Mohon tunggu...
Septian Alhinduan
Septian Alhinduan Mohon Tunggu... Staff Officer -

Melangkah setahap demi setahap menuju cita-cita yang lebih baik

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Inikah Revolusi Mental Anak Bangsa?

11 Mei 2016   01:12 Diperbarui: 11 Mei 2016   01:37 711
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia maya baru-baru ini dihebohkan dengan perilaku tidak pantas sekelompok remaja di Simalungun, Sumatera Utara. Berdasarkan foto yang diunggah pemilik akun Fani Canali di Facebook, terlihat setidaknya delapan remaja memanjat bangunan mirip Monumen Pancasila Sakti di Lubang Buaya. Tidak sekadar memanjat, sebagian di antara mereka bahkan ada yang menunggangi kepala patung Pahlawan Revolusi. Belakangan diketahui bahwa lokasi para remaja itu berpose adalah di Tugu Letda Sujono di Perkebunan PTPN III, Kebun Bandar Betsi, Kecamatan Bandar Huluan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara.

Bukti ini sempat menjadi pro kontra beberapa pihak terkait keasliannya, namun pakar telematika Roy Suryo membenarkan keaslian foto tersebut. Adanya foto ini menunjukkan bahwa generasi bangsa Indonesia mengalami krisis mental, bahkan bisa dikatakan mengalami kemunduran dalam sikap dan moral dari tahun ke tahun. Padahal Indonesia sudah lama menerapkan Program Revolusi Mental, dengan harapan mengubah mentalitas masyarakat ke arah yang lebih baik. Kenyataannya, apakah Program Revolusi Mental Berhasil??

Sangat ironis sekali memang disaat pemerintah Indonesia sedang gencar-gencarnya menyuarakan Revolusi Mental, akan tetapi masyarakat khususnya remaja perilakunya semakin menyimpang. Dari hal kecil saja, mereka sudah tidak menghargai para pahlawan. Ini merupakan bentuk pelecehan terhadap pahlawan dan bangsa Indonesia. Padahal kita ketahui bersama sejarah kemerdekaan Indonesia tidak bisa lepas dari perjuangan para pahlawan. Perlu diingat kembali bahwa Presiden RI Pertama pernah mengucapkan semboyan "Jas Merah" disaat pidato HUT RI 17 Agustus 1966. Jas Merah mengandung arti Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah. Bung Karno juga berpesan bahwa bangsa yang besar adalah bangsa yang mau menghargai jasa pahlawannya.

Menyikapi perilaku remaja ini, banyak pihak yang mengecam dan menuntut untuk dibawa ke ranah hukum supaya mereka semua jera. Jika pemerintah tidak tegas, tidak menutup kemungkinan akan semakin banyak generasi muda bangsa yang luntur jiwa nasionalismenya. Apakah ini sejalan dengan Program Revolusi Mental?? Siapa yang harus bertanggung jawab?? Adakah yang salah dengan peran orang tua, Guru, Sistem Pendidikan, ataukah Kebijakan Pemerintah??

Sistem pendidikan menjadi sorotan publik mengingat remaja ini masih berada di bangku sekolah, dimana proses belajar dan pemahaman mengenai nilai-nilai sejarah ditanamkan pada setiap murid. Semua itu sudah terangkum dalam kurikulum pendidikan dan dituangkan dalam Pelajaran Sejarah dan Pelajaran Pendidikan Moral dan Pancasila. Apakah kurikulum pendidikan ini sudah berkurang dan tidak seperti dulu? Sebagai evaluasi, perlu adanya penekanan atau penambahan kurikulum supaya generasi muda Indonesia lebih memahami Nilai-nilai Sejarah Bangsa dan Pancasila. Pemerintah dengan Program Revolusi Mental jangan sampai menjadi slogan semata, namun harus mampu menghasilkan produk generasi bangsa yang berkualitas.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun