Dalam gua batu ini kami masih bisa meresakan tetesan air yang jatuh. Jalan yang basah juga agak licin. Pemandu menjelaskan dengan bersemangat. Di umur 32 ini saya baru tahu kalo di dalam gua batu yang menjulang ke bawah berbentuk lancip itu di sebut staklatit. Sementara jika menjulang ke atas namanya Stalagmit. Ah, selama ini ternyata mainku kurang jauh.
Menurut halaman kompas, Staglamit terbentuk dari kumpulan kalsit atau kalsium karbonat yang berasal dari air yang menetes. Pembentukannya dari bawah keatas.Â
Bentuk staglamit bermacam-macam, ada yang lebar, kurus, tinggi, dan pendek. Bentuknya tergantung dari tetesan air. Sedangkan staklatit itu sendiri dari bahasa Yunani yang artinya air yang menetes. Sehingga Staklatit adalah kebalikan dari staglamit.
Kami yang awalnya ragu untuk masuk karena gelap pun ini adalah pertama kali kami berempat masuk ke dalam gua menjadi berani karena ternyata sangat menyenangkan melihat pemandangan yang indah di dalam gua.Â
Ada Staglamit yang berbentuk domba, kaki sapi atau belalai gajah yang ditunjukkan oleh pemandu. Selain itu Ada juga bebatuan yang berkilauan seperti kristal ketika terkena pantulan lampu.
Dari pemandu saya tahu kalau ada yang menyebutnya gua jodoh karena konon sepasang kekasih pernah datang ke gua ini lalu kemudian berjodoh.Â