Mohon tunggu...
Damara Puteri S
Damara Puteri S Mohon Tunggu... Penulis - Self healing by writing

Seorang ibu yang suka menulis sebagai sarana mencurahkan isi hati dan kepala.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Siapa yang Ketiga?

2 September 2023   15:42 Diperbarui: 2 September 2023   16:00 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mais

Pada dasarnya, Mais adalah tipe yang selalu berusaha untuk bisa beradaptasi dengan berbagai karakter orang yang memiliki relasi dengannya. Entah itu teman sekelas, teman satu kelompok, teman satu kos, dsb. Dalam usaha adaptasi tersebut, Mais cenderung selalu positive thinking terhadap orang lain sejauh ia tidak mengetahui tinta hitam pada catatan hidup mereka.

Tetapi, entah apa sebab pastinya, usaha adaptasi Mais sering menimbulkan perasaan 'berbunga' di hati lawan jenisnya. Yang jelas, Mais sadar dan berusaha menghindari perbuatan ganjen dan centil karena tak elok dilakukan oleh perempuan berjilbab seperti dirinya.

Setiap memutuskan untuk menjalin hubungan serius dengan seorang lelaki, Mais tidak mengenal istilah mendua, tebar jaring, berdiri di dua hati kaki atau istilah lain yang semakna. Ya, Mais tipe pribadi yang sekali memutuskan untuk jatuh cinta maka ia akan serius dengan hubungannya. Meski demikian, tidak berarti kisah cintanya baik-baik saja.

Satria

Pemuda yang cukup matang ini datang lebih dulu sebagai 'pemain' di kehidupan Mais. Satria adalah seorang staf yang masih lajang di kampus tempat Mais menyandang status mahasiswa. Satria dekat dengan beberapa mahasiswi tingkat akhir. Hal ini mungkin bisa terkesan wajar, mengingat pekerjaannya yang mengurus beragam keperluan seputar skripsi.

Ketika Mais masuk pada fase berpusing ria mengerjakan skripsi itulah Satria masuk dan memosisikan diri selayaknya 'kakak pembina'. Nyaris semua topik yang dibicarakan oleh Mais, seolah dikuasai dengan baik oleh Satria. Ini membuat keduanya merasa sefrekuensi. Luasnya wawasan Satria itulah yang menarik minat Mais. Selain itu, pembawaan dan usia Satria (mungkin) menjadi poin penting mengapa Satria menyasar hati Mais. Mais pun terlihat enjoy berdiskusi dengannya terkait pengerjaan skripsi.

Merasa 'gayungnya' disambut baik oleh Mais, Satria pun melancarkan aksi-aksi nyata sebagai usaha pdkt. Mulai dari mengembalikan botol minum Mais yang tertinggal di ruang sidang skripsi, aktif mengomentari postingan Mais di media sosial, selalu pasang telinga ketika Mais curhat konsultasi skripsi, dsb. Mata hati Mais kemudian sadar dan sampai pada kesimpulan: Satria menyukai Mais.

Satria bahkan pernah menulis,

In the first time I feel like someone is being respectful to me. Makes me feel worth it, makes me feel needed.

Apa yang aku katakan tadi?

...entah apa sebab pastinya, usaha adaptasi Mais sering menimbulkan perasaan 'berbunga' di hati lawan jenisnya.

Long story short, Mais menerima tawaran Satria untuk saling mengenal lebih dalam. Tidak tanggung-tanggung, Satria terang-terangan ingin membawa hubungannya dengan Mais hingga ke jenjang pernikahan. Namun, kenyataan tentang status Satria dan Mais di lingkungan kampus dan jarak usia mereka, sedikit banyak menjadi tantangan tersendiri bagi Mais. Tambahkan posisi Mais yang masih di persimpangan jalan dalam menentukan jalan karir maupun keputusan besar lainnya termasuk pernikahan.

Bagi Mais, proses adaptasi kali ini cukup berat. Dampaknya, Mais menjadi gugup dan canggung luar biasa ketika berhadapan dengan Satria. Tidak hanya ketika bicara soal perkuliahan di kampus, bahkan bicara soal apapun di lingkungan luar kampus. Mais tetap gugup. Konyolnya, ketika momen makan siang bersama di tempat makan dengan pemandangan sawah yang menenangkan pun, Mais tak sanggup menegakkan kepala di hadapan Satria.

