Mohon tunggu...
AL HABIB FADHIL MEFITRA
AL HABIB FADHIL MEFITRA Mohon Tunggu... Mahasiswa - Taruna Politeknik Keselamatan Transportasi Jalan

Seorang remaja yang menjungjung tinggi disiplin dan kejujuran

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peralihan Zaman oleh Seorang Demonstran (Review Film Gie 2005)

27 November 2022   09:32 Diperbarui: 27 November 2022   10:51 688
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Gie (2005)

Film Gie merupakan sebuah film biografi Indonesia yang dirilis pada tahun 2005. Film ini disutradarai oleh Riri Riza berdasarkan catatan seorang demonstran yang di tulis lansung oleh Soe Hok Gie. Tokoh seorang demonstran di bintangi oleh Nicholas Saputra. Film ini tayang pada tanggal 14 Juli 2005 dan berhasil memenangkan tiga penghargaan pada Festival Film Indonesia 2005.

Film ini diangkat dari kisah hidup seorang pemuda bernama Soe Hok Gie. Soe Hok gie merupakan seorang pemuda keturunan Tionghoa yang tumbuh dan berkembang dalam pergolakan masa orde lama saat pemerintahan Soekarno dan orde baru saat pemrientahan Soeharto. Soe Hok Gie lahir pada tanggal 17 Desember 1942 di Jakarta pada saat berlansungnya arus politik yang kejam antara agama, nasionalis dan komunis.

Film Gie menceritakan tentang perjuangan seorang demonstran dalam melawan ketidakadilan di Indonesia. Film ini dibuka dengan adegan pada tahun 1956 yang dimana pada saat itu Gie masih duduk di bangku SMP. Dalam pelaksanaan pembelajarannya Gie berusaha menyuarakan bahwa terdapat perbedaan antara pengarang dan penerjemah, akan tetapi pendapat Gie tersebut ditolak oleh guru tersebut dan Gie pun mendapat hukuman dengan mendapat pengurangan nilai akibat mengkritik kesalahan gurunya. Dapat diketahui bahwa Gie memiliki pendirian yang keras dapat dilihat memalui kritik keras yang dilakukannya pada guru yang otoriter tersebut.

Setelah tamat sekolah di bangku SMP pada tahun 1959 Gie melanjutkan Pendidikan pada jenjang SMA yang bernama Colloese Casinius yang sekarang dikenal dengan nama Kolase Kasinius yang merupakan sekolah swasta yang didirikan sejak tahun 1927. Singkat cerita pada tahun 1963 Gie melanjutkan Pendidikan pada jenjang pekuliahan di Universitas Indonesia. Dimasa kuliah Soe Hok Gie merupakan aktivis kritis dalam mengkritik rezim pelopor kemerdekaan Indonesia yaitu pemerintahan Soekarno. Pemerintahan Soekarno yang dictator mengakibatkan hak rakyat masyarakat miskin menjadi terinjak injak dan hal hal yang berbau tentang ketidak adilan sosial, korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan merupakan topik kritik tajam di media. Saat berlansung konflik PKI, Gie dan teman-teman bersikeras mereka bersifat netral. Teman kecil Gie yang bernama Han bergabung dengan PKI untuk mencari pekerjaan, sehingga Gie mendesak han untuk bersembunyi dan meninggalkan PKI akan tetapi, han tidak menerima saran Gie dikarenakan Han tidak mengetahui konsekuensi yang akan terjadi kedepannya.

Saat jatuhya rezim Ir. Soekarno pada tahun 1965 yang kemudian digantikan oleh presiden Soeharto yang menyerukan segala perubahan membuat kondisi Indonesia semakin kacau walaupun pembangunan merata dan terlihat. Gie hanya bisa termenung dan sadar bahwa pihak militer telah banyak ikut berperan dalam pemerintah dan hal ini sangat disayangkan oleh gie. Pola pikir gie mulai diasingkan oleh berbagai pihak karena orang-orang mulai mennyesuaikan diri dengan rezim yang baru. Dengan pola pikir idelis gie inilah yang mengakibatkan para teman-taman dan wanita yang dicintainya mulai meninggalkannya. Karena banyaknya permasalahan yang dihadapinya mulai dari asmara, negara dan temannya, Gie pun memutuskan untuk mendaki gunung sumeru untuk mendekatkan diri dengan alam dan melupakan segenap permasalahan. Namun sayangnya, pendakian gunung tersebut merupakan pendakian gunung terakhir Gie, kecintaan Gie terhadap alam membawanya kembali kepada sang pencipta. Gie meninggal di gunung sumeru pada tanggal 16 Desember 1969 bertepatan sehari sebelum hari ulang tahunnya.

Film ini sangat bagus untuk ditonton khususnya bagi para generasi calon pemimpin bangsa. Dalam film ini mengandung banyak nilai-nilai keteladanan seperti patriotisme dan kemanusian. Film ini juga memberi visualisasi mengenai lanskap politik dan sosial pada tahun 1960-an.

Sumber gambar : https://www.google.com/url?sa=i&url=https%3A%2F%2Fhistoria.id%2Fpolitik%2Farticles%2Fsoe-hok-gie-politik-gunung-dan-puisi-vxgMn&psig=AOvVaw1GYpZG9IkoKzHQGCa0SnhO&ust=1669602191374000&source=images&cd=vfe&ved=0CBAQjRxqFwoTCODCgoGnzfsCFQAAAAAdAAAAABAF

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun