[caption id="attachment_385319" align="aligncenter" width="420" caption="Festival Taman Baca 2014 di Kendari"][/caption]
SETIAP kali bertemu dan berkumpul dengan teman-teman dari Forum Taman Bacaan Masyarakat (FTBM), yang anggotanya terdiri dari Taman Bacaan Masyarakat (TBM) yang tersebar di seluruh Indonesia, selalu saja ada keluhan. Terutama keluhan, sulitnya mengembangkan Sumber Daya Manusia pengelola TBM.
Bukan karena tidak ada SDM yang bersedia mengelola, melainkan karena keterbatasan kemampuan SDM dalam mengelola dan mengembangkan TBM, terutama terkait dengan kemampuan dasar yang harus dimiliki SDM pengelola.
Kemampuan dasar yang saya maksud antara lain kemampuan yang berkaitan dengan dunia literasi seperti menulis, mendongeng, mengorganisir sebuah acara, mengelola media sosial, dan mengelola organisasi di TBM.
Kendala terbesarnya adalah biaya untuk mendatangkan trainer sangat minim. Bisa saja, TBM mendatangkan trainer-trainer lokal, akan tetapi terkadang karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, efeknya kurang nendang.
Padahal, TBM-TBM yang ada sekarang ini sebagian besar berada di pelosok negeri, bahkan untuk menuju ke sana harus menempuh perjalanan yang berliku. Tidak jarang pula, berada nyepil di pedalaman.
Acara-acara dari pemerintah, melalui Dirjen PAUDNI memang sering dilaksanakan. Satu tahun bisa 4-6 kali dengan tema yang berbeda-beda. Biasanya dibagi sesuai wilayah. Wilayah barat yang meliputi Sumatera, wilayah utara yang meliputi Kalimantan dan Sulawesi, wilayah tengah yang meliputi Jawa, Bali, dan NTB, dan wilayah timur yang meliputi NTT dan Papua.
Akan tetapi, karena keterbatasan anggaran, apa yang dilakukan pemerintah tidak bisa menjangkau seluruh TBM. Setiap kali pelatihan peserta kurang lebih 150-200 TBM, sementara TBM yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia sekitar 1000-an lebih.
Minat Baca
Selama ini, kita sering merasa miris mengetahui minat baca masyarakat Indonesia rendah dibandingkan dengan negara-negara lain, bahkan negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Filipina.
Merujuk data yang pernah dikeluarkan Badan Pusat Statisitik (BPS) tahun 2012; Penduduk usia 10th ke atas: 91,68% lebih menyukai menonton televisi dan hanya 17,66% menyukai membaca surat kabar, buku atau majalah.
[caption id="attachment_385322" align="aligncenter" width="420" caption="Budaya Baca Indonesia Masih Tertinggal"]
Rasio pembaca surat kabar idealnya 1:10 (satu banding sepuluh), tetapi di Indonesia 1:45 (satu banding empat puluh lima. Jauh lebih tertinggal dari negeri tetangga seperti Filipina yang rasio pembaca surat kabarnya 1:30 (satu banding tiga puluh).
Asumsi tersebut dikuatkan dengan data jumlah buku yang wajib dibaca siswa dalam setahun. Negara Jerman misalnya mewajibkan siswanya harus menamatkan 22-32 judul buku (1966-1975), Jepang 15 judul buku (1969-1972),Malaysia 6 judul Buku (1976-1980), Singapura 6 judul buku (1982-1983),Thailand 5 judul buku (1986-1991), sedangkan di Indonesia sejak tahun 1950-1997 tidak ada kewajiban untuk menamatkan satu judul buku pun.
Kondisi seperti ini mungkin berlangsung hingga menjelang tahun 2015, padahal setiap bulan penerbit banyak menerbitkan buku dan Taman Bacaan Masyarat menjamur di seantero Indonesia, dari sabang hingga merauke.
Membantu Melek Baca
Menurut Buku Pedoman Pengelolaan Taman Bacaan Masyarakat (2006 : 1), tujuan mendirikan Taman Bacaan Masyarakat antara lain;
Pertama membangkitkan dan meningkatkan minat baca masyarakat sehingga terciptanya masyarakat yang cerdas dan selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kedua menjadi sebuah wadah kegiatan belajar masyarakat. Ketiga mendukung peningkatan kemampuan aksarawan baru dalam pembrantasan buta aksara sehingga tidak menjadi buta aksara kembali.
Melihat uraian tersebut, keberadaan TBM pastilah sangat penting karena menjadi salah satu sumber mencerdaskan masyarakat, bukan sekadar tempat membaca.
[caption id="attachment_385323" align="aligncenter" width="420" caption="Belajar Mendongeng di Salah Satu Stand di Festival TBM 2014"]
Selain tujuan, fungsi TBM juga tidak main-main. Pertama sebagai sarana pembelajaran bagi masyarakat untuk belajar mandiri, dan sebagai penunjang kurikulum program Pendidikan Luar Sekolah, khususnya program keaksaraan.
Kedua sebagai sumber informasi yang bersumber dari buku dan bahan bacaan Iainnya yang sesuai dengan kebutuhan warga belajar dan masyarakat setempat. Ketiga sebagai sumber penelitian dengan menyedikan buku-buku dan bahan bacaan Iainnya dalam studi kepustakaan. Keempat sebagai sumber rujukan yang menyediakan bahan referensi bagi pembelajaran dan kegiatan akademik Iainnya.
Kelima sebagai sumber hiburan (rekreatif) yang menyediakan bacaan yang sifatnya rekreatif untuk memanfaatkan waktu senggang guna memperoleh pengetahuan/informasi baru yang menarik dan bermanfaat.
Dari tujuan dan fungsi, betapa sangat penting dan bermanfaatnya Taman Bacaan Masyarakat. Bukan sekadar mengumpulkan buku lalu meminjamkan kepada masyarakat secara gratis, melainkan menjadi sarana dan prasana belajar, sumber informasi, dan salah satu jalan penting untuk meningkatkan minat baca masyarakat. Oleh karena itu TBM harus dikelola oleh SDM yang kompeten.
Kelas Online
Menilik pentingnya peranan TBM dalam mengembangkan minat baca, kurangnya tenaga pengelola yang memiki kompetensi, dan sulitnya menghadirkan nara sumber yang mumpuni, kiranya tidak berlebihan, jika saya mendapat kesempatan mendapat akses gratis dari Indosat, saya akan menggunakannya untuk membuka kelas Online Gratis untuk SDM Pengelola TBM di mana pun berada.
Sebagian besar TBM yang ada di kabupaten memiliki akses internet yang memadai berkat bantuan dana CSR atau dana pemerintahan. Dari beberapa TBM yang pernah dikunjungi, sebagian besar akses internet hanya digunakan untuk pelatihan-pelatihan singkat mengenal internet bagi warga sekitar TBM.
[caption id="attachment_385324" align="aligncenter" width="420" caption="Mas Gola Gong sedang Memberikan Workshop Nulis kepada Pengelola TBM"]
Alangkah bijaknya jika akses internet yang didapat, digunakan untuk pembelajaran secara Online. Kebetulan, saya hampir 3 tahun ini mengelola kelas nulis online WinnerClass: Kelas Nulis Paling Seru! Setiap bulan kelas dibuka dengan nara sumber dari penerbit-penerbit besar di Indonesia. Output dari kelas adalah konsep buku yang nanti akan ditawarkan ke penerbit, jika konsepnya sesuai dengan kriteria penerbit, konsep akan diterbitkan.
Saya membayangkan, kelas-kelas yang nanti akan dibuka bagi pengelola TBM antara lain kelas menulis, kelas mendongeng, kelas mengelola event, mengelola organisasi, kelas mengelola dan mengoptimalkan media sosial (untuk informasi dan branding TBM).
Bonusnya kelas membuat proposal sesuai dengan standard perusahaan (ini sangat penting karena berhubungan dengan CSR), dan kelas menjadi trainer (supaya bisa menjadi agen perubahan di TBM).
Dengan kelas-kelas tersebut, berharap SDM pengelola TBM menjadi SDM yang mumpuni, sehingga mampu mengembangkan TBM seoptimal mungkin. Dengan bantuan internet selama setahun, kelas-kelas tersebut bisa diikuti TBM-TBM di kabupaten-kabupaten di seluruh Indonesia.
Terbayang, usai kelas, SDM pengelola lebih baik lagi dalam mengelola TBM sehingga manfaat TBM bisa dirasakan masyarakat sekitar. Terbayang, jika setiap kabupaten memiliki 10 saja TBM dan setiap TBM didatangi 100 pengunjung setiap pekan, berapa banyak buku yang dibaca? Terbayang, program ini jika berjalan dengan lancar, maka benang kusut minimnya budaya baca di negara kita, sedikit demi sedikit terurai. Salam dunia literasi Indonesia! ***
@KreatorBuku
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H