Research dulu informasi-infromasi terkait, dan jangan blind judging. Even though the crowd does it, it doesn't mean you have to follow kan?Â
Kaya permasalahan si Donald Trump tadi, aku sampai sekarang gak dapat apa sih yang dibenci dari dia? Hipotesis ku yaa! mungkin saja maysarakat Aceh yang mayoritas-nya Muslim beranggapan bahwa Trump itu seorang yang anti-muslim. Itu jawaban yang sering aku dapatin.Â
Then I was like, anti-muslim dimananya? I guess, masih banyak dari kita yang salah menafsirkan executive order yang pernah dibuat Donald Trump tentang: Pelarangan masuknya imigran dari beberapa negara-negara muslim atas dasar alasan terorisme. Menurut aku pribadi wajar sih, Trump mengeluarkan regulasi tersebut, at that time kan, ISIS sedang besar-besarnya, dan terorisme widely happened, also it was stated clearly bahwasanya: "Beberapa negara-negara Muslim, dan dengan alasan mencegah terorisme". So, please carefully pick the news provider that you consume daily every day.Â
On the other hand, aku juga berani bilang sih, mungkin ada beberapa keputusan-keputusan dan regulasi-regulasi yang aku pribadi kurang setuju dengan si Trump sendiri. But it's all about perspective ya, mungkin saja itu jelek bagi kita, namun itu belum tentu jelek bagi orang lain kan. Seperti, mungkin disisi kita melihat angka 6 tapi disisi seberang angka tersebut adalah angka 9. I want to give you another example here.Â
Ingat gak waktu kejadian "Omnibus law"? banyak pro-kontra kan, dan demo pun dimana-mana. Okay, let me stop you right there! Yang mau aku bilang adalah, dari awal kita udah disclaimer kan, kita bukan ahli hukum, bukan ahli ekonomi. Then bagi yang demo ikut-ikutan itu untuk apa? Alih-alih "Demi Rakyat". Emang udah dibaca belum isi undang-undangnya? Apa-apa aja yang termaktub?Â
Jujur, aku sangat mengapresiasi kawan-kawan mahasiswa yang sudah memperjuangkan hak rakyat, mengkaji, membaca dan mempelajari undang-undang-nya. Yang mau aku tegur disini, kaum ikut-ikutan ini lho! Demo hanya demi postingan Instastory, demo demi postingan di Instagram, pakai almamater kebanggaan, pakai ikat kepala dan turun ke lapangan seolah-olah demi rakyat.Â
Ketika ditanya sama penjual gorengan disamping jalan "Demo apa ini dek?" jawabnya "Demo Omnibus Law, Mosi tidak percaya, ini semua demi rakyat bla bla bla" terus ditanya lagi sama abang tukang baso "Apa itu Omnibus Law dek?" terus jawabnya "Tanya sama anak hukum aja ya bang, saya fakultas kehutanan".Â
Did you get my point? Dan gak bermaksud bias ya, menurut aku, 905 halaman, 15 bab, 186 pasal, sangat rawan Hoax dan salah penafsiran. What's the point kalo hanya ikutikutan? Memang sih terlihat keren, kamu udah panas-panasan turun ke jalan.Â
But before you do something please educate yourself first. Once again, even though the crowd does it, it doesn't mean you have to follow kan? Aku tinggalin jawabannya ke kalian ya...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H