Mohon tunggu...
Alhawaris
Alhawaris Mohon Tunggu... Dosen - Bontang, Kalimantan Timur, Indonesia

Dosen FK Universitas Mulawarman

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Deretan Penyakit Tropis yang Dapat Ditularkan Melalui Droplet

3 April 2020   18:28 Diperbarui: 3 April 2020   18:36 325
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Difteri merupakan penyakit yang disebabkan toksin yang dilepaskan oleh bakteri Corynebacterium diphteriae. Toksin yang dimiliki oleh bakteri tersebut disebut eksotoksin yang memiliki sifat tidak tahan terhadap panas dan cahaya. Gejala awal penyakit ini berupa demam yang tidak begitu tinggi dan tenggorokan kering.

Penderita selanjutnya dapat mengalami peradangan pada tenggorokan, terjadi pembengkakan pada leher yang menjadi ciri khas penderita difteria (disebut "Bull-Neck") serta terdapat area berwarna putih (disebut pseudomembran) pada daerah tonsil yang mudah berdarah. Komplikasi dapat berakibat fatal bahkan berujung pada kematian dikarenakan toksin dari bakteri penyebab difteri mampu menyerang saraf dan jantung.

Sebelum ditemukannya vaksin penyakit difteri, penyakit ini menyebabkan kasus kematian yang tinggi. Namun, setelah dimulainya program imunisasi difteri, jumlah kasus positif dan kematian yang disebabkan oleh penyakit ini mengalami penurunan yang cukup signifikan. Vaksinasi untuk difteria adalah vaksinasi DPT (Difteria, Pertusis, dan Tetanus).  Vaksinasi biasanya dimulai sejak anak berumur 6 -- 12 minggu.

Pertusis

Pertusis sering disebut juga batuk rejan (whooping cough) atau "batuk 100 hari" karena karakeristik batuknya yang khas dengan rentan waktu yang relatif lama. Penyakit ini umumnya menjagkiti anak-anak terutama balita yang dapat berujung pada kematian. Pencegahan utama penyakit ini adalah dengan melakukan imunisasi DPT. Kejadian pertussis dari waktu ke waktu tampak mengalami penurunan paska diberlakukannya imunisai.

Penyakit pertussis disebabkan oleh infeksi bakteri Bordetella pertussis atau Haemophilus pertussis. Satu hingga dua minggu setelah terinfeksi bakteri tersebut, biasanya penderita akan mengalami batuk pada malam hari, pilek, serta gangguan pada selera makan. Pada tahap selanjutnya yang dapat berlangsung selama 2-4 minggu, penderita dapat mengalami batuk terus-menerus yang diakhiri dengan bunyi "whoop", perasaan gelisah, hingga muka dan mata memerah.

Pada fase penyembuhan, batuk yang dialami penderita akan semakin berkurang dan biasanya akan menghilang dalam waktu 2-3 minggu kemudian.

Pes  

Pes memiliki nama lain penyakit sampar atau plague yang dapat menyebabkan terjadinya wabah. Penyakit pes sendiri disebabkan oleh infeksi bakteri Yersinia pestis atau Pasteurella pestis. Penyakit pes termasuk dalam undang-undang karantina, dimana kejadian penyakitnya harus segera dilaporkan dan penderitanya harus segera diisolasi untuk mencegah dampaknya yang sangat cepat dan luas.

Penyakit pes pada awalnya merupakan penyakit yang menyerang hewan pengerat (tikus atau tupai) yang kemudian ditularkan kepada manusia (zoonosis) dengan perantaraan gigitan pinjal/kutu Xenopsylla cheopsis atau nyamuk Culex sp (disebut pes tipe bubo). Penularan penyakit pes dari manusia ke manusia terjadi melalui droplet penderita pes tipe paru.  Sekitar 5% dari pes tipe bubo akan berkembang menjadi pes pneumonia (pes paru) dengan angka kematian yang cukup tinggi.

Pencegahan terhadap penyakit pes yang dapat diakukan adalah dengan peningkatan sanitasi untuk memberantas tikus dan kutunya serta vaksinasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun