Mohon tunggu...
Damara Puteri S
Damara Puteri S Mohon Tunggu... Penulis - Self healing by writing

Seorang ibu yang suka menulis sebagai sarana mencurahkan isi hati dan kepala.

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Ujian Hidup Manusia

27 April 2022   16:28 Diperbarui: 27 April 2022   16:32 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika berhadapan dengan kondisi yang sulit, kita sering mendengar ungkapan, "Sabar ya... Ini ujian dari Allah.". Tak jarang kita mendefinisikan ujian sebagai sesuatu yang sulit, tidak mengenakkan, dan sangat tidak diharapkan terjadi. Bahkan hampir-hampir  tidak bisa kita selesaikan karena merasa terlampau susah. Jika diingat-ingat, telah banyak kenangan pahit yang telah kita lalui. Yakni ketika menghadapi situasi yang benar-benar tidak diduga dan tidak diharapkan.  

Ketahuilah bahwa selama manusia hidup, maka selama itu pula suratan takdir-Nya membuat manusia menjadi makhluk yang harus terus-menerus melakukan amar ma'ruf nahi munkar hingga takdir kematian menjemputnya. Sudah menjadi garis hidup setiap manusia untuk senantiasa berada dalam situasi menghadapi ujian kehidupan sebagai konsekuensi atas eksistensi dirinya. Namun, seperti apa dan bagaimanakah sesungguhnya ujian yang Allah berikan kepada manusia? Apakah selalu berwujud keadaan yang sulit? Bagaimanakah sikap yang benar dalam menghadapinya? 

Manusia, Makhluk yang Diuji

"Sungguh, Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), ..." (QS. Al-Insan: 2). 

Tumbuhan, binatang, air, api, tanah dan bebatuan, para malaikat yang suci dari dosa, dsb tentu ada sebab dan tujuan mereka diciptakan oleh Allah. Termasuk manusia yang juga memiliki tujuan diciptakan. Namun, tiada ciptaan-Nya yang memiliki tujuan penciptaan seperti halnya manusia, yakni diberikan ujian. Allah-lah, "yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, ..." (QS. Al-Mulk: 2). Bilamana jin pun demikian, maka pembahasan tidak akan sampai ke bagian tersebut sebab data yang dimiliki sangat terbatas.

Konsekuensi menjadi manusia sebagai makhluk yang diuji sepanjang hayatnya adalah suatu keniscayaan yang bersifat universal sesuai kalamullah, "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman" dan mereka tidak diuji?" (QS. Al-'Ankabut: 2). Bila seseorang yang mendeklarasikan dirinya telah beriman pada Allah saja masih diuji, maka sudah tentu pula orang-orang yang dalam keadaan tidak sungguh-sungguh beriman pun tak lepas dari ujian Allah (QS. Al-Qalam: 17; Ad-Dukhan: 17; Hud: 7; Al-A'raf: 163).

Tujuan Ujian 

Pembuktian diri sebagai hamba yang beriman dan bertakwa. 

Setiap manusia akan diuji. Yang beriman, maupun yang tidak. Karena tujuan hakiki dari ujian dari Allah, semata merupakan ajang bagi manusia untuk menunjukkan diri sebagai seorang hamba yang taat pada Tuhannya; untuk membuktikan bahwa diri ini adalah hamba yang bersungguh-sungguh istiqomah di jalan yang diridhoi-Nya; yang benar-benar bersabar dan berjuang menjalankan perintah serta menghindari larangan-Nya sesulit apapun itu. Ujian, semata-mata untuk membuktikan bahwa diri ini termasuk ke dalam golongan orang yang mengimani-Nya dalam kesungguhan yang nyata. "Dan sungguh, Kami benar-benar akan menguji kamu sehingga Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu..." (QS. Muhammad: 31)

Kalimat yang berbunyi, "sehingga Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu", mungkin terdengar seolah Allah belum mengetahui siapa saja orang yang benar-benar demikian. Padahal, sungguh Allah Maha Mengetahui. Sepertinya ayat tersebut memang bermakna konotasi. Yang menyiratkan bahwa Allah menantang manusia agar membuktikan diri sebagai salah satu orang yang termasuk dalam kriteria tersebut. Yakni yang berjihad dalam arti bersungguh-sungguh melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Dan bersabar dalam arti istiqomah melakukan yang baik dan benar meski sulit dan penuh rintangan. Pemahaman tersebut diperkuat oleh QS. Hud: 7, Al-Kahf: 7, dan Al-Mulk: 2 bahwa Allah menginginkan manusia agar berkompetisi dalam beramal shalih, "untuk menguji siapa yang lebih baik amalnya" dan "yang terbaik perbuatannya".

Kerasnya perjuangan amar ma'ruf nahi munkar, sanggup menjatuhkan semangat para pejuangnya hingga tak jarang di antara mereka ada yang mulai lalai bahkan meninggalkan hal-hal yang seharusnya dihadapi dengan tetap berikhtiar (berusaha) dan tawakal. Di saat yang demikian itu, sesunguhnya Allah ingin kita segera menyadari kesalahan, mengambil pelajaran atas kegagalan, dan kembali pada kebenaran dengan bertaubat (QS. Asy-Syura: 25). Karena Allah Maha Tahu, lagi Maha Pengampun.  

Rupa-rupa Ujian

"Aku tidak peduli atas keadaan susah/senangku, karena aku tak tahu manakah di antara keduanya itu yang lebih baik bagiku" (Umar bin Khattab)

Secara umum, Allah memberikan petunjuk mengenai bentuk ujian hidup manusia. Bahwa perintah dan larangan-Nya adalah ujian (QS. Al-Baqarah: 124 dan QS. Al-Insan: 2). Yakni untuk menguji apakah manusia sanggup istiqomah menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya. Bahwa kenikmatan (hal-hal baik) dan bencana (hal-hall buruk) adalah ujian (QS. Al-A'raf: 168 dan QS. Al-Anbiya: 35). Yakni untuk menguji apakah manusia masih bersyukur dan mengingat Allah sebagai Tuhannya Yang Maha Kuasa di masa dan kondisi yang lapang maupun sempit.

Secara lebih terperinci, Allah memperingatkan manusia bahwa ujian bisa datang berupa ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan (QS. Al-Baqarah: 155). Yakni untuk menguji apakah manusia masih ber-khusnudzon pada Yang Maha Pemurah lagi Maha Pemberi. Harta yang dimiliki maupun karunia yang bersemayam dalam diri manusia itu sendiri juga merupakan ujian (QS. Ali Imran: 186). Yakni untuk menguji apakah manusia masih merendah di hadapan Dzat Yang Maha Kaya.

Pernah penulis membaca quote spiritual, "aku tidak peduli atas keadaan susah/senangku, karena aku tak tahu manakah di antara keduanya itu yang lebih baik bagiku". Kata-kata nasihat ini ada benarnya juga, mengingat ujian Allah hadir dalam bentuk kenikmatan yang menyenangkan maupun musibah yang membuat susah. Tiada yang lebih baik karena semua tergantung cara kita menyikapinya.

 

Karakter Ujian

1. Bisa dijalankan; 2. Mengandung konsekuensi yang setimpal

Setelah memahami wujud ujian dari Allah, sebagian dari kita mungkin ada yang merasa sedikit pesimis. Bagaimana tidak? Jika susah senang adalah ujian. Hidup berkecukupan maupun kekurangan juga ujian. Apa-apa menjadi ujian. Bagaimanapun hidup (sebagai manusia) itu adalah ujian. Tapi kabar baiknya, Allah ternyata telah menjamin setiap hamba-Nya memiliki potensi untuk sukses. Berhasil. Lolos dari ujian yang dihadapi. Sebagaimana Allah berfirman bahwa, "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. Dia mendapat (pahala) dari (kebajikan) yang dikerjakannya dan dia mendapat (siksa) dari (kejahatan) yang diperbuatnya." (QS. Al-Baqarah: 286).

Dari ayat tersebut kita tahu bahwa tingkat kesulitan setiap ujian pastilah sudah disesuaikan dengan kesanggupan seseorang untuk menyelesaikannya secara optimal. Sesuai lirik sebuah lagu, "karena Tuhan telah mengukur diri ini" dalam lagu Tuhan Tahu Kita Mampu oleh Ali Sastra. Yakinilah bahwa setiap ujian bisa dilalui dengan baik apabila manusia mampu memanfaatkan dengan benar potensi akal dan kehendak bebasnya. Kita tahu pula bahwa setiap ujian yang dilakukan pasti ada balasannya. Bila ujian dijalankan dengan tetap berbuat baik, maka ganjarannya pahala. Namun jika ujian dijalankan dengan perbuatan yang tidak baik, maka siksaan teramat pedih yang menjadi ganjarannya.

Menyikapi Ujian Hidup

Untuk membantu menggambarkan bagaimana sikap yang baik dan benar dalam menghadapi setiap ujian dari Allah, kita bisa meneladani sikap beberapa utusan Allah dalam menghadapi ujian yang mereka alami masing-masing sebagai orang-orang terdahulu yang telah teruji keimanannya.

Nabi Ibrahim as

Tidak lama setelah kebahagiaan menghinggapi saat putra pertama yang dinantikannya itu lahir, ujian berupa kesedihan pun melanda karena Allah memberi perintah untuk meninggalkan istri dan anak semata wayangnya yang masih bayi itu di padang pasir luas nan terik. Saat kebahagiaan kembali dirasakan kala bertemu kembali dengan Ismail yang sudah remaja, tak lama kemudian Allah memberi perintah untuk menyembelih putra yang sangat dirindunya itu. Dengan sabar, keduanya melaksanakan perintah tersebut hingga datang pertolongan Allah berupa seekor domba yang menggantikan Ismail. Kini Nabi Ibrahim as dikenal sebagai Bapak Para Nabi karena keturunannya banyak yang diangkat menjadi nabi berkat keimanan mereka pada Allah. 

Nabi Ayyub as

Diberikan kenikmatan hidup bergelimang harta serta memiliki keluarga yang taat pada Allah. Tiba-tiba diuji dengan berbagai musibah yang datang bertubi-tubi. Semua hewan ternak mati terkena penyakit. Anak-anaknya tewas tertimpa bangunan rumah. Penyakit kulit menjijikkan menjadikannya kurus kering tak berdaya dan membuat semua orang mengucilkannya kecuali seorang istri yang setia. Tapi nabi masih sangat ber-khusnudzon pada Allah sehingga rahmat Allah berupa kenikmatan sehat dan harta kembali ia peroleh.

Nabi Muhammad saw

Satu sisi merasa aman di dalam perlindungan pamannya, Abu Thalib, dari diskriminasi oleh orang-orang kafir Quraisy. Namun di sisi lain merasa sangat sedih karena hingga hembusan nafas terakhir paman yang amat disayanginya itu tidak kunjung beriman pada Allah. Tak lama setelah kepergian pamannya, istri tercintanya pun menyusul menghadap Allah meninggalkan nabi. Merasa terpuruk, Allah memperjalankan nabi yang dikenal sebagai peristiwa Isra' Mi'raj. Sejak peristiwa spiritual yang hebat itu, sejarah tidak pernah mencatat masa dimana Nabi kembali berduka yang begitu mendalam. Nabi menghabiskan sisa hidupnya dengan kegigihan dalam memperjuangkan Islam.

Dari ketiga kisah tersebut, sikap yang bisa diteladani dalam menghadapi ujian dari Allah ialah: 

  1. Senantiasa mendudukkan jati diri kita sebagai hamba Allah yang wajib tunduk patuh pada-Nya. Jati diri sebagai ciptaan yang harus menaati penciptanya tanpa tapi
  2. Menyadari secara penuh, bahwa kehidupan kita didesain untuk ujian. Segala kenikmatan dan kebaikan maupun musibah/bencana dan keburukan yang menimpa kita adalah ujian keimanan yang harus dihadapi dengan tetap bersabar, berikhtiar, bersyukur, dan gigih seperti halnya para nabi
  3. Memahami secara obyektif bahwa setiap manusia tidak mengalami ujian yang sama karena kemampuannya berbeda-beda. Dan meskipun sunatullah yang berjalan bisa jadi berbeda, tetapi masih sama-sama memiliki potensi untuk mampu menyelesaikan setiap ujian dengan baik
  4. Memetakan kembali SWOT yang dimiliki secara obyektif agar efektif efisien menghadapi ujian hidup
  5. Menanamkan sikap fokus, persisten, upgrading kualitas diri secara kontinyu dan berserah diri pada Yang Maha Menguji. Karena seringkali kita merasa sendirian dan buntu dalam menyelesaikan persoalan hidup. Padahal Allah telah memberi petunjuk melalui sunatullah-sunatullah-Nya yang sebenarnya berseliweran di sekitar kita.

Ya Allah, Engkau-lah Tuhan Yang Maha Rahiim. Pencipta Bumi dan langit seisinya. Yang berkuasa atas seluruh alam raya. Satu-satunya sesembahan manusia hingga berakhirnya masa. Ya Allah, ya Ghaffar. Ampunilah dosa-dosaku, dosa bapak ibuku, dan saudara-saudara seimanku yang seringkali lalai dari perintah-Mu disebabkan ujian kenikmatan yang baik dari sisi-Mu. Ampunilah diriku yang baru mengingat-Mu ketika sempit karena Engkau menguji diriku dengan musibah, bencana, dan keburukan lainnya. Sungguh, ya Rabb. Tanpa rahman dari-Mu, maka aku termasuk orang-orang yang merugi. Maka, ampunilah aku dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang beruntung. Aamiin.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun