Mungkin sebaiknya kita duduk, lalu mulai bercerita di bawah jingganya bohlam. Menceritakan tragedi kematian Onta di padang pasir, Singa di hutan belantara dan Mawar yang mulai mekar.
Barangkali manifes kamu di ibaratkan onta yang menanggung beban di pundaknya dan barangkali juga seperti singa yang mencengkram mangsa atau mawar yang di gemari bunganya tapi di benci durinya?
Sesekali diri kita tak ingin di pahami orang lain, karena dipahami oleh orang lain adalah hal memalukan sekaligus penderitaan.
Lalu pada eratnya malam dengan angin hangat pencair es; ada yang bergerak hidup, ada kegelisahan, ada kontradiksi sebagaimana dirasakan bulan April.
Sedemikian rupa sehingga secara terus-menerus kita diingatkan pada musim dingin yang akan lewat dan pada kemenangan atasnya, pada kemenangan yang tiba, yang harus tiba, yang mungkin saja sebenarnya sudah tiba!
Ucapan syukur atasnya mengalir secara berlimpah-limpah, seolah-olah sebuah peristiwa yang di luar harapan terujudkan secara tiba-tiba.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H