini karena menjadi simbol sebuah pusat pemerintahan.

Badak putih dipercaya dalam mitologi di Tatar Sunda sebagai sebuah pusat. Konon, jika di suatu wilayah terdapat paguyangan (pemandian) badak putih, wilayah tempat mandi badak tersebut cocok untuk dijadikan pusat pemerintahan. Oleh karena itu, ditempatkanlah patung Badak Putih di Balai Kota Bandung.

Pada hari dan waktu-waktu tertentu, air mancur dari kolam yang ada di bawah Patung Badak Putih menyala. Air mancur ini menjadi daya tarik tersendiri karena sudah cukup lama air mancur di kolam ini tidak berfungsi.

Selain Patung Badak Putih, ada patung sepasang merpati yang ada di tengah-tengah Balai Kota, tepat di bawah pohon tinggi besar. Patung sepasang merpati tersebut sebagai tanda di sini pernah dilepaskan 800 ekor merpati untuk menghiasi taman.


Patung Badak Putih dan Sepasang Merpati Tak Pernah Ingkar Janji (Foto: Kang Alee)

Ketiga karena ada Babancong. Babancong menurut kamus Bahasa Sunda berarti bangunan di sekitar alun-alun yang digunakan para pembesar atau pemimpin. Gazebo yang ada di tengah-tengah Taman Balai Kota sering disebut babancong karena bentuknya yang mirip dengan Babancong yang ada di Garut. Tidak ada yang tahu pasti kenapa gazebo tersebut disebut Babancong selain karena bentuknya mirip dengan Babancong di Garut Jawa Barat.

Babancong di Taman Balai Kota ini termasuk salah satu bangunan tertua yang masih bertahan. Pada zaman Hindia Belanda, orkes musik bermain di di dalam babancong ini untuk menghibur para pengunjung. Sekarang babancong digunakan pengunjung untuk berlatih menari, membaca, atau sekadar duduk-duduk sambil bercanda.


Patung Dewi Sartika dan Babancong yang Melegenda (Foto: Kang Alee)

Keempat karena ada Gembok Cinta. Gembok Cinta baru didirikan belakangan ini, tepatnya Bulan September tahun 2014. Gembok Cinta sebuah jaring terbuat dari besi beton yang bentuknya mirip menara kecil. Di atasnya ada tulisan Love warna merah menyala. Di sini, para muda-mudi atau siapa pun diperbolehkan memasang gembok sebagai tanpa cinta.

Warga Bandung sekarang tidak perlu pergi jauh-jauh ke Korea Selatan, Rusia, atau Jerman untuk memasang gembok cinta. Sekadar untuk seru-seruan saja sebetulnya, tetapi cukup membuat warga terhibur. Buktinya, terhibur, tak jarang pasangan Aki-Aki dan Nini-Nini yang sudah menikah puluhan tahun pun memasang gembok cintanya di sini.


Gembok Cinta dari Warga untuk Bandung Bisa Disematkan di Sini (Foto: Kang Alee)

Kelima karena ada Kantor Wali Kota. Tak dipungkiri kalau gedung tempat Pak Wali Kota berkantor pun tak luput dari perhatian warga. Sehingga rasanya kurang afdol main ke Balai Kota Bandung, tetapi tidak melihat Kantor Wali Kota Bandung. Sekadar mampir di depannya atau berfoto-foto di taman mungilnya. Gedung karya arsitek E.H. de Roo dengan gaya Art deco ini sering juga disebut gedong papak karena berbentuk persegi.


Kantor Wali Kota Bandung Dipenuhi Karangan Bunga (Foto: Kang Alee)

Keenam karena Bandung Command Center (BCC). Ruangan BCC yang sangat nyaman dan rahasia ini baru dioperasikan pada tahun 2014 lalu.  BCC menjadi pusat komando layaknya milik Kapten Kirk di film Star Trek. Fungsi utamanya untuk mengawasi kerja pegawai negeri sipil dalam melayani publik, memasok data lengkap dari dinas, data lengkap badan pemerintahan, serta memantau kondisi kota lewat kamera pengawas yang rencananya akan dipasang di 1.000 titik di Kota Bandung.

Bandung Command Center meski pun menjadi tempat rahasia, tetapi menurut info dari salah satu pegawai Balai Kota Bandung yang tidak mau disebutkan namanya, dapat dikunjungi oleh umum. Sebelum melakukan kunjungan, siapa pun harus mengajukan surat izin terlebih dahulu. Bandung Command Center (BCC) terbuka untuk umum dari Senin-Jumat pada saat jam kerja.

***

Oh iya, jajanan kaki lima sangat dibatasi untuk berjualan di Balai Kota Bandung karena untuk menjaga kebersihan. Akan tetapi, di luar area ada beberapa jajanan tradisional seperti cilok, cuanky, baso tahu, dan sebagainya. Pengunjung boleh membeli dan membawa masuk. Jangan lupa buang sampah pada tempatnya.

Pengunjung tidak perlu khawatir kehausan karena di sana tersedia minuman gratis. Ada kran air minum bersih yang bisa langsung dikonsumsi pengunjung. Kran tersebut sebaiknya dijaga keberadaannya supaya bisa digunakan selama-lamanya.

Bagi umat islam yang akan menjalankan shalat, di pojok Balai Kota Bandung ada musala mungil yang cukup bersih dan wangi sehingga membuat pengunjung nyaman melakukan ibadah shalat atau sekadar membaca quran.


Air Kran dan Musala yang Gratis dan Nyaman (Foto: Kang Alee)

Bagian Akhir

Karena Balai Kota Bandung menjadi ruang publik yang nyaman untuk beraktivitas makanya menjadi ruang publik yang paling diminati, maka sebaiknya terus dilakukan perbaikan-perbaikan. Ada fasilitas yang perlu ditambah dan dibenahi misalnya toilet. Memang, ada toilet tambahan ketika ada acara, tetapi itu tidak permanen.

Toilet permanen di Balai Kota hanya ada satu toilet, berada di dekat Posyandu. Belum lagi kondisi toilet yang sempit dan agak kotor. Semoga toilet umum di Taman Balai Kota ditambah seiring dengan bertambahnya pembangunan yang dilakukan di Balai Kota.


Berbagai Aktivitas Warga, mulai dari Mahasiswa, Siswa, Keluarga hingga Lansia (Foto: Kang Alee)

Balai Kota Bandung dibuka dari pukul 05.00 hingga pukul 20.00. Warga yang datang menggunakan kendaraan tidak usah khawatir karena tersedia lapangan parkir yang cukup luas. Meski pun gratis, tetapi tidak salah jika kita memberi sekadarnya untuk penjaga yang ada di pintu keluar, sekadar untuk membeli rokok atau minuman setelah seharian menjaga kendaraan dan keamanan Balai Kota Bandung. Selamat berulang tahun yang ke 205 Kota Bandung. Moga makin membuat warganya nyaman.

@KreatorBuku

 

Bahan:

Data Terbaru tanggal 27 September 2015

Kunto, Haryoto. Wajah Bandung Tempo Doeloe. 1984

Katam, Sudarsono. Album Bandung Tempo Doeloe. 2010

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun