Keharusan Munculnya Peradaban
Pikiran nakal penulis berjalan, seandainya ummat Islam di Indonesia tidak berangkat haji dalan satu tahun saja, akan tetapi niat dan pengorbanan dari para calon jemaah haji tetap di jaga dan di pelihara ? dengan biaya Rp. 6 Trilyun itu disalurkan untuk membantu para kaum miskin di Indonesia agar mereka dapat terangkat harkat dan kehidupannya dari kemiskinan dan kebodohan. Kedepan ummat Islam bisa membangun sebuah peradaban yang maju dan tercerahkan. Sebuah sindiran pernah sampai ke telinag penulis, menurut UUD 45 kita bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar di pelihara oleh negara...kenyataannya sudah kah negara menjanlakn amanat konstitusi ini. Tunjukan gedung mana yang khusus di peruntukan bagi kaum miskin ini, semewah apa ? sehebat apakah fasilitasnya ?...kalau mu jujur negara ini sangat tidak adil, kenapa para penjahat kelas teri sampai koruptor kakap di berikan bangunan yang kadang fasilitasnya seperti hotel berbintang...meskipun namanya LP atau Rutan ??? padahal tidak ada dalam UUD 45 yang mencantumkan bahwa mereka di pelihara oleh negara....kemiskinan sekarang menjadi jualan dan dagangan saja. Akan tetapi kesejahteraan mereka tidak pernah ada yang memperhatikan.
Apakah untuk mendapatkan surga dan ridha-Nya kita harus memiliki penguasaan al qur’an seperti Prof. Quraish Shihab, pemahaman Islam seperti alm. Prof Nurcholis Majid..??? Allah swt Maha Pengasih dan Penyayang...surga diperuntukan bagi mereka yang mendapat ridha dan di ridhai-Nya. Bukankah kisah menceritakan masuknya seseorang ke surga hanya karena dia memberikan minum seekor anjing yang hampir mati karena kehausan, padahal dia seorang wanita ahli maksiat...dan terjerumusnya seorang ahli ibadah dan shalat kedalam neraka karena dia mengunci seekor kucing dalam rumah sehingga mati karena tidak dapat mencari makan...Janganlah berkecil hati buat orang-orang seperti kita yang masih dangkal dan awwan terhadap Islam. Ibadah terhadap sesama mahluk Allah swt begitu sangat di hargai, apalagi terhadap sesama manusia, khususnya sesama muslim. Bersikap wajar dan tidak berlebih-lebihan dalam menjalani kehidupan. Sekalipun dalam hal beribadah yang kada menjerumuskan kita pada sebuah keakuan akan kesholehan diri, merasa lebih baik dan berhak masuk surga sehingga merendahkan pihak lain. Seakan surga sudah menjadi miliknya dan orang lain tidak memilki alasan untuk mendapatkannya. Ingat karena bujuk rayu syaitan tidak akan berhenti sampai manapun
Kedepan adanya sebuah peradaban dan generasi yang hangat penuh kasih sayang, saling membantu dan tolong menolong dalam kebaikan dan sabar. Sebagai sebuah bangsa yang di rahmati dan diridhai-Nya, Baldatun thayibatun wa rabbun ghofur...adalah sebuah keniscayaan ketika kita mulai sekarang membenahi diri, membuka lembaran baru dan tentu saja mulai menggoreskan catatan kehidupan ini dengan goresan tinta emas kesuksesan kita di masa yang akan datang...menjadi pribadi-pribadi yang tangguh dan mempesona, terselamatkan dan terpilih untuk mendapat ridha dan di ridhai-Nya...Allahumma Amin..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H