Siapa yang tidak butuh uang?
Semua orang tentu butuh uang. Karena tidak bisa disangkal bahwa uang adalah sesuatu yang penting untuk dimiliki. Dengan memiliki uang, seseorang mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Bahkan mampu untuk memenuhi gaya hidupnya. Namun bukan berarti segala cara bisa dilakukan demi mendapatkan banyak uang. Pengelolaannya juga tidak bisa sembarangan. Uang yang didapat dengan melakukan segala cara dan tidak tepat pengelolaannya justru akan membuat hidup seseorang menjadi tidak berkah. Bukannya kebahagiaan dan berkah hidup yang didapat, eh justru rasa bersalah dan hampa yang senantiasa melekat. So, sebagai orang baik (insyaallah), kita perlu untuk tahu penerapan halal finance untuk keberkahan hidup yang sementara ini.
Manusia pada umumnya bekerja untuk memperoleh pendapatan (uang). Tetapi tidak semua pekerjaan itu boleh dilakukan lho. Pekerjaan yang di dalamnya mengandung praktik-praktik penipuan, transaksi jual-beli yang dilarang oleh agama, dan tentu pekerjaan-pekerjaan yang kita tidak tahu persis dari mana gaji kita berasal. Tidak perlu saya sebutkan satu per satu karena saya yakin banyak dari kita mengetahui contoh-contohnya yang banyak terjadi di sekitar kita. Pertanyaannya adalah, "Mengapa pekerjaan-pekerjaan tadi tidak boleh dilakukan?"
Sebelum menjawabnya, saya ingin menjelaskan sekilas tentang yang dimaksud dengan "halal". Menurut KBBI online, halal maknanya diizinkan, diperbolehkan, atau tidak dilarang oleh syarak. Jadi, sesuatu yang halal adalah sesuatu yang tidak diperkenankan untuk dilakukan karena tidak melanggar syariat Islam. Soal tentang mengapa pekerjaan menipu untuk menghasilkan uang tidak boleh dilakukan, tentu jawabannya adalah karena perbuatan menipu dilarang dalam Islam. Memperjual-belikan objek yang dilarang agama dan Negara, misalnya narkoba, tentu tak sesuai dengan ajaran Islam. Karena itulah, pekerjaan tersebut tidak halal dan uang yang didapatkan pun juga tidak halal. Lantas, apa hubungannya antara uang halal yang didapat dengan keberkahan hidup?
Begini. Kita sebagai seorang muslim tentu percaya bahwa ada kehidupan setelah kematian, bukan? Kehidupan di Surga dengan segenap kenikmatannya dan kehidupan di Neraka dengan gambaran penderitaan yang tidak akan sanggup kita bayangkan tentang siksa-Nya. Hanya orang-orang yang taat dan senantiasa menjalankan ajaran-Nya yang mendapat tiket Surga. Sisanya, kalau tidak Neraka ya wallahua'lam. Dengan mencari uang secara halal, itu berarti kita selangkah lebih dekat dengan "loket tiket" menuju Surga. Dengan demikian, sesulit apapun kita melakukan pekerjaan halal tersebut, perasaan syukur tetap bisa kita rasakan karena ada "jaminan" masuk Surga. Insyaallah. Begitu pun sebaliknya. Bayangkan jika Anda mencari uang dengan cara-cara yang tidak halal. Kira-kira bagaimana respon Allah menilai perbuatan kita?
Secara pribadi, saya sangat terpesona dengan orang-orang yang orientasi bekerja tidak hanya untuk mendapatkan uang semata. Tetapi pekerjaan halal yang dilakukannya sekaligus bisa membantu banyak orang lainnya. Misalnya saja pengusaha yang mempekerjakan orang-orang yang sebelumnya tidak punya pekerjaan. Atau bisa juga dari seseorang yang dalam menjalankan pekerjaannya, ia sangat memerhatikan kelestarian alam. Memastikan lingkungan alam tidak rusak dan terjaga. Atau pegawai yang amanah dan bertanggung jawab pada pekerjaannya. Contoh-contoh cara di atas jelas pekerjaan yang sangat mendamaikan hati karena selaras dengan ajaran Islam yang rahmatan lil 'alamiin. Hidup berkah bisa didapatkan dari cara-cara seperti itu.
Sedangkan untuk pengelolaan uang yang halal, kita juga perlu mengetahui ilmu manajemen keuangan yang sejalan dengan syariat Islam. Misalnya dengan taat membayar pajak Negara karena dimanfaatkan untuk pembangunan nasional, membayar zakat sesuai perhitungan, menyediakan alokasi dana untuk berinfak dan sedekah kepada yang termasuk dalam 8 golongan yang berhak, membayar pegawai dengan layak sesuai akad dan tepat waktu, investasi dengan memerhatikan pendidikan anak-anak yang putus sekolah, investasi dengan pembangunan fasilitas umum di desa terpencil, investasi dengan melakukan pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin, dsb. Mengapa cara-cara yang demikian itu dikatakan halal dan apa hubungannya dengan keberkahan hidup?
Begini. Cara-cara yang saya sampaikan terkait contoh manajemen keuangan yang halal di atas adalah karena cara-cara tersebut sesuai dengan syariat Islam. Sehingga sangat diperbolehkan untuk diterapkan. Bahkan, sebenarnya seperti membayar zakat itu kan hukumnya wajib. Sedangkan infak dan sedekah adalah perbuatan sunnah yang sangat dianjurkan karena memberikan manfaat atau dapat menolong orang yang kesusahan. Karena manajemen uang yang demikian dapat memberikan banyak manfaat kepada orang lain dan kita yang melakukannya karena ingin mengamalkan Islam rahmatan lil 'alamiin itulah yang menjadi sebab diberkahinya hidup kita oleh Allah.
Berkah hidup yang Allah berikan mungkin akan datang dari berbagai arah dan dalam bentuk yang amat beragam. Mulai dari kebaikan yang kita terima dari orang lain, rezeki berupa anak/harta/jabatan/kuasa, dan bahkan bisa mewujud sebagai perasaan tenang dan ikhlas dalam menghadapi dinamika kehidupan yang seringkali menjadikan iman kita naik turun tak karuan. So, mulai dari sekarang, yuk kita tanamkan mindset bahwa halal finance bisa menjadi jalan untuk diberkahinya hidup kita oleh Yang Maha Kaya. Dan mulai menyadari bahwa berkah hidup tidak hanya dinilai dari materi semata, melainkan juga bisa berupa perasaan tenang dan ikhlas menghadapi dinamika hidup karena merasa dekat dengan Allah dan pertolongan-Nya (yakni karena senantiasa mendekatkan diri pada perbuatan-perbuatan halal yang Allah senangi). Semoga kita sampai pada titik tidak ada rasa khawatir tentang hidup berkekurangan selama kita menerapkan halal finance untuk keberkahan hidup di dunia yang sementara ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H