Kehidupan Anna sebagai anak tunggal yang merasa terlalu diatur-atur oleh orangtuanya dan mengalami fenomena fatherless menurutku menjadi sebab utama dari permasalahan beruntun yang dihadapi oleh Anna. Tambahkan pula pengalaman traumatis ketika masih usia belia dan fase pencarian jati diri pada usia remaja. Kombinasi yang cukup untuk membuat seorang remaja putri bernama Anna sempat kehilangan alasan untuk bertahan hidup. Bahkan, keempat sahabat terbaik yang siap pasang badan membelanya pun tak menyangka Anna akan berbuat sejauh itu. Beruntung Anna dipertemukan dengan Nabila.
"..., tapi ketahuilah kita akan selalu punya pilihan untuk menemukan kekuatan kita atau bersikap seperti orang yang paling malang sedunia."
Nabila mendengarkan setiap cerita Anna dengan sabar dan antusias. Memberikan serangkaian respon yang menghadirkan kenyamanan pada diri Anna untuk lebih terbuka akan masalahnya. Nabila menuntun Anna untuk mengenali diri, mengenal permasalahan yang sedang dihadapi, dan membuat Anna mampu melihat dunia dari sudut pandang lain.
Personally, di awal aku cenderung apatis bisa menyelesaikan Represi. Juga ada hal yang mengganjal di benakku terkait batas keterbukaan masalah personal yang dalam konteks ini adalah pada sahabat sendiri. Tapi ketika sampai pada tahap Anna mulai belajar untuk terbuka, menerima keadaan diri, dan berjuang untuk bangkit dari keterpurukan, pikiranku berubah. Apalagi ending yang diberikan oleh mbak Amalia membuatku puas dan ikut merasa lega.
Respect untuk Anna yang bisa aware and say "no" pada Sky yang meminta kesempatan kedua. Karena yang bisa memutus lingkaran setan pada hubungan toxic itu dimulai dari keputusan kita sendiri. Menerima keadaan diri dan memaafkan masa lalu adalah cara brilian untuk melanjutkan hidup dengan lebih bahagia.
"Pada dasarnya, sepanjang hidup manusia hanya membutuhkan dua hal paling penting yang bisa membantu mereka mewujudkan semua kebutuhan dan keinginan; waktu dan kesempatan. Sayangnya, banyak manusia yang punya kesempatan tapi tidak punya waktu, atau sebaliknya, punya waktu tapi tidak punya kesempatan."
Insight
Represi menggugah kesadaran bagi siapapun, terutama generasi muda dan para orangtua terkait pendidikan keagamaan. Aku yakin pada masyarakat kita hari ini masih banyak pemuda dan pemudi yang jauh dari akses pendidikan agama yang membahas moral dan etika.Â
Selain itu, framing bahwa pendidikan keagamaan yang cenderung kaku dan membosankan memengaruhi level kesadaran bahwa agama merupakan tuntunan hidup. Yaitu yang jika diamalkan dapat menyelamatkan kehidupan manusia dari hal-hal yang mendatangkan bencana. Padahal, dengan mengamalkan ajaran agama terkait moral dan etika dapat mencegah hal-hal yang tidak perlu terjadi, sebagaimana yang terjadi pada Anna dan Sky.