Satria cukup awas, sehingga bisa melihat dan merasakan kejanggalan perilaku Mais setiap berada di dekatnya. Termasuk ketika melihat Mais yang perlahan menyadari bahwa dirinya tak mampu menyeimbangkan progres untuk segera menikah.

Meskipun Satria pernah menulis, 

I will always love you. ...I don't know why exactly, but the thing is my feeling is already strong enough.

Namun di ujung kisah, mereka memutuskan untuk mengakhiri semuanya. Langkah Mais begitu lamban untuk berada di sisi Satria.

Andra

Laki-laki ini teman satu kelas Mais. Ia kerap melakukan hal-hal konyol untuk membuat orang-orang di sekitarnya tertawa. Ditambah lagi Andra juga orang 'nyeni'. Ketika menyanyi, suaranya tidak fals. Hasil guratan dari tangannya juga cukup nyaman untuk dipandang. Tetapi, di balik keriangan yang selalu menghiasi dirinya, Andra merasakan hal yang sebaliknya.

Mulai sejak adanya tugas kelompok, Andra menyadari bahwa Mais adalah orang pertama yang begitu menghargai dirinya apa adanya. Termasuk perilaku yang sering dianggap konyol oleh kebanyakan orang. Hingga seperti naluriah saja, Andra melakukan hal-hal yang kalau dilihat orang lain, menjurus pada kesimpulan: Andra pdkt ke Mais. Tetapi mungkin Andra belum menyadarinya. 

Di sisi lain, Mais memang merasa senang dengan Andra. Ketika Mais memutuskan untuk 'memilih' Andra, terlebih dahulu Mais menanyakan soal 'apakah ada hati yang sedang dijaga oleh Andra?'. Ya, Mais menanyakan hal itu secara langsung kepada yang bersangkutan.

"Eh, sudah ada sih. Tapi masih belum 'jadi' gitu."

"Hm, kalau kamu sudah ada, lebih baik obrolan ini ndak diteruskan.. demi hati yang sedang kamu jaga."

"Sebenarnya hati yang aku jaga ini juga lagi nunggu hati yang lain. Tapi sepertinya dia sedang patah hati karena 'mengira' hati yang dia harap justru bukan mengharap balik hatinya."

"Ndra, please deh. Aku pusing bacanya."

"Kamu, Mais. Kamu."


Long story short, bisa ditebak. Tidak ada yang bertepuk sebelah tangan.

Tapi cerita mereka benar-benar short  secara harfiah. Hanya 22 hari. Satu bulan pun tak genap.  Sebabnya, Andra seolah enggan dan tidak siap jika Mais mulai membahas obrolan 'berat', yakni tentang pernikahan. Terkait kapan mereka akan memperkenalkan diri ke keluarga calon mertua hingga membahas 'kapan menikah'. Alibi yang digunakan Andra saat itu adalah ia masih ingin mengejar S2. Sehingga ia tidak bisa membagi fokus antara lanjut kuliah dengan perencanaan menikah. Mirip dengan posisi Mais saat dengan Satria. Mais menyadari itu. 

Melihat ketidakpastian Andra, ditambah jarak empat jam naik mobil lewat tol yang memisahkan mereka, Mais pun memutuskan untuk menyudahi hubungan itu. Dengan demikian, Mais tidak bertaruh dalam ketidakpastian. Sedangkan Andra bisa lebih leluasa untuk memikirkan step hidup yang akan dijalani. Cukup fair, bukan?

Dua Tahun

Seluruh cerita tentang mereka terjadi pada tahun yang sama. Dua tahun kemudian, Satria dan Andra melangsungkan pernikahan pada bulan dan tahun yang sama. Hanya dalam waktu dua tahun mereka telah menemukan pengganti Mais, menjalani proses pengenalan pra nikah, merencanakan pernikahan, hingga melangsungkan pernikahan itu sendiri.

Apa respon Mais begitu mengetahui kabar tersebut?

Ia hanya tertawa dan bergumam,

Siapa yang ketiga?

Hikmah: 

Setiap manusia yang pernah hadir dan menjadi bagian dalam hidup kita, ada yang ditakdirkan untuk membersamai kita lebih lama. Sisanya, menjadi pelajaran hidup yang berharga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun