"Apa dia sengaja untuk memancing kemarahan umat dan menimbulkan kegaduhan? Cari sensasi dia itu. Agama dipakai sebagai alat, itu yang kita tidak mau," kata Ma'ruf.
Memang mungkin saja bahwa ini adalah ulah seseorang atau suatu kelompok yang sengaja untuk memprovokasi umat Islam di Indonesia mengingat umat Islam di Indonesia adalah yang terbesar di Asia, dan mungkin saja dalam kasus ini ada unsur kesengajaan mengingat kemunculan kasus ini tidaklah jauh berbeda dengan Hari Raya Natal bagi umat Kristiani. Dimaksudkan untuk memecah dan membuat kegaduhan antara umat beragama.
Namun yang lebih penting adalah kita jangan terprovokasi atas kasus yang sedang beredar karna pelaku belum tertangkap, mari kita untuk tidak berspekulasi tentang hal-hal yang dapat membawa kearah yang negatif, lebih baik kita berspekulasi bahwa mengapa Islam selalu menjadi kasus yang sangat cepat beredar? Ada apa dengan Islam? Sekuat itu kah hingga banyak yang ingin memcah belah Islam?
Dan mari kita bersatu untuk melawan hal-hal yang dapat memecah belah Islam karena dalam Alquran sudah dijelaskan dalam surat Ali Imran ayat 103 yaitu "Dan berpeganganlah kamu semuanyakepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai-berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah orang-orang yang bersaudara."
Dalam kasus ini dilihat dari segi Teori Komunikasi yakni bahwa kasus ini bisa dikatakan memakai Teori Komunikasi Semiotik yaitu menggunakan simbol atau tanda karna dari yang terlihat pada terompet bahwa disana hanya bergambar sebuah kaligrafi bukan kata-kata. Pelaku berkomunikasi kepada umat Islam melalui simbol-simbol ini untuk memancing kemarahan umat Islam.
Dan Pelaku pun memakai Teori Komunikasi Massa yakni Komunikasi yang menggunakan Media Massa agar kasus ini menjadi semakin Booming di Media dan agar semua umat Islam yang ada di Indonesia mengetahui tentang kasus yang sedang beredar ini.
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H