Mohon tunggu...
Damara Puteri S
Damara Puteri S Mohon Tunggu... Penulis - Self healing by writing

Seorang ibu yang suka menulis sebagai sarana mencurahkan isi hati dan kepala.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Buku: Represi

21 September 2023   15:22 Diperbarui: 21 September 2023   15:46 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. pribadi: Damara Puteri Sine

Sebenarnya, ini adalah kali pertama aku membaca buku novel Young Adult. Biasanya aku lebih tertarik dengan novel yang mengangkat isu ekonomi-sosial-politik secara makro dibandingkan isu-isu terkait psikologi. Karena terbiasa menggunakan sudut pandang makro itulah yang membuatku penasaran dengan novel Represi. Kenapa? Karena pada pandangan pertama melihat ilustrasi sampul buku dan judulnya sudah mengesankan kalau buku ini menceritakan dari sudut pandang yang lebih mikro. Yakni tentang kedirian seorang manusia dan kejiwaannya.

Bicara soal manusia dan kejiwaannya, Bibi Gill adalah novel karya Tere Liye yang juga membahas kondisi kejiwaan individu. Tetapi dikemas menjadi cerita fantasi sci-fi dengan mengangkat isu ekonomi-sosial-politik. Represi menjadi menarik bagiku karena menggunakan sudut pandang sejenis, tetapi fenomena yang ditampilkan lebih realistis.   

Anyway buku Represi karya mbak Fakhrisina Amalia ini aku baca di aplikasi iPusnas setelah mengantri cukup lama. Ini jadi satu poin tambahan yang membuatku semakin penasaran. Kalau yang antri membacanya begitu banyak, biasanya buku tersebut memang banyak yang relate atau membuat orang penasaran. Oiya, ternyata latar belakang pendidikan penulis juga linier dengan bukunya. Mbak Fakhrisina Amalia ini menempuh pendidikan Magister Psikologi Profesi di Universitas Islam Indonesia, lho!

Identitas Buku

Judul                      : Represi

Penulis                 : Fakhrisina Amalia

Penerbit               : Gramedia Pustaka Utama

Tahun                   : 2018

Jum. Halaman   : 264 hlm.

"Kadang-kadang manusia lebih senang bersikap rapuh dan kalah berlarut-larut dari keadaan daripada berusaha mengeluarkan kekuatannya sendiri."

Anna merupakan tokoh utama dalam cerita ini. Dikisahkan ia sempat melakukan percobaan bunuh diri. Tetapi, syukurlah, Tuhan masih memberikan kesempatan bagi Anna untuk comeback stronger dalam menata kehidupannya menjadi lebih baik.

Kehidupan Anna sebagai anak tunggal yang merasa terlalu diatur-atur oleh orangtuanya dan mengalami fenomena fatherless menurutku menjadi sebab utama dari permasalahan beruntun yang dihadapi oleh Anna. Tambahkan pula pengalaman traumatis ketika masih usia belia dan fase pencarian jati diri pada usia remaja. Kombinasi yang cukup untuk membuat seorang remaja putri bernama Anna sempat kehilangan alasan untuk bertahan hidup. Bahkan, keempat sahabat terbaik yang siap pasang badan membelanya pun tak menyangka Anna akan berbuat sejauh itu. Beruntung Anna dipertemukan dengan Nabila.

"..., tapi ketahuilah kita akan selalu punya pilihan untuk menemukan kekuatan kita atau bersikap seperti orang yang paling malang sedunia."

Nabila mendengarkan setiap cerita Anna dengan sabar dan antusias. Memberikan serangkaian respon yang menghadirkan kenyamanan pada diri Anna untuk lebih terbuka akan masalahnya. Nabila menuntun Anna untuk mengenali diri, mengenal permasalahan yang sedang dihadapi, dan membuat Anna mampu melihat dunia dari sudut pandang lain.

Personally, di awal aku cenderung apatis bisa menyelesaikan Represi. Juga ada hal yang mengganjal di benakku terkait batas keterbukaan masalah personal yang dalam konteks ini adalah pada sahabat sendiri. Tapi ketika sampai pada tahap Anna mulai belajar untuk terbuka, menerima keadaan diri, dan berjuang untuk bangkit dari keterpurukan, pikiranku berubah. Apalagi ending yang diberikan oleh mbak Amalia membuatku puas dan ikut merasa lega.

Respect untuk Anna yang bisa aware and say "no" pada Sky yang meminta kesempatan kedua. Karena yang bisa memutus lingkaran setan pada hubungan toxic itu dimulai dari keputusan kita sendiri. Menerima keadaan diri dan memaafkan masa lalu adalah cara brilian untuk melanjutkan hidup dengan lebih bahagia.

"Pada dasarnya, sepanjang hidup manusia hanya membutuhkan dua hal paling penting yang bisa membantu mereka mewujudkan semua kebutuhan dan keinginan; waktu dan kesempatan. Sayangnya, banyak manusia yang punya kesempatan tapi tidak punya waktu, atau sebaliknya, punya waktu tapi tidak punya kesempatan."

Insight

Represi menggugah kesadaran bagi siapapun, terutama generasi muda dan para orangtua terkait pendidikan keagamaan. Aku yakin pada masyarakat kita hari ini masih banyak pemuda dan pemudi yang jauh dari akses pendidikan agama yang membahas moral dan etika. 

Selain itu, framing bahwa pendidikan keagamaan yang cenderung kaku dan membosankan memengaruhi level kesadaran bahwa agama merupakan tuntunan hidup. Yaitu yang jika diamalkan dapat menyelamatkan kehidupan manusia dari hal-hal yang mendatangkan bencana. Padahal, dengan mengamalkan ajaran agama terkait moral dan etika dapat mencegah hal-hal yang tidak perlu terjadi, sebagaimana yang terjadi pada Anna dan Sky.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun