Mohon tunggu...
Damara Puteri S
Damara Puteri S Mohon Tunggu... Penulis - Self healing by writing

Seorang ibu yang suka menulis sebagai sarana mencurahkan isi hati dan kepala.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Membedah: Kami Perintis, Bukan Pewaris

15 September 2023   17:27 Diperbarui: 15 September 2023   17:50 1474
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumen Pribadi: Damara Puteri S

Belakangan ini, algoritma Instagram membawaku pada konten dengan tagar #perintisbukanpewaris. Bukan main. Cek saja di pencarian Instagram dengan tagar tersebut. Dan voila...ada 1000+ konten yang akan muncul dari hasil pencarian. Sedangkan yang paling populer dan yang akan penulis bedah di sini adalah konten dari akun Instagram delia.aliya. Berikut tangkapan layar dari konten tersebut: 

Instagram delia.aliya
Instagram delia.aliya


Ungkapan dari mbak Delia tersebut ternyata di-ATM (Amati, Tiru, Modifikasi) oleh akun lainnya namun tetap bermakna sejenis. 

Sebenarnya, apa sih maksud ungkapan tersebut?

Kalau kita bedah, maka ditemukan setidaknya ada empat ungkapan:

  • Suami kerja, istri kerja
  • Uangnya pasti banyak
  • Ingin memiliki rumah sendiri tanpa warisan itu capek luar biasa
  • Kami perintis, bukan pewaris

Suami Kerja, Istri Kerja

Ini maknanya cukup jelas. Dahulu, lebih banyak pembagian tugas dalam rumah tangga menganut sistem patriarki. Pembagian tugas mencari pemasukan (uang) menjadi tanggung jawab suami. Sedangkan tugas dan tanggung jawab istri ialah mengurus anak dan mengerjakan urusan domestik. Bagi sebagian rumah tangga yang lebih mapan secara finansial, pekerjaan domestik seperti bersih-bersih rumah hingga urusan cuci-mencuci diperbantukan oleh ART (Asisten Rumah Tangga). Adanya penerapan konsep patriarki dan praktiknya yang demikian, berimplikasi pada intensitas suami lebih tinggi di luar rumah untuk bekerja. Sedangkan istri lebih intens berada di rumah.

Seiring perkembangan zaman, pemahaman terhadap konsep tersebut semakin ditinggalkan. Hari ini, sudah banyak contoh realitas tidak hanya suami yang bekerja untuk memperoleh pemasukan, melainkan istri juga berkontribusi menambah pemasukan tersebut. Terlepas dari usaha/pekerjaan itu dilakukan dari rumah  maupun di luar rumah (kantor, perusahaan, dsj).

Uangnya Pasti Banyak

Banyaknya realitas suami istri yang bekerja, menggiring opini bahwa rumah tangga mereka memiliki finansial yang lebih mapan dibandingkan dengan rumah tangga yang masih menerapkan sistem patriarki. Sehingga masyarakat secara umum berasumsi bahwa pasangan suami istri yang sama-sama bekerja pasti memiliki banyak uang.

Ingin Memiliki Rumah Sendiri Tanpa Warisan Itu Capek Luar Biasa

Bagi pasangan suami istri yang relate dengan ungkapan pertama dan kedua di atas, sepertinya menjadikan ungkapan ini sebagai jawabannya. Bahwa mereka berdua harus sama-sama bekerja agar pemasukan tidak hanya dari suami atau istri saja. Ungkapan ini juga bermakna bahwa suami istri yang bekerja, sejatinya didorong oleh semangat untuk segera mewujudkan keinginan memiliki rumah sendiri. Bukan rumah kontrakan apalagi tinggal di Perumahan Mertua Indah (red: menumpang di rumah mertua). Hal ini karena mereka sadar tidak memiliki peluang untuk memiliki rumah dari harta warisan orangtua masing-masing. Itulah sebabnya mereka berdua harus bekerja meskipun menanggung konsekuensi capek luar biasa.  

Kami Perintis, Bukan Pewaris

Istilah 'kami perintis' dalam konteks ini bisa diartikan sebagai sebutan bagi pasangan suami istri yang sama-sama bekerja untuk mencapai suatu tujuan, yakni kemapanan finansial yang disimbolkan. Simbol yang digunakan dalam wujud materi biasanya berupa uang, rumah, kendaraan, dsb. Lebih lanjut, dengan adanya uang, seseorang tidak hanya bisa memiliki materi, melainkan juga bisa mendapatkan pengalaman. Misalnya jalan-jalan ke luar negeri, dsb.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun